Kejelasan

205 31 1
                                    

Kejelasan

Terik matahari menambah panasnya suasana dalam hati Kim. Hari ini tidak ada lagi hal-hal yang harus membelit otaknya. Dia ingin menyelesaikannya satu persatu. Dia berharap semua sesuai apa yang dia bayangkan semalam. Sesuai nasehat Demy yang panjang dan berarti sekali baginya.

Sebenarnya bukan hal yang tidak wajar, jika Kim meminta maaf pada ibunya sendiri. Tapi ini sedikit membuatnya canggung.

"Ibu?" Kim meletakkan susu hangat di meja samping tempat tidur. Lalu duduk di tepi tempat tidur.

"Ibu belum tidur?" tanya Kim.

"Belum. Kenapa, Kim?"

Matanya lurus menatap mata ibunya. "Kim ingin minta maaf pada Ibu. Kim tahu selama ini Kim kasar sekali pada Ibu. Aku hanya memikirkan semuanya satu sisi. Mungkin karena terlalu kecewa pada Ibu, sehingga aku sangat membencimu. Maafkan Kim, Bu," dia meraih tangan Ibunya, menggenggam erat.

"Iya. Ibu selalu memaafkanmu. Ibu tahu kamu kecewa pada ibu, dan karena sikap dan keputusan ibu yang salah selama ini membuatmu membenci ibu."

Kim tersenyum.

"Semua kenyataan tentang ayah ataupun Kak Kath, simpan saja ya, Bu. Kita bisa kan memulainya lebih baik lagi mulai sekarang. Aku tidak mau terus larut dalam masa lalu. Kepalaku selalu ingin pecah jika memikirkan kenyataan-kenyataan ini," ujar Kim.

Ibunya ikut tersenyum, menanggapi Kim. Ibunya bangga melihat Kim yang sudah cukup dewasa ini. Bahkan dia ingin menangis melihat anaknya tumbuh dengan baik meskipun dia selalu membuatnya menderita beberapa tahun ini. Membuat masalah yang seharusnya tidak dihadapi anaknya di usia yang masih muda ini. Ada kekecewaan dalam hati ibu Kim bahwa dia telah berbuat kesalahan besar. Menghancurkan semuanya.

"Maafkan ibu telah membuat keluarga kita begini. Ini adalah salah ibu," balas Ibu Kim.

"Tidak, kenapa Ibu mengatakan itu, semua sudah terjadi," potong Kim.

-

Dua tahun kemudian...

Di bus yang sedang berjalan menuju kota, Kim duduk di salah satu bangku dalam bus itu dengan sepasang benda yang menyumpal telinganya. Mendengarkan lagu-lagu ringan dengan suasana yang sejuk sejak pagi tadi. Bus yang tidak terlalu ramai membuat Kim semakin nyaman. Sesekali dia bersenandung pelan mengikuti lagu yang mengalun di telinganya.

Hari ini adalah hari terkahir sekolahnya untuk tahun ini. Sudah lama juga dia ada di Widland sendirian. Sedangkan ibunya masih ada di Walls dan tidak bisa ikut tinggal bersamanya di Widland.

Selama dua tahun semuanya berubah. Berubah drastis. Begitu menyenangkan bagi Kim karena masalahnya sudah selesai. Akhirnya sekitar bulan April tahun lalu ibunya resmi bercerai dengan suaminya. Artinya tidak ada hubungan lagi antara dia dan Venna. Artinya hidupnya bisa tenang sedikit. Dan sejak itu pula, Kim bisa tenang sekolah di Widland.

Selama dua tahun ini, hal baru yang membuatnya semakin bahagia adalah adanya seseorang yang mengisi hidupnya, menjadi lebih berarti.

Di tengah-tengah lagu dari Taylor Swift mengalun, lagu itu berhenti, karena ada panggilan masuk.

"Halo?"

"Dimana, Kim?"

"Di bus,"

"Sekolah? Belum libur?"

"Besok, Kak,"

"Hati-hati, ya!"

"Hm,"

Hello, Kim [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang