-18-

2.3K 260 3
                                    

Memangnya Ariel tidak bisa mengganti topiknya? Tema yang diberikan sekolah cukup luas untuk menampung puluhan ide topik. Apalagi cukup luas untuk mengganti foto memalukan yang akan membuatku lebih tidak mungkin untuk mengencani siapapun, bahkan harga diriku seperti dikoyak habis. Dunia ini seperti enggan untuk menerima orang sepertiku.

Bayangkan saja, seantero sekolah melihat foto memalukanmu yang kau pikir dalam keadaan terburuk. Pasti teman-teman Blake tidak akan pernah berhenti untuk mengejekku, juga Amathys, ataupun akan ditambah Zach setelah melihat semua tertawa.

"Ella." Panggil seseorang dari luar, aku hanya diam. Berusaha memelankan suara nafasku yang berat dan isakanku. Perlahan kuangkat kepalaku dan kurasakan wajahku yang sangat panas dan berantakan.

"Ella, aku tahu kau di dalam sana. Bisa kita bicara?"

Tentu tidak.

"Ella, ini Ariel. Aku sangat minta maaf, aku mohon. Mrs. Anderson menyarankan untuk mengambil tema bully atau deskriminasi. Dan dia juga meminta untuk melampirkan fotomu sebagai pendukung."

Shit. Apa dia bilang? Melampirkan fotoku sebagai pendukung? Memangnya aku ini boneka beruang untuk kemasan madu?

"Ella aku minta maaf, aku tidak bermaksud melakukannya."

Dia menangis.

"Ella aku mohon, aku minta maaf. Kau tahu, kau bukan gadis yang payah, kau bukan gadis konyol."

"Tinggalkan aku sendiri." Ujarku dengan suara parau, tenggorokanku sangat perih karena menangis.

"Ella, aku mohon..." Rengeknya mengetuk pintu dengan tangisan, terdengar Charles bicara sesuatu entah apa.

"Aku tidak akan ikut kampanye ini." Cercahnya.

"What? Ariel?"
"Don't you dare."
"Wtf!"
"I'm sorry, it was my fault."

"Just don't." Ujarku dari dalam berusaha tidak memakinya, atau memukulinya. Aku menarik nafas panjang, "Pergi saja okay?"

                 Kudengar beberapa langkah kaki pergi dengan isakan, maksudku aku tahu itu isakan Ariel. Dan jika aku keluar saat mereka masih di sini, akan terasa sangat canggung.

"Hey, kau mau keluar atau kita bicara antar pintu?"

Aku diam, itu suara Zach.

"Baiklah, mari kita memainkan sebuah permainan. Kau tahu? Um aku asal membuatnya. Mari kita sebut Truthful."

Aku masih diam.

"Baiklah, biar aku yang mulai. Jujur saja, kurasa aku menyukai um, Ariel." Paparnya, aku terbelalak. Jika aku bukan gadis besar berwajah jelek aku akan mendobrak pintunya dan menamparnya. Mengapa harus aku lagi yang tidak punya kesempatan satupun?

"Walau hanya sedikit, namun kurasa Charles lebih pantas bersamanya." Lanjutnya kemudian menarik nafas panjang, "Bodohnya aku, kukira tadinya dia menyukaiku. Dia satu-satunya gadis yang selalu bersama kami. Sampai kami mengenalmu dan Hayley, kemudian Linsey. Kita berubah menjadi gangster yang lebih besar hahaha." Terdengar nadanya sangat aneh, aku mendekatkan diriku ke pintu.

Aku tak tahu harus mengatakan apa, yang jelas aku merasa sangat bodoh. Aku bodoh, mengira akhirnya ada seseorang yang mau menerimaku apa adanya, jika bukan fisik maka tidak ada yang mau menerima sifatku yang aneh.

"Bolehkah aku masuk? Kulihat Mark mentertawaiku saat aku bicara dengan pintu biru bodoh." Pintanya. Tidak, jangan. Dia tak boleh melihatku dengan wajah seperti ini, namun dia tidak menyukaiku, ya, dia tidak menyukaiku.

