Datang Meminta Maaf

244 28 0
                                    

Datang Meminta Maaf

Hari minggu bukan alasan untuk bermalas-malasan. Kim berinisiatif untuk meluangkan waktu liburannya untuk mengitari kota sambil bersepeda. Udara pagi yang sangat sejuk membuat dada Kim bak terisi air yang dingin, sangat segar.

Kim berhenti di Common Ground yang sekilas menarik perhatiannya. Dia turun dari sepeda. Kim sempat mengingat kejadian dengan Kai kemarin. Kai yang bertindak sangat bodoh di depan Kyle yang adalah pacar Kim. Memeluknya, membelai rambutnya

"Apa kamu marah, Kak?" tanya Kim.

"Awalnya. Tapi dia sudah pergi, merelakan kamu sama aku, 'kan? Itu sudah cukup. Kamu nggak perlu melihatnya yang ada di belakangmu. Cukup aku," jelas Kyle begitu romantis.

Tentu dia merasa bahwa Kyle sedang marah dengannya. Ada beberapa bukti tentang itu. Pertama, sepulang dari itu, Kyle tidak mengeluarkan suara. Kim khawatir hubungannya akan berantakan, atau bahkan putus hanya karena hal bodoh yang dilakukan Kai. Kedua, meskipun ucapan Kyle begitu romantis padanya, dia tahu bahwa laki-laki itu tidak terima dengan perlakuan Kai kemarin padanya.

"Dasar bodoh. Kenapa kamu melakukan ini, Kai." Dia mengumpat lirih sambil duduk di bangku yang ada di tempat itu.

Sama saja kamu bunuh diri ditambah membunuhku di depan Kyle. Sebenarnya otakmu bekerja atau tidak, sih? Aah!

Melepas kepenatannya, dia berjalan menuju keramaian ke area tengah Common Ground. Ada beberapa orang yang sedang asik bercakap-cakap di area tengah tanpa takut kepanasan. Mereka berdiri berhadapan dengan teman-teman mereka. Membicarakan sesuatu, kadang tertawa. Mata Kim masih jeli memperhatikan mereka, kadang ikut tertawa.

Sepuluh menit dia berdiri memperhatikan orang-orang di sekitarnya, dia dikejutkan oleh seorang anak kecil.

Kim menoleh, "Iya?"

Anak kecil itu memberikan sekotak putih pada Kim. "Ini untukmu, dari kakak yang ada di sana." Dia menunjuk ke seorang perempuan berbaju putih yang duduk di bangku tak jauh dari area tengah Common Ground.

Mata Kim menyipit menamatkan sasaran yang dilihatnya. Perempuan dengan kacamata hitam, berbaju putih dengan celana panjang hitam. Siapa?

Kim beralih lagi ke anak kecil tadi. "Siapa dia?" Anak kecil itu hanya menggeleng tanda tidak tahu.

"Terima kasih." Kim tersenyum saat anak itu berlalu.

"Apa ini?" Kim membuka kotak putih itu.

Dua tiket pameran lukisan di gedung Atfary. Foto Sandara saat koma di rumah sakit. Dan sepucuk surat.

Kim membuka surat itu.

Kim. Satu nama yang nggak pernah asing di telingaku. Aku tahu, Kim bukan seseorang yang lemah atau seseorang yang benar-benar kuat. Tapi yang aku tahu, dia sangat menyeramkan sekarang. Dengan tampang yang dingin seperti nggak mengenal manusia, dia berjalan masuk Elford, menyisir habis semuanya, mencuri hati semuanya, termasuk aku.

Kim. Bukan perempuan yang bisa dikalahkan. Ucapannya nggak pernah akan baik jika hatinya sedang kacau. Aku tahu bagaimana menyakitkannya beberapa kalimat yang keluar dari mulutnya itu. Saat aku berhadapan dengannya untuk pertama kalinya, sebagai saudara tiri. Bukan niatku untuk menyakitinya, hanya aku ingin membuatnya sedikit kesal dengan caraku.

Kim. Dia memang nggak pernah main-main. Bahkan dalam cintanya pada Kai. Aku tahu, dia tahu, saat di depan gedung Atfary, dia menghampiriku dengan wajah yang mendua, entah kecewa atau marah. Kukembalikan tiket ini untuknya bersama pasangannya kini. Selesaikan, apa yang belum dia lajukan dulu.

Hello, Kim [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang