Presentasi Bu Haji

3.8K 378 11
                                    

Aku berkutat di depan laptop, menyelesaikan presentasiku di saat-saat terakhir. Ima sedang memaparkan presentasinya di depan kelas sekarang. Sialnya aku harus berbeda kelompok dengan Ima atau teman dekatku yang lain dan malah sekelompok dengan Doni dan Rezqy, dua mahasiswa paling malas dan paling sering absen kelas. Terbukti sesaat sebelum masuk kelas mereka baru memberikan materi presentasi padaku sedangkan kelompokku maju di urutan kedua. Terang saja aku mati-matian menyusun kembali tayangan presentasi kelompok kami.

“Mika semangat Mika” bisik Yasmin dari belakang, ia sangat paham akan penderitaanku sepertinya. Ditambah, dua manusia lain yang menjadi penyebab aku harus mati-matian menyusun ulang tayangan presentasi malah duduk berleha-leha, menonton presentasi Ima dan kelompoknya. Iya, menonton, bukan memperhatikan.

“Mbak Jatmika tolong perhatikan presentasinya” tegur bu Lestari tegas. Aku tak berkutik, hanya bisa melirik tajam ke arah Doni dan Resqy yang tidak menunjukkan ekpsesi atau rasa bersalah sama sekali.

Mau tak mau aku menyudahi pengeditan tayangan presentasiku dan berharap itu sudah cukup untuk ditayangkan nanti. Aku tidak mau ditegur lagi dan namaku dicatat di daftar hitam bu Lestari yang galak ini. Perhatian kutujukan kepada Ima yang sedang menyajikan tayangan.

“Sekitar tahun 1800an, naskah-naskah tersebut dibawa ke Indonesia oleh Haji Henry…”

“Mbak!” potong bu Lestari dengan keras, semua mahasiswa menengok ke arah bu Lestari secepat kilat bagaikan seekor kucing.

“I…iya bu…?” kata Ima sedikit gemetar.

“ H titik Henry kamu baca sebagai Haji Henry?” tanya bu Lestari tajam.

“Eh… Iya bu……” dari matanya aku bisa menebak kalau Ima sangat ketakutan sekaligus bingung, dalam hati aku menyemangatinya.

“Hubertus Henry mbak!! Bukan Haji Henry!! Kamu pikir di zaman itu orang Belanda ada yang jadi haji???!!!”

“HAHAHAHAHAHA” ledakan tawa para mahasiswa memenuhi kelas. Aku tak dapat menahan tawaku, walau di dalam hati aku tidak tega mentertawai sahabatku sendiri.

***

“Gak usah bahas-bahas presentasi tadi” ujar Ima sedikit kesal karena setelah kejadian tadi semua orang memanggil Ima dengan sebutan ‘Bu Haji’.

“Iyaa gua kan diem aja, idih sensian dah lu!” celetuk Fiona, tapi ada tawa kecil di akhir katanya.

“Ya mana gua tau kalo H-nya itu singkatan Henry!!”

“Yee itu malah lu bahas sendiri?? Yeeee” ledekku pada Ima yang langsung menyeringai lebar.

Aku menebar pandanganku, mencoba mencari inspirasi untuk makanan apa yang baiknya kujadikan santapan siangku. Tiba-tiba mataku menangkap sosok itu, yang rambutnya masih saja berantakan dengan case biola di punggungnya tanpa membawa apa-apa lagi. Hanya saja ia sedang duduk semeja dengan teman-temannya, baru sekali ini aku melihatnya duduk mengobrol dengan teman sejurusannya. Aku bisa meyakini kalau meja itu memang diisi oleh anak jurusan HI karena ada Silvi, teman SMA-ku yang juga duduk di situ.

Biar lah Rama dan teman-temannya, aku menghampiri konter mie ayam bersama Fiona.Kalau ditanya siapa yang memiliki selera yang sama denganku, itu pasti Fiona.

“Mikaaaa!!” panggil seseorang, aku menengok, benar saja. Silvi melambaikan tangannya ke arahku dari mejanya.

“Silviiii!!” aku berlari kecil, menghampirinya yang sekarang bangkit berdiri dan memeluknya.

“Makan?”

“Iya, lu udah makan?” tanyaku balik.

“Iya udah nih, sekarang mau ke kelas. Hehe” katanya diiringi teman-teman semejanya yang hampir semua langsung bangkit berdiri sambil menggendong tas masing-masing.

“Dadaaahh, gua balik ke meja ya” kataku berpamitan dengan Silvi yang mengangguk dengan sumringah. Ketika aku ingin kembali ke mejaku, ada tangan yang menggenggam lenganku, melarangku beranjak pergi.

“ Eh… Maaf ya kemaren langsung pulang” Rama berdiri di sampingku dengan arah yang berlawanan, tangan kirinya memegang lengan kananku.

“Hehe iya gak papah kok, kan kemaren lu dapet telpon disuruh main lagi” ujarku sambil tersenyum sedikit tersipu. Kemarin, ketika baru saja aku ingin mengobrol lebih jauh dengan Rama, handphonenya berdering. Telpon dari manajer bandnya yang memintanya untuk kembali ke DP dalam waktu kurang dari 5 menit. Kontan saja Rama langsung berbenah dan pamit untuk kembali ke DP.

“Tapi gak enak gitu loh” katanya sambil menggaruk kepalanya, rambutnya yang setengah basah semakin berantakan karena ikut teracak oleh jemarinya.

“Ahaha it’s okay Ram” tangan kiriku memegang tangannya yang masih menggenggam lenganku. Perbedaan tinggi kami sangat terasa apabila kami sedang berdiri bersebelahan seperti ini.

“Entar gua WA aja ya, gua masuk kelas dulu ” ujarnya seraya melepaskan genggamannya pada lenganku dan melenggang pergi.

“Astagaaa keajaiban banget Rama masuk kelas!” celetukku setengah meledek.

“Sial! Hahaha” serunya karena sudah berada agak jauh dariku, kubalas lambaian tangannya saat ia melambaikan tangan padaku seraya tersenyum.

“Woy lama lau! Bu Haji udah gak sabar mimpin doa nih!” panggil Yasmin dari meja sambil tertawa.

“Anjiirr!!” Ima memukul Yasmin dengan cepat

PhileoOù les histoires vivent. Découvrez maintenant