-5-

4.1K 392 6
                                    

                Musim dingin hampir tiba, artinya natal akan segera datang. Udara di Virginia semakin dingin saja, aku merapatkan jaketku dan turun dari bus sekolah dimana hari ini aku harus duduk sendirian. Dylan menjemput Maddi hari ini, begitu juga Blake yang entah bagaimana bisa duduk satu kursi dengan Sara di dekatku. Tidak pernah ada sapaan pagi saat Sara ataupun Maddi di dekatku, mereka menganggapku tidak ada.

"Hey Ella, what's up?" Sapa seseorang, aku menoleh melihat gadis berambut hitam kelam dengan mata biru  berdiri di dekatku, dengan seorang lagi yang menjadi rumor kekasih Blake. Dia sedikit gendut namun wajahnya sangat cantik.

"Chillin Hayley." Sahutku kemudian Linsey melambai.

"Adikmu sangat beruntung Ella, Blake adalah pria yang sangat manis." Ujar Linsey tersenyum menampilkan gigi kelincinya.

"Linsey masih sulit menerima keadaan." Sindir Hayley, kemudian Linsey melotot.

"Sara adalah gadis sempurna untuk Blake, lagipula aku lebih baik aku, aku tidak, ah lupakan."

"Kau masih menyukai Blake?" Tanyaku menatap Linsey, dia mengangguk samar. Kau tahu Linsey? Kurasa aku juga masih sulit melupakan Blake.

"Ayolah, kita ada kelas Biologi yang sama bukan?" Aku mengangguk kemudian kami pergi.

Aku sedang tidak suka membahas kelas-kelas yang kulalui satu hari yang melelahkan ini, hukuman ringan karena membaca novel di kelas, atau tidak ada satupun soal yang dapat kujawab. Hari ini ada kelas sejarah, dan lagi-lagi Zach tidak mengetahui keberadaanku bahkan saat Mr. Jeff mengabsen dia tidak mendengarkannya.

"Hey Meatball, can I ask you something?" Tanya seseorang saat aku mengembalikan buku-bukuku di loker, Tayler Holder dengan poninya yang panjang dan pirang, "Do you know something about Maddi and Sara?"

Aku tidak mungkin menjawab mereka adalah saudara kandungku, aku dapat menjaga hati mereka berdua dan hatiku sendiri andai-andai Tayler menghinaku.

"What do you mean about something?" Tanyaku menutup lokerku melihat jelas wajah Tayler yang berkelas.

"Some about their favorite food, things, or anything." Jawabnya kadang membenarkan poninya, dia menatapku berharap membuatku sedikit sakit hati. Bagaimana bisa manusia seperti ini sibuk mengejar kedua manusia lain yang bahkan bersaudara dengan jarak dua tahun? Dan tebak, mereka juga memiliki saudara lain yang seperti kuda nil.

"Okay, they love double cheese pizza and Lay's. But, Sara has an allergic of the garlic, her skin would be as red as tomato. They pretty love make up product, then shopping, party." Jelasku panjang lebar, Tayler hanya berusaha menghindari tatapan mata denganku.

"Thanks meatball." Ujarnya kemudian aku meninggalkannya terlebih dahulu, "Um meatball! How do you feel about having two gorgeous home-mate?"

               Home-mate, dia masih percaya pada cerita kenakan yang dikarang penulis majalah sekolah. Aku berbalik dan tidak mengindahkan Tayler yang masih berdiri dengan tas punggungnya.

"Whatever, you kinda feel jealous." Umpatnya dengan suara yang dapat kudengar, yes I do.

                  Kulihat Maddi dari kejauhan berdiri sendiri dengan secangkir kopi dari kafetaria. Aku menghampirinya apa dia ingin pulang bersamaku atau sejenisnya.

"Hey Mad." Sapaku, dia menoleh dan tersenyum singkat.

"Hey." Sahutnya.

"Mungkin kau ingin pulang dengan bus sekolah bersamaku?" Tawarku, dia menggeleng cepat.

"Aku akan berkencan dengan Dylan." Jawabnya lagi, kemudian membuang muka ke arah lain. Dia tersenyum lebar saat Dylan datang dengan Range Rover tinggi dan mewahnya, aku masih berdiri di sini.

                Dylan turun dari mobilnya dengan mengibaskan poninya yang panjang hingga ke pinggir wajahnya. Rahangnya bersudut bagus, dan tegas, matanya seperti anak anjing yang sangat mahal. Kemudian bibirnya juga tipis. Dylan memeluk Maddi beberapa saat kemudian melihat ke arahku.

"Dia akan ikut?" Tanyanya, Maddi memutar bola matanya malas.

"Tentu tidak!" Jawab Maddi sedikit kesal, aku berbalik.

"Okay, goodbye Mad." Ujarku kemudian pergi ke tempat parkir bus sekolah dimana ada Hayley yang duduk dengan Linsey saat ini.

"Dia terlalu besar untuk membagi tempat duduknya." Bisik seseorang yang ditujukan untukku, sering terjadi.

"Kau lihat? Wajahnya bahkan memenuhi lehernya."

"Yea, wajah jeleknya." Koreksi seseorang membuatku menunduk dan mendapati layar ponselku menampakan wajah yang memang tidak cantik. Aku semakin merasa terpuruk.

SIZEWhere stories live. Discover now