Chapter 23

8.9K 213 6
                                    

"Ehh tunggu kita belum liat apa isi amplop ini" kata Risya

"Yaudah cepet buka sekarang kita ngga punga banyak waktu lagi, alya keburu ngga ada" kata Irfan

Risya membuka isi amplop tersebut dan ia langsung menatap Irfan begitu pun Irfan,  mereka membulatkan mata saling menatap karena melihat isi amplop tersebut

"Alya... " teriak mereka bersamaan

"Gue harus cari Alya sekarang sya" kata Irfan lalu berdiri

"Loe mau cari Alya kemana fan? " tanya Risya

"Kemana aja lah,  gue khawatir sama dia" kata Irfan hendak pergi

"Tunggu dulu,  loe bilang loe khawatir sama dia,  tapi kemaren kemaren loe perlakuin dia kaya apa hah?  Gue tanya" kata Risya

"Udah lah sya ini bukan waktunya bahas itu,  gue tau gue salah,  gue mau cari Alya sekarang" kata Irfan pergi meninggalkan Risya

.
.
.

Alya sendirian di taman yang sering ia datangi saat ia sedang sedih,  sekarang Alya bingung kemana ia harus pergi tak mungkin ke rumah orang tuanya,  Alya pergi dari rumah Irfan ia sudah tidak kuat dengan perlakuan Irfan yang semakin hari semakin kasar padanya

"Maaf nona,  apa anda menangis" tanya seorang laki laki

Mendengar ada yang bertanya Alya langsung mengangkat kepalanya "Ka zami" kata Alya

"Loh Alya,  kamu ngapain sendirian di sini?  Kamu nangis?" tanya laki laki itu yang di ketahui namanya Zami

Alya langsung berhambur ke pelukan zami dan menangis, zami adalah kakak sepupunya, mereka sangat akrab seperti adik kakak lainya,  tapi akhir akhir ini mereka jarang bertemu karena Zami harus mengurus perusahaan ayahnya yang di Jogja,  mau tidak mau ia harus tinggal di Jogja

"Hey kamu kenapa? " tanya Zami heran melihat adik sepupunya

"Hiks hiks a-aku ngga bisa kak" kata Alya sesegukan

"Ngga bisa apa? Bisa kamu jelaskan apa yang terjadi?" kata Zami

"Aku pergi dari rumah hiks hiks" kata Alya

"Pergi dari rumah?  Kenapa?  Bukan kah kamu sudah menikah?" kata Zami

"I-iya aku bertengkar dengan nya" jawab Alya

"Lalu kamu memutuskan pergi dari rumah gitu? " kata Zami

Alya hanya menganggukan kepala,

"Pertengkaran dalam rumah tangga itu soal biasa Alya, kamu ngga seharusnya pergi kaya gini,  kasihan suami kamu dia pasti nyariin kamu" kata Zami menasehati Alya

"Dia ngga mungkin nyariin aku" kata Alya

"Ngga ada suami yang akan tega sama istrinya sendiri sayang" kata Zami lagi

"Ada,  buktinya dia tega hiks" kata Alya

"Sudahlah lebih baik kamu pulang sekarang ya" kata Zami

"Aku ngga akan pulang,  bukankah kakak tinggal di Jogja?  Boleh aku ikut ke Jogja? " tanya Alya

"Apa?  Ke jogja?  Lalu bagaimna nanti suami kamu?" kata Zami

"Dia ngga peduli sama aku kak, aku mohon kak bawa aku ke Jogja" kata Alya memohon

"Maaf Alya kakak ngga bisa bawa kamu ikut kakak,  kamu sudah bersuami" kata Zami

"Tapi kak dia jahat,  dia ngga peduli sama aku hiks" kata Alya kembali menangis.

"Maksud kamu apa? " tanya Zami

"Aku akan menceritakan semuanya,  asal kakak mau bawa aku ke Jogja" kata Alya

"Tapi al.."

"Aku mohon kak,  apa kakak tega liat aku menderita di sini? " kata Alya

"Hmm baiklah kakak akan bawa kamu ke Jogja,  tapi bagaimana dengan orang tua kamu" kata Zami

"Mereka ngga boleh tau kalau aku pergi sama kakak" kata Alya

"Tapi kenapa,  mereka orang tua kamu,  kalau mereka khawatir gimna? " kata Zami

"Itu urusan nanti kak,  aku mohon bawa aku pergi sekarang kak" kata Alya

"Hmm baiklah,  tapi dengan catatan setelah sampai nanti kamu harus menceritakan semuanya sama kakak" kata Zami

"Iya" kata Alya

Alya dan Zami pun berangkat menuju jogja,  sepanjang perjalanan Alya hanya melamun dan Zami melihat itu, Zami kasihan pada adik sepupunya itu, ia berpikir kenapa Alya menjadi murung seperti ini apa masalah dengan suami nya begitu besar hingga Alya pergi.

Sebuah mobil memasuki pekarangan rumah yang Indah dan terlihat begitu mewah

"Al,,  al bangun udah sampe" kata zami membangunkan Alya

"Hmmm udah sampe ya ka" jawab Alya sambil menggeliat

"Iya ayo turun,  barang barang kamu biar nanti pak amin yang bawa masuk" kata Zami

"Iya kak" jawab Alya sambil turun dari mobil

Alya dan zami memasuki rumah zami,  Alya kagum dengan isi rumah itu semua dekorasinya terlihat sempurna tapi sayang rumah ini sangat sepi

"Al.. " Zami menyadarkan Alya

"Ah iya kak maaf maaf" kata Alya

"Kamu tak perlu minta maaf,  kamu pasti berfikir rumah ini sangat sepi,  rumah ini memang sepi kamu pasti tau kan alasannya kakak cuman tinggal sendiri" kata Zami sambil mengajak Alya duduk di sofa

"Hmm apa kakak tidak berfikir untuk menikah?  mungkin kalo kaka nikah rumah ini tidak akan sepi lagi" tanya Alya

" Semenjak tunangan kakak pergi ninggalin kakak karena perusahaan kakak akan mengalami kebangkrutan,  semenjak saat itu juga kakak berfikir wanita yang dekat dengan kakak hanya melihat apa yang kaka miliki saja" kata Zami tersenyum kecut

"Apa kakak berfikir semua wanita itu matre?" tanya Alya

"Ngga lah al,  kalo kakak berfikir seperti itu berarti kakak juga berfikir kamu matre" jawab zami tersenyum

"Iya juga sih,  eh kak ngga apa apa kan kalo aku numpang di sini" kata Alya

"Iya ngga apa apa dong kamu kan adik kakak,  oh iya kalo boleh tau apa masalah kamu sama suami kamu sampe kamu pergi kaya gini" tanya zami

"Aku........ " Alya menceritakan semua yang ia alami bersama Irfan pada zami tanpa Alya sadari ia bercerita sambil meneteskan air mata

"Kamu yang sabar ya al,  mungkin ini cobaan untuk kamu dan juga Irfan, kamu harus tetap bertahan dengan suami kamu dan mempertahankan keluarga kecil kamu" kata zami dan memeluk Alya

"Tapi kak ada yang belum kakak tau" kata Alya melepaskan pelukan zami

Zami mengerutkan keningnya bingung "Apa itu? " tanya zami

"Aku sedang mengandung" kata Alya tertunduk

"Apa mengandung?? " kata zami kaget

Bersambung...

Don't forget vote oke

He's From The FastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang