Hari Untuk Kai

162 21 2
                                    

Hari Untuk Kai

Wenda yang berlibur di Walls di sela-sela kesibukannya, mampir sebentar ke rumah Kim. Dia menyuruh Kim menjemputnya di bandara Walls. Ada pelukan hangat. Ada canda tawa yang sudah lama tidak terdengar. Sejak Kim memutuskan untuk kembali ke Walls, dia bersama Alfa yang juga teman Kim tetap di Widland dengan aktivitas baru mereka setelah lulus sekolah menengah atas.

Kim sendiri senang dengan kedatangan Wenda. Setelah menjemput Wenda di bandara, dia dan Wenda menuju rumahnya. Wenda sendiri ingin bertemu dengan ibunya yang dulu sempat dibencinya. Wenda banyak mendengar cerita darinya, mengenai ibunya, mengenai Kai dan juga Kyle yang saat di Widland baru menjadi pacarnya. Wenda salut dengannya yang bisa merubah suasana paling menyakitkan hatinya, menghancurkan hidupnya, menjadi seperti hari ini.

Wenda melirik Kim. Wajahnya terlihat bahagia di mata Wenda. Wenda ikut tersenyum.

"Aku dengar dari Alfa kalau Gerald ada di Walls. Kamu nggak dikabari dia?" celetuk Wenda.

Dia bungkam setelah itu. Nama Gerald langsung menyeruak masuk ke sel-sel dalam otaknya, bekerja maksimal mencerna pertanyaan dari Wenda barusan. Gerald bukan sosok baru baginya, teman sekolahnya saat di Widland. Tapi saat ini dia seperti mendengar nama orang asing yang akan mempersulit jalan hidupnya menuju titik bahagia yang sebenarnya. Kedengarannya berlebihan, namun dia sempat memikirkan hal yang tidak-tidak mengenai Gerald. Ditambah pernyataan Wenda mengenai laki-laki itu yang datang ke Walls.

Dia masih diam tidak bergeming menanggapi pertanyaan Wenda apakah Gerald menghubunginya saat di Walls atau tidak. Rahangnya tidak bergerak, bahkan dadanya seperti tidak naik turun layaknya dia bernapas biasanya.

Sementara Wenda hanya melihat tatapan kosong dari Kim yang ada di depannya kini. Merasa aneh dengan tatapan kosong namun penuh pengertian itu. Wenda cukup penasaran kenapa Kim tiba-tiba diam membisu saat nama Gerald terucap dari bibirnya barusan. Apa mereka menjalin hubungan? Wenda rasa mereka tidak pernah saling dekat selain pendekatan singkat Gerald saat acara terakhir sekolah mereka. Dan setahu Wenda, Gerald maupun Kim tidak pernah bercakap banyak selama mereka berada di satu sekolah.

"Aku sedang bicara sama kamu, Kim," ucap Wenda lagi.

Kim mengerjap-ngerjapkan matanya. Sadar bahwa dia telah melamun tentang Gerald. Untuk menenangkan dirinya, dia mengambil napas dalam. Menghembuskannya sepelan mungkin agar Wenda tidak tahu.

"Gerald? Nggak ada yang menghubungiku selain kamu," jawab Kim kemudian.

Boro-boro dihubungi oleh Gerald, pernah bicara banyak saja tidak pernah. Kim tidak kenal banyak tentang Gerald. Bahkan dia tidak tahu siapa nama lengkap Gerald, meskipun di sekolah Gerald merupakan salah satu siswa teladan yang banyak dikenal karena prestasinya. Lucu memang.

"Aku dengar dari Alfa. Ya, kukira dia mengabarimu, Kim."

Kim menggelengkan kepalanya. Berpura-pura polos. Sebenarnya dia cukup penasaran dengan keberadaan Gerald di Walls, dan juga pertanyaan Wenda yang seolah menyudutkannya, menuduhnya pernah dikabari Gerald.

"Memangnya kenapa? Kenapa Gerald ke Walls?" tanya Kim kemudian. Menunggu jawaban Wenda sambil merapikan rambutnya yang terikat satu ke belakang.

"Aku juga nggak tahu," jawab Wenda dengan mengangkat bahunya.

Lihat siapa lagi yang datang. Apa yang aku dapat kali ini?

Dengan jawaban itu, Wenda lalu duduk di sofa milik keluarga Kim yang terletak di tengah ruang tamu. Dengan menyilangkan kakinya, Wenda merogoh tas yang dibawanya sejak tadi. Dia mengambil ponselnya. Kali ini dia ingin menghubungi Alfa.

Hello, Kim [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang