BAB 47 : Dua Sisi Koin

1.3K 335 76
                                    

─── ・ 。゚☆:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───

DUNIA adalah genap. Koin mempunyai dua sisi. Bumi juga begitu, matahari diperuntukkan bagi siang sementara malam dianugerahi bulan. Pun terhadap arah mata angin yang tidak pernah berjumlah ganji. Bagai ditempatkan pada tiap porsi masing-masing bersama perencanaan yang usai disusun sedemikian rupa oleh semesta. Konsisten dalam lintasan. Barangkali sebab itulah Aubrey berpikir ia harus mematung dari balik dinding, mencengkeram gelasnya sembari mendengar sebuah topik dibawa begitu intens. Terasa pelik dan kapabel membuat gamang lawan.

Memang ada benarnya bahwa Artha tak menyiapkan makan malam sesuai titah sang suami, tetapi bukan guna mendengar sepenggal kalimat yang ampuh membuat engsel melemas seketika. “Maksud kamu, Mas?”

Air muka tercetak akan betapa frustrasinya ia atas apa-apa saja yang sudah terjadi. “Sejak awal kita berdua sama-sama tau kalau hubungan ini sudah salah. Sangat salah malahan. Kamu yang sahabat dekat Aimara berbalik menusuk dia, Artha. Akupun nggak jauh berbeda, melakukan hal yang serupa dengan berselingkuh setelah semua yang dia lakukan untuk kami, untuk anak-anak kami. Tapi karena sudah begini keadaannya, nasi telah menjadi bubur dan terlalu lambat untuk memperbaiki. Aku pikir dulu dengan menikahimu aku sepenuhnya berhenti melakukan hal bodoh, main-main dengan ikatan suci dan bertanggung jawab atas apa yang sudah kita mulai ini. Tapi … ”

“Tapi sekarang kamu mau menceraikan aku? Kenapa, Johan?!” sentak Artha, resmi gamang total. Irisnya bergetar memandang tidak percaya pada sang suami seiring suara terasa riak. “Aku pernah bilang, aku bakalan bantu kamu agar kembali dekat dengan mereka. Hidup bersama-sama dengan mereka. Itu, 'kan, yang sedang kita usahakan selama ini?”

Johan semerta-merta mengangkat tatapan, menyelami air wajah memerah sebab berang itu kemudian mengulum senyum getir. “Selagi ada kamu, mereka nggak akan pernah bergerak mendekat sedikitpun padaku, Tha.”

“Mas!”

Johan bangkit dari duduk guna mencengkeram bahu lawan sembarin menghantarkan sinyal betapa ia juga tidak memiliki pilihan lain sehingga mengambil keputusan ekstrem begini. “Artha, aku nggak punya pilihan lain. Kita nggak bisa terus-menerus beginiㅡ”

“Kita bisaㅡ”

“Aku yang nggak bisa!” sentak Johan. Artha mematung dengan iris melebar selagi sang pria mendesah berat, mengurut pelipis dan mengambil dua langkah mundur. “Aku gagal menjadi seorang suami, bahkan seorang ayah juga. Aku bahkan nggak bisa mengemis permintaan maaf dari Aimara yang memilih mengakhiri hidupnya sendiri di saat aku mulai tertampar kenyataan bahwa cuma dia perempuan yang aku cintai. Bahwa selama ini aku terlalu dimakan kekuasaan, atensi kolega dan narsistik gila-gilaan sampai tanpa sadar melukai keluargaku sendiri lewat kalimat kalau semua yang aku lakukan itu untuk kebaikan mereka. Tapi ternyata bukan begitu, 'kan? Apalagi mereka sampai mengambil langkah besar dengan mengganti nama belakang tiga tahun lalu.”

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitWhere stories live. Discover now