"Baiklah." Ucapku lirih meraih gagang pintu dan memutarnya ke kiri. Dalam waktu singkat pintu terbuka dan Zach masuk ke dalam kemudian duduk bersimpuh di sampingku.

"Wow, tempat ini tidak terlalu buruk." Cercahnya menatap ke semua sudut tempat. "Giliranmu, beritahu aku sesuatu."

Aku menggeleng, dia hanya tertawa pelan untuk mencairkan suasana. Aku tahu itu.

"Ayolah El, aku akan memberitahumu sesuatu lagi." Dia menatapku yang sebenarnya sedari tadi hanya memeluk lututku, "I love Justin Bieber."

Kami tertawa, konyol sekali. Aku masih tertawa hingga menyadari akhirnya dia tersenyum padaku. Tidak, dia menyukai Ariel bukan? Tidak akan ada ruang untukmu dalam hal cinta, El. Tangannya berisyarat agar aku segera memberitahunya.

"Kemarin adalah pesta pertamaku." Ujarku kemudian mendengus kesal.

"Oh ayolah, kami sudah tahu itu. Ini soal, siapa sebenarnya Ella? Siapa itu Isabella Gilbert?"

"Baiklah, kau tahu? Um Maddi Gilbert dan Sara Gilbert, mereka adalah saudara kandungku." Paparku kemudian nampaknya dia terkejut.

"Apa? Maddi Gilbert gadis senior pacar Dylan Dauzat?" Tanyanya, aku mengangguk, "Sara pacar Blake?" Tanyanya lagi, dan aku mengangguk lagi. Dia tampak berfikir kemudian kembali bicara,

"Seharusnya aku tahu itu. Hanya saja, aku tak pernah melihat kalian bersama dalam hal, kau tahu? Persaudaraan." Ujarnya agak bingung, aku tertawa kecil.

"I'm invisible sister." Kataku kemudian kami tertawa.

"Hahaha, yeah, I've been watched that twice this year." Ujarnya.

"Begini, kau bahkan tak pernah berfikir punya saudara kandung sepertiku sedang tubuhmu menjadi incaran satu sekolah, dan kau punya saudara kandung lain yang punya body print sempurna sepertimu. Tentu kau tidak akan pernah mau teman-temanmu tahu kau punya seorang saudara yang besar, jelek, dan aneh, dan untungnya kau punya saudara lain yang seperti diva." Jelasku panjang lebar, sedang Zach menatapku serius kemudian mengangguk-anggukan kepalanya.

"Aku bahkan tidak tahu itu, maafkan aku. Dahulu, aku punya seorang kakak perempuan namanya Ashley, dia hamil di umur 14 tahun. Kau tidak bisa bayangkan bagaimana gadis itu mengandung di umur semuda itu dengan keadaan tubuhnya yang lemah karena kanker. Pacarnya, Tobias yang membuatnya punya bayi itu. Mom selalu melarang dia mengencani Tobias yang berumur 17 tahun, dan akhirnya rahimnya sudah tidak kuat lagi menampung bayi yang besar itu. Dia meninggal di hari ulang tahunnya, dengan diagnosa kanker dan keguguran bayinya yang berumur 8 bulan." Jelasnya, terdengar nada sedih di sana.

"Saat itu umurku baru 5 tahun, dan dia satu-satunya temanku. Karena itu aku sensitif dengan saudara kandung, namun beberapa bulan kemudian kami pindah ke Virginia dan aku mengenal Nick." Jelasnya lagi, aku tidak menyangka bahwa Zach punya masa lalu suram di balik candaannya yang selalu membuatku tertawa.

"I'm so sorry Zach." Ucapku lirih. Dia mengangguk.

"Hargai waktumu dengan mereka."

A/n

Halo, maaf sekali ya lama ga update, soalnya akhirakhir ini aku jg lg sibuk banget ngurusin tugas hehe, but tetep lanjut kokkk(:

SIZEWhere stories live. Discover now