-30-

2.6K 256 10
                                    

A/N halo, maaf ya slow update banget, lagipula aku juga gatau kalo ada yang nunggu cerita ini. Makasih bangetttt buat yang udah apresiasiin karyaku pake votes atau comments, much love❤️ aku tau cerita ini jelek banget, jd kalo ada yang mau komen, sangat diperbolehkannnn betul.

              Malam harinya, suasana cukup dingin untuk pergi dengan mobil bak terbuka atau apapun yang membuat angin dengan senang merambah tubuh kita. Kami pergi dengan berjalan kaki mengingat klub hanya berjarak 1 blok dengan hotel, aku tahu satu hal bahwa kami cukup terlambat. Aku tak biasa pergi ke klub seperti ini, namun apa salahnya mencoba?

Kami sampai di depan sebuah bangunan tua, mungkin umur bangunan ini sama dengan umur Mom dan Dad. Namun musik dan cahaya sudah terasa semenjak kami melangkahkan kaki menuju belokan kedua tepat di ujung jalan klub yang diberi nama Casanova ini. Kami datang tanpa Hayley dan Tim, kurasa ada sebuah chemistry di antara mereka berdua.

"ID?" Tegur seseorang yang berdiri tepat saat pintu reyot itu dibuka dan cahaya silau menabrak pandangan kami semua.

Zach menunjukkan kartu yang diberikan Amathys untuk melewati penjagaan. Aku tahu menyewa klub ini sama dengan pergi ke festival Rodeo di ujung Texas. Laki-laki dengan wajah garang yang berdiri tadi membuka jalan kami untuk masuk.

"Here we are, guys." Ujar Nick seraya melepaskan nafasnya yang berat. Sebenarnya aku hanya datang dengan empat yang lain.

Keadaan benar-benar sangat penuh sesak di dalam ruangan besar bernuansa catur ini, beberapa bendera klasik dari team kesebelasan negara bagian ada di langit-langit. Ruangan ini remang-remang namun didominisil dengan sorot cahaya biru dan merah seperti laser berukuran senter.

Awalnya aku hanya tak tahu apa yang harus kulakukan, aku bahkan merasa tak seharusnya aku ada di sini. Aku melihat Taylor Caniff yang memang tepat diberi penghargaan Raja dari semua pesta yang ada, melihatnya ada di antara kerumunan yang sedang menari dan membawa sebotol whisky dengan kacamata bulat berkaca kuning.

"Yoi Zachary!" Tegur sekerumunan laki-laki seraya menepuk bahu Zach yang masih berdiri di samping Charles. Zach menoleh dan mereka saling melakukan tos, sedangkan aku dan Ariel hanya bertatapan tak mengerti. Nick entah bagaimana sudah tidak berdiri di tempatnya tadi, astaga.

"Ella, kau mau duduk?" Tawar Ariel menunjuk sofa panjang berwarna hitam di pojok ruangan. Aku mengangguk.

Kami hanya duduk seraya membicarakan hal tidak penting, jujur aku tak tahu apa yang harus kulakukan di tengah kerumunan seperti ini. Dari kejauhan aku melihat Zach dengan teman-temannya dari team Baseball yang tadi menghampirinya. Mereka menggoda sekelompok perempuan yang memakai sport bra dengan varian warna yang berbeda-beda.

"Kalian mau kue?" Dua gadis dengan jaket varsity kedodoran datang dengan nampan penuh dengan kue basah. Kami sama-sama mengangguk karena keadaan perutlah yang memaksa.

Tiba-tiba semuanya goyah pada gigitan pertama kue aneh itu, ini adalah kue paling enak yang pernah ada di mulutku seumur hidup. Setelah melahap habis, seorang gadis lainnya datang membawa setumpuk kue basah tadi di depan kami. Tentu otak kami tak akan menolak. Kemudian semuanya berputar dan berwarna warni.

Pagi harinya...

