-2-

5.3K 412 11
                                    

"Where is my Naked2?" Gumam Sara sedikit keras di depan cermin, dia hampir terlihat gila pesta begitu juga Maddi.

Mereka punya wajah yang mirip denganku namun lebih cerah, pipinya sangat cekung, matanya terlihat begitu bulat karena tidak tertutupi oleh pipi besar yang cembung. Rambut brunette mereka sangat panjang dan bagus, sangat sesuai dengan wajah dan tubuh mereka. Aku hanya bersandar di kepala ranjang berharap aku adalah mereka dan mereka adalah aku, sehingga mereka tidak dengan mudahnya menyuruhku untuk melakukan diet.

Mereka pergi sebelum makan malam meninggalkanku di dapur dengan Mom dan Dad. Aku membantu Mom menyiapkan makan malam dengan lasagna instan yang Mom beli di supermarket, mereka selalu melihatku iba. Aku memang yang selalu tinggal di rumah membantu semuanya sedang mereka seperti mempunyai pandangan, aku bukan salah satu dari mereka.

"Kau tidak apa-apa sayang?" Tanya Mom tiba-tiba seraya menata tiga piring di atas meja.

"Aku sangat baik, Mom." Jawabku tersenyum.

"Kau seharusnya ikut dengan mereka sayang." Ujar Dad yang memang sudah sedari tadi duduk di kursi. Aku menggeleng.

"Tayler tidak mengundangku, lagipula aku lebih suka duduk dan makan malam dengan kalian berdua." Kataku sedikit berbohong. Mom menatapku kasihan dengan berkacak pinggang, dia menghembuskan nafas panjang kemudian mengambil langkah jangkung menuju oven.

                  Aku tidak bisa tidur hingga pukul 1 pagi, Maddi dan Sara belum juga kembali. Atau mereka sudah kembali sejak tadi, aku tak tahu. Aku hanya berbaring dengan piyama menatap langit-langit kamarku yang pendek dengan bekas lem hiasan thanksgiving. Aku tidak tahu, bagaimana aku bisa sangat berbeda dari mereka pada segi apapun. Mereka seperti Kylie dan Kendall Jenner sedang aku lebih seperti saudara tiri buangan mereka. Kami saudara kandung, sungguh.

                 Kubuka aplikasi snapchat dan melihat banyaknya stories dari kedua saudara kandungku, kemudian milik beberapa yang lain. Hanya mungkin Anne dan Charles Gitnick. Kami pernah punya proyek sains yang sama jadi kami tentu saling mengenal untuk sekitar satu bulan. Charles bukan tipikal laki-laki gangster ataupun sejenis raja sekolah, dia lebih seperti kepada bayi berumur enam belas tahun yang berkulit seperti vampir.

                    Terlihat dari beberapa video berdurasi sekitar 5 hingga 10 detik sepertinya Maddi dan Sara mabuk hingga ponselnya ada di tangan orang lain. Aku berharap mereka baik saja.

                  Pagi ini adalah hari Sabtu pertama di bulan Agustus, cuaca mulai tak menentu di Virginia.

"Good Morning darling." Sapa Mom dan Dad ketika aku turun kemudian duduk di kursi dekat Mom.

"Good Morning, where are they be now?" Tanyaku menunjuk dua kursi kosong.

"They aren't awake yet, but okay. It's Saturday, somebody get no reason for awake." Jawab Mom melahap sandwichnya.

"Yeah, but it's almost 10 o'clock." Ujarku lagi.

"Everything is gonna be alright Isabella, they're just the teenagers." Kata Dad dibalik korannya. Apa katanya? Mereka? Sudah kuduga, tidak akan ada yang pernah menyebutku hidup sebagai remaja. Aku selalu hidup sebagai pecundang. Aku tahu.

                  Dengan cepat aku pergi kembali ke kamarku, aku tetap tidak peduli ketika mereka memanggil namaku dan meminta maaf. Aku tidak berpesta atau minum bir, namun aku selalu berusaha untuk terlihat normal. Aku masuk ke kamarku kemudian duduk di tepi ranjang berusaha untuk tetap bersikap normal.

"No! He slept with us at the same time."

"He was with you overnight Maddi."

"Both of us honestly. So, what are we gotta say to Dylan and Blake?"

"Nothing, just say, we went home sooner."

"I won't ever be the queen slut like Johanna."

"Relaxx, it was just a sex."

"Tayler is the one of baseball team."

SIZEWhere stories live. Discover now