Cie...

3.3K 361 6
                                    

Mas Hadi menjemputku dengan menaiki motor Mio kesayangannya, tak lupa ia membawa 1 helm untukku. Otomatis Rama mengurungkan niatnya untuk mengantarku pulang. Aku tertawa karena tadi mas Hadi sempat tidak mengenali Rama. Berarti make over rambutnya sukses. Saat aku berpamitan pulang, Rama seperti bingung ingin mengucapkan salam perpisahan dengan cara seperti apa. Seperti ingin mengajak tos tapi ragu, akhirnya aku memeluknya baru kemudian ia tos dengan mas Hadi.

Selama perjalanan pulang hatiku bergejolak. Rama sudah berhasil merebut hatiku dengan segala keunikannya. Ah, melihat gayanya dan berdasarkan tebakanku, pasti ada kemungkinan kalau ia menyukai perempuan, setidaknya.

Biasanya kalau dibonceng mas Hadi jantungku berdetak lebih kencang daripada laju motor karena mas Hadi selalu memacu motor di atas 60km/jam. Tapi kali ini aku tenang-tenang saja, tidak berteriak-teriak ataupun memukuli helm mas Hadi agar mengurangi kecepatan. Walau aku tahu mas Hadi tidak akan menurunkan kecepatannya, sih.

“Tumben lu gak ngomel-ngomel” mas Hadi bertanya ketika kami tertahan lampu merah.

“Lagi pengen cepet sampe rumah mas” kataku beralasan.

“Ah masa?” aku tidak menjawab, hanya mengangkat kedua jari jempolku. Dan berkat motor meriam, sebutan mas Hadi untuk motornya, kami sampai di rumah dalam waktu kurang dari 10 menit.

Seperti yang bisa kutebak, mas Hadi tidak langsung pulang. Melainkan duduk di teras-teras rumahku, memandangi entah apa. Ah..tapi rasanya suasana hatiku mengajakku untuk melakukan hal yang sama. Maka aku duduk di kursi sebelah mas Hadi, yang langsung melirikku.

“Lagi giting lu ya?” pertanyaan yang sering kulontarkan kepadanya kini dikembalikan untukku.

“Mana giting” jawabku cepat, mataku mengarah ke langit, tidak tahu apa yang sebenarnya ingin kulihat.

“Dari tadi aneh lu” kata mas Hadi lalu memegang dahiku. “Oh tau gua”

“Dih apaan??” aku membenahi posisi dudukku dengan segera dan duduk menghadap mas Hadi. Ia malah tertawa cekikikan.

“Ngerti gua, ngerti. Wahahahahaha” tawanya lepas lagi.

“Apaan sih mas? Giting ya???” aku membalikkan ucapan mas Hadi karena tingkahnya benar-benar aneh.

“Tenang Ka, alami kok, gak usah bingung, ahahahahahaha” mas Hadi menepuk punggungku dengan keras, dengan cepat aku membalasnya.

“Yaolo mas minta gua gebuk pake pot apa biar waras lagi??”

“Udah ah” mas Hadi bangkit berdiri dan mengenakan jaketnya lagi, masih sambil cekikikan.“Gua pulang ya”

“IH NGESELIN TAU-TAU PULANG” mas Hadi seolah cuek dan mengajakku tos. Dengan cemberut aku membalas tosnya.

“Cie jatuh cinta” kata-kata mas Hadi yang membuatku gatal ingin melemparnya dengan pot bunga kalau-kalau ia tidak langsung memacu motornya pergi.

Sial.

PhileoWhere stories live. Discover now