Mencoba mengingatnya dengan jelas. Baru saja ia mengingat mengapa ia bisa berada di tengah jalan sebelum Ponselnya kembali berdering membuat pikirannya kosong dan tertuju pada nomor yang terletak di layar ponsel itu.

*****

"Kau dimana?"

"On the way.."

"Lama sekali kau ini!"

"Tunggu di sana dan jangan kemana-mana, sebentar lagi aku sampai."

Ava menurunkan ponselnya yang menempel di dekat telinganya, kemudian ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Ava mendengus kesal seketika omongan Jacob terngiang di kepalanya seperti recorder saja.

'Bilang saja kau tidak ada pasangan.'

'Oh ya? Kau kan belum pernah merasakannya jadi ku sarankan kau mencobanya. Dan sejak kapan kau menjadi kutu buku begini?'

Dan banyak lagi. Sampai Ava bisa mengingat semua perkataannya dengan jelas dan detail. Apalagi perasaan aneh yang sering datang kepadanya membuatnya risih.

Terasa capek dan kakinya yang sedikit keram. Ava putuskan untuk duduk di ayunan yang terletak di taman. Taman ini dulunya tempat Ava dan Jacob hang out tapi itu dulu dan sayangnya lagi Ava terpanah akan tempat ini. Taman yang tenang dan nyaman akan pemandangan serta kebersihannya. Pemandangan sungai yang sejuk dan tenang membuat suasana hati Ava setiap datang kesini ikut tenang maka dari itu taman ini taman favorite nya.

Jika kau bertanya mengapa Ava bisa di sini, dia sedang menunggu Hunter untuk kemari dan mengajaknya untuk berbincang-bincang, Soal Prom.

Kau tau kan Ava tidak punya teman lelaki selain Hunter yang selalu ada di sampingnya. Jadi Mungkin jika Hunter menujui permintaannya, Ava dan Hunter akan mendatangi acara bodoh itu. Walaupun Ava tau jawabannya tidak maka dari itu Ava di sini mengajak Hunter bertemuan. Dan mulai dari detik ini Ava sedang mengumpulkan satu demi satu kalimat yang cocok membuat Hati Hunter luluh.

Gadis berambut blonde yang di kuncir satu serta di balut sweater hitamnya yang kebesaran sampai selutut dengan kedua telapak kakinya yang di tutup sepatu putih converse ini menyadari bahwa ia telah merepotkan Hunter selama ini. Terkutuklah engkau Hati Ava yang memaksa menerima tantangan Jacob.

PUK

Sebuah telapak tangan yang mendarat di bahu kanan Ava membuat gadis itu mengangkat wajahnya yang sedari tadi merenung sambil menatap sepatu converse putihnya. Ujung-ujung bibirnya tertarik membuat seulas senyuman seraya menyapanya.

"Akhirnya kau sampai juga. Hampir saja aku memutuskan untuk tidur di sini karena menunggumu. Ouh! Jangan bilang saat kau berbicara di telefon denganku kau sedang berada di kasur?" Katanya To-the-point membuat Hunter memutarkan kedua bola matanya sambil tersenyum.

"Bawel banget." Katanya datar seraya duduk di ayunan tepat di sebelah Ava. Kedua bola mata Ava bergerak mengikuti gerak tubuh Hunter yang akhirnya duduk di sebelahnya sambil menggerakan benda yang di sebut ayunan itu ke depan dan belakang secara perlahan.

Ava menghembuskan nafas panjang. "Habis kamu lama sih."

Hunter tak menjawab ia masih sibuk dengan pikirannya sambil mengayunkan benda yang sedang dia duduki.

Ava menoleh seketika ia merasa keadaan mulai hening. Ia mendapati Hunter yang sedang menatap awan dengan pandangan kosongnya.

Kontan Ava memanyunkan bibirnya ke depan.

"Hey?" Katanya seraya menggoyangkan tubuh Hunter dengan tangan kanannya. Hunter terkesiap kaget lalu ia menoleh mendapati muka kesal yang berasal dari sahabat satunya itu.

Jacob Sartorius •DEFINITELY•Where stories live. Discover now