Terimakasih

1.6K 105 17
                                    

Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya Hinata cemas. Himawari yang dijemput sebelum bell sekolah pun hanya bisa bingung dikursi belakang.

"Kau jangan cemas begitu, tak baik untuk kandunganmu.." komentar Itachi yang sedang mengemudikan mobil. Hinata tak mengindahkan perkataan sang suami. Dia hanya mencemaskan keadaan Yugao didalam penjara.

"Bagaimana aku bisa tenang, Yugao-san dalam bahaya..." gumam Hinata sedih.

Himawari tak berkomentar, apapun yang terjadi pada Yugao, dia tak peduli. Himawari asyik saja memakan sisa bekal sekolahnya yang belum sempat dihabiskan. 

"Kenapa Yugao-san melakukan semua ini..."

"Hinata sayang, kau mencemaskan orang yang menjahatimu.." ucap Itachi.

"Itu masa lalu, aku sudah memaafkannya.." jawab Hinata sedih.

.

.

Yugao tersenyum lega dibalik jeruji besi. Ia sudah pasrah dengan hukuman apapun yang akan diberikan oleh Hakim dipersidangan nanti. "Oy wanita murahan, kau gila?" Seorang wanita teman satu sel Yugao nampak mencibir. 

Yugao tak bergeming, Ia hanya terus saja tersenyum. "Setidaknya jika aku dihukum mati sekalipun, aku akan merasa tenang..." gumamnya.

Teman satu sel Yugao yang tadi mencibir sekarang merasa sedikit ngeri, pasalnya Ia mengira Yugao sudah gila.

"Hey, aku tidak gila." Sekarang Yugao merespon, setengah menyeringai. 

"Kau gila!" jawab wanita itu.

"Ya, aku gila, tapi dulu..." ucap Yugao lalu kembali bersandar ditembok penjara.

.

Sesampainya dikantor polisi, dengan langkah yang tergesa-gesa Hinata mencari dimana Yugao ditahan.

"Ada apa ini, kenapa kau berlari?!" tanya seorang petugas kepolisian.

"Dimana Yugao Uzuki ditahan?" Tanya Hinata cemas.

"Oh, si gila yang melaporkan dirinya sendiri, kau belum bisa menemuinya," jawab si polisi.

"Kumohon, biarkan kami bertemu dengannya," ucap Hinata memohon.

Polisi itu bersikeras tidak memberikan Hinata izin.

"Kumohon!!! aku ingin mengunjunginya sekali ini saja..." lirih Hinata.

Suara itu terdengar sampai sel dimana Yugao ditahan, Ia tersenyum haru. Mereka benar-benar datang untuk menjenguknya.

Setelah Itachi berunding beberapa saat, akhirnya mereka diizinkan untuk menjenguk Yugao, namun hanya boleh satu orang saja. Dan akhirnya Hinata yang masuk.

Wanita berambut panjang itu duduk dibangku kayu menunggu Hinata. Langkah kaki Hinata terhenti setelah melihat wanita itu.

"Yugao-san!?" Hinata tersenyum haru melihat Yugao masih baik-baik saja.

"Hinata...?" Air mata Yugao menetes begitu saja, rasa bersalah semakin terasa menyesakkan dalam dirinya. Hinata memeluknya sambil menangis, cemas dan khawatir. Ia seolah mempunyai seorang adik perempuan.

"Hinata, kenapa kau baik padaku, aku jahat..." ucap Yugao pilu.

Hinata menggeleng dan terus meyakinkan Yugao bahwa itu hanya masa lalu dan Ia sudah memaafkannya.

"Aku tak akan pernah bisa menebus dosa yang telah kulakukan pada keluargamu, setidaknya hanya ini yang bisa kulakukan..." Yugao tersenyum getir. Namun dirinya sudah membulatkan tekad untuk menjalani semua hukuman yang akan diberikan kepadanya.

Between [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang