Hancur

388 91 14
                                    

Hancur

Melihat itu, Ibu Kim hanya menghela napas.

"Venna, maafkan Kim, ya. Dia sedikit kasar sejak kakaknya meninggal."

Venna tersenyum.

-

Kekecewaan Kim bertambah lagi pada ibunya. Kali ini dia membawa anak tirinya ke rumah dengan rasa tidak bersalah. Ibunya ingin menunjukkan satu hal yang membuatnya bahagia hingga meninggalkan keluarganya.

Sampai petang, Kim masih saja melamun di atas tempat tidurnya. Dia tidak bisa menutupi rasa kecewanya pada ibunya. Dan Venna. Perempuan itu dengan tampang polos berkata ingin mengetahui anak kandung ibunya. Untuk apa?

Seseorang mengetuk pintu kamar Kim. Samar-samar dia mendengar suara ibunya memanggilnya pelan. Mau apa lagi sih!

Dia turun dari tempat tidur dan melenggang menuju pintu.

"Ayo turun, kita makan malam," ujar Ibunya begitu pintu terbuka.

"Aku tidak lapar." Buru-buru Kim menutup pintunya lagi.

Brak!

"Kim!" Ibunya memekik keras. "Kamu harusnya menghormati ibu. Buka pintunya dan turun untuk makan malam!" Nada ibunya meninggi hingga terdengar dari bawah. Telinganya panas. Dengan kasar dia membuka pintu dan melewati ibunya. Dia turun ke ruang makan kali ini.

Oh. Masih ada dia.

Terlihat Venna duduk manis di meja makan.

"Hello, Kim," sapa Venna lalu tersenyum. Hanya dibalas lirikan oleh Kim.

Ibunya turun dan duduk. "Tunggu apa lagi? Cepat duduk!"

Kim duduk. Situasi ini membuat Kim tidak nyaman. Perasaan kesal yang tidak berhenti juga membuatnya tidak nyaman. Matanya yang masih bisa melihat orang-orang di depannya ini membuatnya tidak nafsu makan.

Selama makan malam, tidak ada yang mengeluarkan suara. Hanya suara sendok yang terkadang menyentuh piring sehingga mengeluarkan bunyi khas. Suara kunyahan makanan yang ditimbulkan dua anak perempuan dan satu wanita paruh baya memecah hening meski lirih sekali. Setelah selesai, buru-buru Kim beranjak menuju kamarnya lagi.

"Kemana?" tanya ibunya cepat begitu melihat Kim berdiri.

"Apa lagi? Ibu ingin aku menuruti apa lagi?"

"Temani Venna,"

Apa?

"Untuk apa? Aku tidak mau." Kim tidak peduli dengan teriakan ibunya, ia naik ke atas menuju kamarnya.

-

Venna mengetuk pintu kamar Kim. Berkali-kali. Tapi tidak dibuka juga oleh Kim. Dengan terpaksa dia langsung membuka daun pintu. Saat terbuka, di dalam ruangan itu memperlihatkan Kim yang sedang duduk di atas tempat tidur.

"Maaf kalau aku lancang. Habis kamu nggak juga bukakan pintunya." Venna berjalan masuk dan menutup lagi pintunya.

"Siapa yang menyuruh kamu masuk? Keluar!"

"Kenapa? Aku diminta Ibu untuk tidur di sini."

Matanya melebar. Rasa kesal menghampirinya lagi.

"Keluar!"

"Ya tapi ini permintaan ibumu," sela Venna.

Tanpa pikir panjang, Kim turun dari tempat tidurnya lalu menyeret Venna keluar dari kamarnya. Tangan Kim menarik tangan Venna dengan kasar. Dia menyeret Venna menuju ibunya. Kim mendorong Venna ke arah ibunya dengan kasar hingga dia terbanting ke sofa.

Hello, Kim [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang