BAB 22 : Gadis Berhelm

1.7K 374 23
                                    

─── ・ 。゚☆:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───


ACARA memaki saudara kembar telah berlangsung lewat dari beberapa menit lalu oleh Ghaitsa. Memang, keseimbangan tubuh Yaziel patut diacungi ibu jariㅡtengahㅡsebab tetap pada pendirian berkendara ke sekolah membawa Ghaitsa yang mengamuk membabi-buta, bergerak-gerak random sebagai bentuk ancaman keras. Tidak tanggung-tanggung juga melayangkan peringatan akan terjun bebas namun sang tuan malah terbahak meledek dan semakin gesit menggerakan laju motor. Maka, jika sekarang dia menerima terlampau banyak perhatian, seharusnya Ghaitsa sudah terbiasa, bukan?

Toh, dia pernah melewati yang lebih parah.

Akan tetepiㅡah, sial!

Begitu deru kendaraan mati sempurna usai terparkir rapi, Ghaitsa buru-buru turun dengan masih mengenakan helmnya dan berderap guna menjauh kalau-kalau saja Jeviar tidak menarik lengannya. Decakan lolos teramat cemas lolos, sang puan bergerak tidak sabaran pada posisi. “Je, gue mau ke kelas, anjir. Lepasin!” bisik Ghaitsa seraya mengedarkan pandangan risau ke penjuru area parkir.

“Helmnya.” Jeviar mengangkat dagu menunjuk helm hitam legam di kepala dan melanjutkan bertitah. “Entar lo nabrak-nabrak lagi, udah tau kalau jalan banyak bengongnya. Lepas dulu.”

Ghaitsa sontak saja mempertahankan diri dari ratusan pasang mata yang tertuju pada mereka bertiga, dia memegang helm yang bersarang di kepala jauh lebih erat kemudian menggeleng ribut, iris mata pun ikut-ikutan membulat sempurna saat itu juga. “Je, udah dong. Lo jangan ikut ngejailin gue juga, elah. Rame, nih, rame.”

“Je, pegangin tangannya.” Yaziel tiba-tiba bersuara sembari berjalan memutari mereka. Ghaitsa bertambah panik, terutama ketika Jeviar mendadak mencengkeram tangannya. “Gue yang lepasin helmnya.”

“OGAH! NGGAK MAU! INI PEMAKSAAN KEHENDAK PADA PIHAK KEDUA YANG MENOLAK BEKERJASAMA! PIHAK KETIGA DILARANG IKUT CAMPUR!”

“Ini helm kalau sampai lecet, pala lo gue geplak, Sa!” Yaziel berusaha keras agar tidak melakukan kekerasan akibat perlawanan Ghaitsa. Selain masih berada pada tempat ramai manusia dan reputasinya bisa-bisa dipertaruhkan, Archie barangkali akan membunuhnya bila sang bungsu terkasih sampai lecet.

Dia menyorot jengah dan memukul puncak helm sehingga Ghaitsa mengaduh kesakitan. “Ini anak gadis bandel banget, heran. Ngapa sih, bocah? Bener-bener keras kepala. Berbangga diri dong lo punya kenalan cogan seperti gue, harusnya lo pake buat nyombong.”

“Orang setengah gila kayak lo? Mana mungkin! Mending gue mendaki gunung dan menuruni lembah tak berujung daripada ngakuin lo.”

Sebagaimana yang sedang terjadi, dua pemuda tersebut masih bersikeras agar Ghaitsa sudi melepas helm sebelum memasuki kelas. Sehingga sang gadis harus membuat otak bekerja dua kali lipat lebih keras mencari jalan keluar agar terlepas dari jeratan ular picik macam dua laki-laki jangkung tersebut. Terlebih-lebih lagi melarikan diri dari ratusan pasang yang masih penasaran akan seorang siswi yang berdekatan dengan dua idola baru mereka, merupakan hal utama sekarang. Bahkan, yang lebih menjijikannya, mereka menyebut dua kembar itu tampan dan populer serta atraktif.

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitWhere stories live. Discover now