-21-

2.4K 253 1
                                    

"Tidak makan? Kau pasti bercanda!"
"Kira-kira sudah seminggu."

Aku membuka mataku dengan cepat, tidak ada orang di sini. Hanya aku mendengar suara di ruangan lain, kurasa itu Mom. Dan ini dimana?

"Aku melihatnya makan malam."
"Tidak. Menurutku dia tidak memakannya."

Dua suara itu perlahan mendekat, aku hanya berkesiap saat yang datang adalah perawat dan Mom. Untuk apa aku ada di ruang kesehatan ini? Sial, aku tak ingat betul apa yang terjadi.

"Hey darl, are you okay?"
"Definitely yes, I'm fine."
"No, she isn't, tell us how long you didn't eat anything?"
"One week."

Mom menatapku frustasi, dia menggigit jari telunjuknya kemudian berkacak pinggang. Perawat yang berambut pirang itu segera keluar dan entahlah aku tak tahu lagi selain melihat Mom yang bersikap berlebihan.

"Maafkan aku mom, aku sangat baik saat ini."

"Biar kuhentikan kau di sana. Apa yang kau pikirkan untuk berhenti makan? Kau tahu? Perawat Darren bilang kau tidak bernafas! Mom sangat takut." Cercahnya panjang lebar, aku hanya menunduk takut.

"Be small." Jawabku lirih dan takut.

"Oh Isabella, kau tak perlu melakukan ini. Mom mencintaimu apa adanya."

"Hanya kau, sedang yang lain? Mereka menyebutku sebagai anak pungut, mereka tak pernah membiarkan hidupku tenang, mereka menjadikanku cemoohan, tidak ada yang benar-benar menyukaiku, bahkan guru-guru pikir aku adalah anak sialan yang tidak punya teman sama sekali dan memiliki kelainan dalam hal bergaul, mereka tak pernah mengundangku di pesta, mereka selalu saja mengusirku, mereka tak pernah suka jika aku bicara pada kakak atau adikku sendiri, bahkan kedua saudaraku tak pernah menganggapku ada, juga--"

"Hentikan! Hentikan! Cukup! Maafkan Mom tidak pernah ada untukmu Ella." Ucapnya kemudian memelukku erat dengan tangan lemahnya yang kurus. Aku balik memeluknya.

"Jika kau mau, Mom akan memindahkanmu atau kau lebih baik bersekolah di rumah." Tawarnya, aku menggeleng, aku rasa aku tidak bisa pergi.

"Namun, sekarang dan akhirnya aku punya teman."

Mom menatapku bahagia, akupun hanya berfikir jika aku harus pindah ke sekolah lain, ke Ohio tempat nenekku berada misalnya. Aku harus mencari teman lagi, untukku mencari teman membutuhkan waktu lebih lama ketimbang bersekolah.

"Baik Mrs. Gilbert, Isabella bisa beristirahat dahulu mungkin satu minggu." Saran perawat Darren.

"Tidak, beri aku 3 hari saja."
"Sayang, dengarkan dia."
"Akan ada pemilihan presiden sekolah 4 hari lagi Mom."
"Lalu?"
"Aku team Ariel, aku tak bisa meninggalkannya."

"Baiklah, 3 hari. Namun jika kau merasa pusing dan lemas lagi lebih baik jangan pergi dari ranjangmu sekalipun, atau hal yang lebih parah akan terjadi." Jelas perawat Darren, kami mengangguk kemudian segera pulang lewat jalur belakang.

"Apa?! Sudah berapa lama aku tak sadarkan diri?" Tanyaku begitu terkejut melihat mega telah berubah kemerahan dan sebentar lagi matahari akan benar-benar tenggelam.

"Mungkin cukup lama untuk membuat teman-temanmu panik." Jawab Mom seraya tertawa,

"Siapa?"
"Mungkin dua orang perempuan, dan seorang laki-laki. Mom juga melihat Blake bertanya pada adikmu."
"Blake hanya bertanya karena ada tugas proyek, dan dia adalah ketua subject Mom."

"Apa benar?"

Kami tertawa kemudian pulang ke rumah, dengan alat bantu berjalan berbentuk tongkat punya kakek dulunya. Betapa terkejutnya ketika melihat siapa yang ada di balik kemudi, Maddi.

"Afternoon sister!" Sapanya aku hanya menatapnya bingung kemudian masuk ke dalam mobil.

"Sedang apa kau di sini?" Tanyaku bingung.

"Kau tahu? Semacam menjemput adikku yang dikabarkan tidak bernafas." Jawabnya kemudian. Aku hanya memutar bola mataku malas, ada apa Maddi tiba-tiba peduli seperti ini?

"Dimana Sara?" Tanyaku lagi.
"Dia pergi membeli beberapa persiapan karyawisata dengan si abu-abu." Jawabnya seperti tidak peduli.

"Abu-abu? Maksudmu Blake Gray?"
"Yea Gray, Grey apa bedanya?"
"Sedang kau tidak pergi dengan Dylan?"
"Tidak, sebentar lagi ada pertandingan baseball. Kau tahu? Festival itu."
"Yea, membuatku tidak bernafas."

                   Kami cukup menghabiskan satu jam dengan penuh perbincangan, namun tetap saja itu terdengar canggung. Dan mengingat Sara ternyata pergi dengan Blake. Baiklah, itu bukan sebuah hal yang harus dipermasalahkan.

                 Aku duduk di tepi jendela kamarku, untuk berharap aku bisa memuntahkan makan malamku tadi secepatnya. Aku harus tetap tidak makan agar berat badanku terus turun. Perutku mulai mual, aku harus memuntahkannya, mungkin aku harus menunggu Sara dan Blake datang kemudian memuntahkannya di sana. Sial, apa yang kupikirkan! Aku kembali menengok ke arah jendela saat akhirnya aku melihat taxi mendekat, itu pasti mereka.

                    Dua orang keluar dari taxi itu, dari sini aku dapat melihat Sara tampak sangat manis. Sedangkan Blake menutupi rambutnya dengan baseball cap sekolah nya. Mereka tampak berbincang sebentar di depan pintu, aku membuka jendelaku sedikit.

"I love you too. Okay see you around!"

Dan mereka berciuman. Seketika pikiranku sudah melayang kemana-mana, menuju pada jika Sara saat ini adalah aku.

Aku harap begitu.

SIZEWhere stories live. Discover now