Menunggu Bagaimana

182 21 5
                                    

Menunggu Bagaimana

"Yang harus kamu tahu adalah, Venna meminta maaf padaku kemarin."

"Apa-apaan dia. Seenaknya sendiri datang meminta maaf, padahal sebelumnya sudah menghancurkan hidup Kim. Kurasa perempuan itu memang gila. Nggak sadar akan kelakuannya."

"Aku yakin, dia nggak mungkin melakukan itu tanpa alasan. Pasti ada maksud dibalik itu."

"Aku belum menerima maafnya apalagi memaafkannya. Tunggu dulu."

"Tentu saja Kim harus berhati-hati dengan Venna. Maaf dari Venna pasti ada maksudnya."

Demy terus mondar-mandir di ruang tamu sambil mengecap-ngecap membicarakan Venna. Lalu dia berhenti dan mengambil ponselnya di meja. Dia menyentuh layar ponselnya, lalu memasangnya pada telinganya. Hendak menghubungi seseorang.

"Halo,"

"Kita harus ketemu. Ada yang harus aku bicarakan, tentang Kim. Apa kamu bisa?"

"Baiklah. Dimana?"

"Taman dekat gedung Atfary ya?"

Dia menutup teleponnya setelah menyepakati tempat bertemunya dia dan seseorang di seberang sana.

-

"Ada apa?"

"Langsung ke inti saja. Sebenarnya pikiranmu dulu bagaimana ketika bersama Venna? Dia sudah gila atau bagaimana, sih? Aku heran dengannya," serbu Demy dengan pernyataan-pernyataan membingungkan.

"Aku nggak paham dengan maksudmu," jawab Kai.

"Venna meminta maaf pada Kim. Meminta maaf atas segala perbuatannya. Kutegaskan lagi, meminta maaf!" Demy menekankan kata maaf berkali-kali. Karena dia masih heran dengan Venna. Bisa semudah itu mengucap maaf.

"Bagus kalau dia sudah menyadari kalau dia salah selama ini. Apa yang salah?" balas Kai.

Demy bangkit dari duduknya. "Kamu bertanya apa yang salah? Venna yang salah! Kamu nggak pernah tahu bagaimana isi hatinya, bahkan kalau dia hanya berpura-pura saat ini, Kai."

Demy sedikit emosi dengan tanggapan Kai yang biasa saja mendengar berita ini. Betapa polosnya Kai menurut Demy jika hanya bertanggapan seperti itu.

"Jangan menilainya selalu jahat begitu. Apa bedanya kamu dengan dia sekarang?"

"Kai!" pekik Demy kesal.

"Duduklah dulu." Kai menuntun Demy duduk lagi. "Dengarkan aku baik-baik. Kim pasti tahu Venna seperti apa. Dia lah objek kejahatan Venna selama ini. Dia pasti tahu mana yang tulus. Kalau saja Kim akan memaafkannya, artinya dia sadar bahwa setiap orang punya kesempatan kedua untuk memperbaiki kejahatannya dulu. Benar begitu, 'kan? Kamu nggak bisa terus berburuk sangka pada Venna. Kalau seperti itu, apa bedanya kamu dengan Venna? Tolong jangan seperti ini, jangan menyudutkan Venna terus menerus. Kim pasti-"

"Jadi sekarang kamu membela Venna lagi?" potong Demy.

"Bukan begitu. Kamu ke sini untuk memberitahuku tentang ini, 'kan? Sudah, aku sudah tahu. Sekarang kita tunggu bagaimana respon Kim," jelas Kai kemudian.

"Ada yang membicarakan Kim?"

Seseorang dari sebelah Demy bersuara. Betapa kagetnya Demy dan Kai bahwa di sana ada Venna yang berdiri tegap dengan wajah yang sedikit berkerut.

Venna. Dia datang untuk hal yang lain yang berbeda dari sebelumnya. Meminta maaf pada Kim. Apa dia tulus? Batin Kai.

"Sedang apa kamu di sini?" tanya Demy ketus.

Hello, Kim [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang