Petualangan dimulai

2.1K 195 13
                                    

Sudah satu minggu Hinata dan sang putri tinggal di Iwa. "Hima, baik-baik ya di rumah, mama harus bekerja, ingat! jangan buka pintu untuk siapapun kecuali mama ya?" ucap Hinata. Sebenarnya sangat berat meninggalkan gadis kecil berusia 5 tahun sendirian, namun bagaimana lagi, Hinata harus berkerja untuk mencukupi semua kebutuhanya.

Tak akan ada yang menyangka bahwa Hinata merupakan seorang istri dari CEO Uchiha corp yang kaya raya, harus tinggal di sebuah rumah kecil dipinggiran kota, dan bekerja sebagai pegawai disebuah toko bunga. Himawari pun mengangguk, sampai saat ini ia belum juga sekolah karena biaya untuk daftar kemarin terpakai.

"Tuhan, semoga anakku baik-baik saja," ucap Hinata sebelum akhirnya melangkahkan kaki menuju tempat ia bekerja. Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit karena berjalan kaki, Hinata pun akhirnya sampai di tempat kerjanya. Ia membuka pintu, terlihat sang pemilik toko sedang menyiapkan perlengkapan sebelum toko dibuka
"Selamat pagi Ino-san, maaf apa aku terlambat?" ucap Hinata. Ino melihatnya lalu tersenyum
"Tidak," katanya dan mempersilakan Hinata masuk dan membantunya.

"Kau suka bunga apa Hinata?" tanya Ino disela kegiatanya merangkai bunga.
"B-bunga favoriteku?" jawab Hinata. Ino mengangguk.

"Ini untukmu sayang," ucap Itachi memberinya rangkaian bunga mawar putih dihari ulang tahunya.

"Hinata??" panggil Ino karena karyawan yang satu ini bukanya menjawab namun melamun. Tersadar dari lamunanya Hinata hanya menunduk. "Apa aku menyinggungmu Hinata-san?" tanya Ino merasa bersalah. Hinata menoleh, menggeleng lalu tersenyum. "Tidak Ino-san, hehe aku hanya teringat sesuatu.. Bunga favorite ku adalah Mawar Putih," ucap Hinata.

Ino tersenyum lebar. "Mawar putih? wah... mawar putih itu adalah lambang Cinta sejati, kesucian dan... kesetiaan!" ucapnya.



Kesetiaan.



Hati Hinata mencelos mendengar perkataan Ino. Hinata teringat lagi dengan kejadian yang membuatnya berada disini.

Sakit. Begitu perih yang dirasakan oleh Hinata setiap mengingatnya.

"Hinata-san?" ucap Ino terkejut melihat wanita disampingnya menangis.
"M-maafkan aku Ino-san," ucap Hinata berlinang air mata. Ino tampak prihatin melihatnya. Sejak awal Ia merasa bahwa ada yang tidak beres dengan wanita ini, terutama saat ditanyai perihal suaminya.

"Tak apa, kau bisa ceritakan apapun padaku Hinata-san," ucap Ino menepuk pundak Hinata.
Hinata menghapus air matanya lalu tersenyum.
"Maafkan aku, di hari pertamaku bekerja, aku mengacaukanya," ucap Hinata sambil tersenyum. Ino menggeleng. "Tak apa Hinata-san, aku rasa kau sedang tidak enak hati, tak apa-apa aku mengerti," ucap Ino sambil tersenyum. "Kau tak ku anggap sebagai karyawanku, tapi ku anggap sebagai temanku, partnerku," lanjutnya. Hinata tersenyum lalu mengangguk. "Terimakasih banyak Ino-san, terimakasih.."


Sementara dirumah, Himawari terduduk dilantai. "Uhh, aku lapar sekali.." keluhnya. Tak ada makanan yang dapat dikonsumsi oleh gadis kecil ini, karena makanan akan datang ketika sang ibu pulang. Ia teringat pada rumah lamanya, dimana ada banyak makanan yang bisa ia makan sesuka hati tanpa harus dimasak terlebih dahulu.

"Aku ingin pulang..." ucap Himawari berkaca-kaca. Seketika ia teringat apa yang dilakukan sang ayah pada ibunya. "Tidak mau, aku tidak mau pulang sebelum papa minta maaf," ucapnya lagi. Himawari memutuskan untuk merebahkan dirinya di kursi, dengan harapan hari akan cepat sore bila ia tidur dan sang ibu akan cepat datang.

.
.

"Itachi," panggil Mikoto dari balik pintu.
"Sebentar," ucap Itachi lalu membukakan pintu. "Ada apa kaa-san?" tanya Itachi.
"Sudah kau temukan Hinata dan Hima?" tanya Mikoto resah. Itachi menggeleng.
"Tidak, belum" jawabnya. "Itachi, aku tahu kau sudah dewasa, tapi sebagai ibumu, bolehkah aku memberi tahu sesuatu padamu?" tanya Mikoto. Itachi mengangguk.

Between [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang