Chapter 19

2.5K 288 54
                                    

Seungcheol tengah mengambil empat buah mangkuk untuk dirinya, dua putra kembar nya dan Samuel. Ia juga berniat untuk memakan bersama jajamyun miliknya dengan Jeonghan.

"Hyung apa kau benar sudah makan?"

Tidak ada jawaban dari Jeonghan.

"Jeonghan hyung..." panggil Seungcheol sekali lagi. Hingga akhirnya ia menutuskan untuk menemui istrinya itu. Ia terkejut ketika melihat Jeonghan yang sudah tergeletak jatuh di lantai.

"Jeonghan hyung...bangun! Hyung!" Seungcheol menggoyangkan tubuh Jeonghan tetapi tidak ada pergerakan.

Seunghyun, Jeonghyun dan Samuel yang baru saja bangun. Langsung menghampiri Seungcheol yang masih berusaha membangunkan istrinya itu.

"Seungcheol hyung, darah!" teriak Samuel.

Seungcheol melihat aliran darah dari sela-sela kaki jenjang Jeonghan. Ia mengangkat tubuh kurus Jeonghan dan segera membawanya ke rumah sakit. Sementara duo kembar Choi dan Samuel mengikuti Seungcheol di belakangnya.

.

.

.

Setelah sampai di rumah sakit, Seungcheol segera menggendong tubuh Jeonghan membawanya pada ruang instalasi darurat. Para tenaga medis disana segera cekatan menangani Jeonghan. Seungcheol dengan anak kembarnya dan Samuel menunggu di ruang tunggu. Ia mengusap wajah nya kasar. Ia menangis. Ia menyesali semuanya. Seungcheol bersumpah jika terjadi sesuatu pada Jeonghan dan calon bayi nya itu ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

Tak berapa lama, dokter yang menangani Jeonghan pun keluar dan menghampiri Seungcheol.

"Maaf apa anda suami dari pasien Yoon Jeonghan."

"Ya saya dok, bagaimana keadaan istri saya dan bayi kami dok?"

"Istri dan bayi yang di kandungnya selamat. Ia hanya kelelahan saja dan terlalu banyak pikiran. Sebaiknya ia harus banyak istirahat. Usia kandungan nya masih sangat berisiko."

"Syukurlah. Terima kasih dok sudah menangani istri saya."

"Ya sama-sama. Saya permisi dulu."

Sepeninggal sang dokter, Seungcheol menghampiri Jeonghan yang masih terbaring lemah. Wajah nya terlihat sangat pucat.

"Hyung maafkan aku." Seungcheol mengusap pelan rambut istrinya. Ia mengecup keningnya dengan lembut.

Ponsel milik Seungcheol bergetar sebuah panggilan masuk dan Seungcheol segera mengangkatnya.

"Eoh, Doyoon-ah, ada apa?"
"......................."
"Menjemput mu? Kau dimana?"
"......................."
"Tapi aku----"
"......................."
"Baiklah, tunggu aku. Aku akan segera ke sana."

Seungcheol menutup sambungan telponnya "Hyung, aku tidak bisa menemanimu. Ada urusan penting mendadak. Aku sayang kamu Jeonghan-ah."
Seungcheol mengecup kening Jeonghan kembali namun kali ini lebih lama. Ia segera pergi dan meninggalkan Jeonghan sendiri.

Mata Jeonghan terbuka perlahan. Sebenarnya ketika Seungcheol berbincang dengan dokter, Jeonghan sudah sadar namun ia berpura-pura tidur. Ia mendengar semua percakapan Seungcheol barusan. Air matanya pun jatuh ke pipinya, ia menangis. Seungcheol lebih memilih pemuda yang ternyata bernama Doyoon itu dibandingkan ia sebagai istrinya.

.

.

.

Mobil yang di kendarai Seungcheol sampai di depan sebuah club malam. Tampak Doyoon yang berdiri di depan sana sambil tersenyum ke arahnya. Seungcheol turun dari mobilnya.

Baby Cheol and Nanny HanWhere stories live. Discover now