Author's Point of View

Embun pagi menitik dari ujung daun kemudian jatuh menimpa susunan rumput yang tadinya rapi kini berantakan, penuh sampah dan bahkan beberapa orang beku terlelap dengan pakaian acak-acakan. Pesta semalam memang pesta paling sukses yang pernah tercetak di tahun senior mereka. Semua orang teler, dan pakaian berhamburan di lantai juga langit-langit. Semua ruangan bahkan penuh dengan remaja kasmaran atau keterpaksaan nafsu nista mereka sendiri.

Menerawang jauh, mungkin jika dihitung dari tangga di ruang nomor tiga sepasang remaja masih terlelap tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi semalam. Apa yang terjadi pada mereka? Dan mengapa mereka ada di atas ranjang tanpa busana? Perlahan-lahan gadis tadi membuka matanya karena rasa kantuk parah efek samping obat keras yang semalam diteguknya habis.

"Aaaaaaaaa!!!" Teriak gadis tadi shock melihat siapa pria manis tanpa sehelaipun kain yang menutupi tubuhnya. Gadis itu menutup kedua matanya dan menahan air matanya yang hampir meluncur bebas keluar dengan kedua tangan penuh lemak itu. Laki-laki yang masih terbaring lemah itu terbangun karena teriakan gadis tadi.

"Zach please don't tell me anything." Isaknya lirih pada pria yang baru saja mengumpulkan nyawanya dan belum melihat apa yang baru saja  terjadi dengan mereka, mengapa mereka ada di atas ranjang tanpa busana dan mengapa mereka bersama?

"I won't." Ucapnya frustasi kemudian memalingkan wajahnya dari tubuh gadis tadi, untuk menghilangkan kesan mesum di otaknya. Pria tadi mengambil selimut dan menutupi setiap inci tubuh gadis yang masih terduduk lemah dengan mata sembab.

"Maafkan aku, Zach. Aku tidak mengingat apapun." Ujarnya sesenggukan, Zach  mengambil celana dan jaketnya kemudian kembali duduk di ujung ranjang.

"Aku yang harusnya merasa bersalah Ella, akulah yang menarikmu." Sesalnya, gadis itu semakin menangis tersedu-sedu di dalam selimut tebal berwarna krem itu. "Aku mohon, maafkan aku." Sesalnya lagi terdengar sendu.

                  Bukan kejadian semalam tentang cinta itu yang mereka sesalkan, namun lebih kepada akibat dari perbuatan tanpa pengaman itulah. Gadis tadi hanya bisa menangis mengkhawatirkan jika ada seorang janin di dalam rahimnya juga harga dirinya, sedang laki-laki itu hanya bisa merenung.

                  Setelahnya, semua siswa dihukum tak terkecuali Zach dan Ella yang tanpa sadar menjaga jarak untuk tidak bertemu. Hari itu mereka tidak pergi kemanapun, ke tempat rekreasi manapun, sekolah sangat bertindak tegas atas pesta brutal semalam suntuk. Ariel masih menghilang sedang Hayley tidak ada hubungannya dengan pesta itu.

                Dan di sisa karya wisata tak ada yang sama, perasaan dimana terlalu takut untuk membenci dan dibenci, juga takut untuk mengakui bahwa ada perasaan yang lebih kuat dari sebelumnya. Yang terjadi semalam adalah kue-kue yang ada di nampan itu mengandung sejenis narkotika dan alkohol.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Hayley kaku pada gadis yang berdiri lesu di sampingnya.

"Tidak ada." Jawabnya singkat masih terngiang tentang kejadian kotor semalam.

"Kau pikir kau bicara dengan siapa? Huh? Aku bukan gadis balita lagi."

"Kau tak akan mengerti."
"Beritahu saja okay?"
"Tidak."
"Ayolah."
"Berharaplah semalam itu tidak nyata."
"Apa maksudmu? Kau menginginkan Timmy setelah kau campakkan dia?"
"Bukan dia."
"Kalian telah melakukannya."
"Damn."

SIZEWhere stories live. Discover now