2. Ngantuk

8K 786 286
                                    

Serial HAMASSAAD – Ngantuk

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2016, 3 Agustus

-::-

Koridor kampus menuju kelas mereka terlihat ramai. Masih jam setengah delapan sementara masing-masing kelas dimulai sekitar jam delapan nanti. Hamas terlihat begitu berat membuka matanya. Beberapa kali dia berjalan dengan mata terkatup, dan sesekali mengangkat kelopak matanya demi agar tidak menubruk tembok kelas. Hari ini mereka ada kelas yang sama.

Saad menyenggol lengan Hamas dengan sikunya.

"Mau ke mana, Mas?"

Suara Saad menyadarkan Hamas yang dengan linglung terpaksa langsung menarik diri dan berkelok di ruang kelas mereka. Bangku-bangku kelas masih kosong. Area yang sudah terisi penuh hanya bangku di dekat pintu, jadi Hamas berjalan terus menuju barisan bangku di dekat jendela, sejajar dengan meja dosen. Saad yang berencana duduk di depan di barisan tengah kelas, mengurungkan niatnya. Dia lalu bergegas mendekati Hamas yang kini sudah duduk dan bersandar pada tembok. Kedua tangan Hamas terkulai di atas tas yang tadi berada di punggungnya.

"Mas, kok di belakang sih?" tegur Saad. "Woi. Malah tidur."

"Apa sih lu, Ad?" Hamas mulai sewot sebab rencananya tidur terganggu. "Lo kalau mau di depan, ya udah sana. Urusan gue apa?" cerocosnya lagi. Matanya masih enggan terbuka dan mulutnya menguap untuk yang ke sekian kali.

Mau tak mau, Saad mengambil tempat duduk juga di samping Hamas. Baginya, duduk di mana juga tidak masalah. Daya konsentrasi Saad cukup bagus bahkan jika harus duduk di ruang sebelah sekalipun. Dengan perantara video tentu saja hahahaha.

"Makanya jangan begadang mulu, boi," ucap Saad sambil membuka catatan atas kelas yang akan mereka jalani nanti.

"Heh, jangan ngemeng sembarangan luh," oceh Hamas lagi. "Ini kan juga gara-gara elu."

"Lah, kok gue?" Saad pasang muka heran.

Hamas membuka mata, melirik sadis pada sahabatnya ini. "Kan elu yang gangguin gue. Ngapain sik pake segala bangunin gue jam dua. Ketahuan gue baru tidur jam satu."

Saad mencibir, menunjukkan bahwa itu bukan salahnya. "Elu kan nginep di kontrakan gue, pas gue tahajud, ya elu gue bangunin lah, Mas. Rugi entar kalau ngga gue bangunin. Masa mau masuk surga gue ga ajak-ajak elu. Ke toilet aja kita sering bareng. Ye gak?"

"Gak! Tokai banget disamain sama ke toilet," gerutu Hamas. "Lu kalau mau bangunin gue tuh tanya-tanya dulu, gue ngantuk apa kaga."

"Yaelah, Mas, kayak bocah aja sih," Saad berkata santai, sesekali cengengesan sambil geleng-geleng kepala. "Tahajud itu sunnah muakad. Artinya sunnah yang dianjurkan..."

"Nah, ntu lu paham," oceh Hamas lagi. "Tahajud tuh sunnah, ngapain maksa-maksa gue. Sempak banget."

Saad tertawa. "Tar dulu," katanya, "jangan-jangan lo mikir shalat sunnah itu yang kalau dikerjakan dapat pahala, kalau ngga dikerjakan ya ngga apa-apa, gitu ya?"

"Nah itu lo tauk," balas Hamas. Kepalanya bersandar di kaca jendela karena postur tubuhnya yang tinggi. Matanya terkatup lagi.

"Sunnah itu, Mas," Saad mendekatkan mejanya pada meja Hamas, mencondongkan wajahnya pada sahabatnya, "dikerjakan untung besar, tidak dikerjakan rugi besar..."

Helaan napas pendek Hamas terdengar.

Mulai lagi neh, pikirnya sebal. Kesambet ustadz mane lagi ni orang?

"Kate siape?" tanya Hamas malas-malasan. Dia menggerakkan tubuhnya, menghadap depan hingga pipinya menempel pada kaca. Maksud hati biar Saad berasa dicuekin. "Ngarang aja lu."

[✓] HAMASSAAD Ukhayya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang