18. Ketampanan yang Membutakan

3.4K 493 141
                                    

Serial HAMASSAAD – 18. Ketampanan yang Membutakan

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2016, 2 September

-::-

Hamas melangkah gontai menuju gedung olahraga kampus. Hari ini, selain dia sedang berpuasa, juga ada latihan basket selepas Asar sampai jelang Magrib nanti. Masalahnya, dia bete banget kalau sudah urusan basket belakangan ini. Gara-gara si Dani. Siapa lagi?

Di mata Hamas, Dani sepertinya sudah tidak punya telinga. Kejadian ribut di ruang ganti beberapa hari yang lalu bukannya bikin Dani jera, malah makin gencar ngambil perhatian Hamas.

Duh, geli bin jijik banget tahu ngga sih...

Puncaknya kemarin, saat latihan tanding antar tim utama dengan tim cadangan kampus. Saad yang ikut menyaksikan pertandingan latihan itu, duduk bersebelahan dengan Dani yang sedang tidak ikut turun ke lapangan karena sedang tidak enak badan.

Konsentrasi Hamas sampai hampir buyar setiap kali dia melirik ke arah Saad dan mendapati sahabatnya itu tengah terlibat perbincangan seru dengan Dani. Belum lagi gerakan-gerakan tangan Dani yang sesekali menyentuh sahabatnya itu. Yang kalau dilihat-lihat, masih dalam tahap kewajaran. Hanya saja...

Hamas muak sekali melihatnya.

Jadi begitu pertandingan usai, yang dia temui pertama kali setelahnya adalah Dani. Hamas cukup keras memberinya peringatan saat itu, berharap Dani tidak mengganggunya.

Tapi memang dasar si Dani batu. Dia cuma cengengesan, seolah Hamas terpancing dalam usahanya.

"Ngga usah cemburu, kali..." kata Dani dengan punggung menempel kasar pada satu dinding kampus. Sementara Hamas bersiap menghajarnya.

"Eh, bangsat, jangan sampe gue buka aib lo ke seluruh kampus!" ancam Hamas. "Lo kaga usah ganggu-ganggu gue, apalagi Saad!"

"Sekarang siapa yang ganggu siapa?" tantang Dani lagi, melirik kepalan tangan Hamas dengan santai.

Dan yang Hamas bisa lakukan hanya melayangkan tinjunya ke dinding di dekat kepala Dani, sebelum melepaskan cengkramannya pada pria itu. Hamas berpikir berulang kali, apakah dia harus memberitahukan perihal sakitnya Dani pada Saad atau tidak.

"Najis!" maki Hamas seorang diri. "Anjng! Mati aja tu orang!" makinya geram.

Seharian kemarin Hamas bahkan berpikir terus, tentang keinginannya untuk keluar dari tim basket. Tapi bermain basket, futsal, game, dan lain-lain kan hobinya. Kenapa kesenangannya malah terganggu dengan keberadaan manusia macam Dani?

"Nubruk lau ntar!" suara Rangga memecah lamunan Hamas.

"Eh, elu, Ngga," Hamas melebarkan tangannya, menyambut sapaan Rangga terhadapnya.

Rangga adalah teman satu tim basket dengan Hamas. Tapi Rangga lebih sering di bangku cadangan. Sebab skill basket milik Rangga memang belum sebaik Hamas. Mereka berada di tingkat yang sama.

"Lagi banyak masalah kayaknya?" tanya Rangga.

"Biasa aja sik," sahut Hamas, padahal hatinya mencelos. Apakah dia harus menyampaikan keinginannya untuk keluar dari tim basket pada Rangga ya?

Mereka berjalan bersama menuju ruang ganti. Sudah ada beberapa teman mereka yang lain, sibuk mengganti pakaian mereka. Hamas memindai satu per satu dari mereka, dan lega tidak menemukan satu pun makhluk bernama Dani di sana.

"Sob, semuanya, ada yang mau gue omongin..." kata Hamas kemudian. Agaknya dia butuh bertukar pikiran dengan yang lain sebelum bicara langsung dengan pelatih.

[✓] HAMASSAAD Ukhayya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang