BAB 13 : Koridor

1.8K 403 28
                                    

─── ・ 。゚☆:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───


KORIDOR takkan mengherankan bila diisi puluhan murid berlalu-lalang sembari bercengkerama disertai gelak tawa. Semester baru dengan teman baru yang tak pernah dikenal sebelumnya barangkali akan menciptakan obrolan menarik yang jauh lebih seru sebab Ghaitsa tengah menjalaninya sendiri sekarang. Lelucon demi lelucon Kanaya lontarkan selagi tiga gadis lain sudah mencapai puncak komedi tertinggi, kram perut teramat menyiksa namun belum puas jua melesatkan tawa terbahak-bahak sampai-sampai Yezira terduduk di tanah, tidak mampu menopang bobot tubuh di atas sepasang tungkai yang melemas.

Kanaya berkacak pinggang dan geleng-geleng tidak habis pikir akan insiden petang kemarin. “Bayangin aja, anjir. Nyokap abis nyiram taneman, nih. Udah berbangga diri nyokap karenakerjaan beres, terus tiba-tiba abang gue pulang dan nyabutin bunga kesayangan nyokap. Pas ditanya buat apa, dia dengan santai ngejawab, buat calon ibu dari anak-anak Gala nanti, Ma. Murka nyokap gue, dikejar abis itu keliling komplek pake setrikaan panas.”

“Nggak lo bantuin?” tanya Ghaitsa di sela-sela gelak tawa.

Gadis itu mengedikkan bahu cuek dan bersedekap tangan. “Gue bantu dokumentasi aja, sih. Jadi gue bisa babuin dia dengan ancaman videonya gue sebar. Sangat-sangat pintar, 'kan, gue? Tepuk tangan dulu dong, Besties.” lalu di sambung mengibas rambut panjangnya. Note, Kanaya suka sekali memainkan rambutnya ketika berbicaraㅡentah itu saat marah ataupun senang, agaknya dalam berbagai sisi emosional.

Joanna memukul-mukul dinding dalam gelak tertawa, menelan saliva kepayahan dan menggeleng kasar. “Kocak abis, harusnya gue ada di sana sebagai penonton gratis. Rela gue walau cuma sebagai peran tambahan aja.”

“Yah, kasian amat, Jo. Cuma dianggap sebagai tambahan bukan pelengkap,” sahut Kanaya, nadanya sedih berkata seraya menepuk sekali bahu Joanna. “Udah berapa kali kena jebakan friendzone, Kawan?”

“Aah, gue sundul ompong lo!” ketus Joanna dan dibalas cekikikan lemah Yezira yang sudah menumpukan diri pada Ghaitsa. Takut jatuh berguling dari tangga menuju tengah-tengah lapangan yang ramai oleh anak laki-laki; bermain bola kaki tiada bosan-bosannya. Joanna mendongak guna mendapati mentari menantang bumi di atas sana. “Gila banget dah panasnya hari ini. Kebanyakan dosa si Naya, nih. Makanya matahari kemusuhan banget ngeliat lo hidup bahagia gitu, tersiksa dikit dong lo,” lanjut Joanna sambil menyenggol sang kawan.

Kanaya mendelik tajam bersama decihan yang menyusul setelahnya. “Kurang belaian banget mulut lo gue liat sampe berani ngomong gitu. Simpenan om-om lo, ya?”

“Dih, nggak nyambung.”

“Kayak lo dan mantan crush lo, 'kan?”

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitWhere stories live. Discover now