JS•46

1K 60 17
                                        

Langkah gadis itu terhenti. Yang tadi kepalanya terangkat sekarang berubah Merunduk dan merenung sejenak seketika berpapasan dengan sebuah Rumah yang bisa di bilang modern. Rumah itu mempunyai dinding yang indah dengan warna putih susu & cokelat. Jangan lupakan rumah itu tidak berpagar.

Ia tidak tau mengapa perasaannya tiba-tiba saja tidak enak seperti ia tidak kuat untuk mengetuk pintu kaca itu. Entahlah.

Semenjak kejadian aneh yang menghampirinya seperti teror sms tak di kenal dan itu berhubungan dengan sahabatnya Reva.

Semua itu membuat hati Ava tidak tenang. Setiap malam dirinya tidak dapat tidur dengan tenang bahkan ia rela untuk meminum obat tidur, Alhasil nihil. Otaknya di paksa berfikir dan mengingat akan kejadian itu. Itu sebabnya gadis berambut blonde itu menginjakkan kakinya di depan kediaman Drevies. Ava ingin pertanyaan yang terus memenuhi otak kreatifnya bisa terjawab.

Tanpa di sadari oleh Ava. Ada seseorang yang tengah mengikutinya dan sekarang ia sedang menelefon Reva.

"Hey! Dia datang dan kau tau apa tugasmu bukan? Jangan bilang kau lupa atau--"

"Aku tau! Diamlah aku tidak bodoh sepertimu."

Si penelefon yang mengamati Ava atau lebih tepatnya mengikutinya dari kejauhan terkekeh pelan. Lalu Si penjawab pun memutuskan untuk menekan tombol merah berniat mengakhiri sambungan itu. Dari wajah Si penelefon atau sebut saja Reva itu mendengus keras lalu mencoba menenangkan dirinya sebelum ia menggumamkan kata 'Fuck u bitch'.

Kembalilah Si penelefon itu memperhatikan gerak-gerik Ava dari kejauhan, tanpa di sadari oleh Ava bahwa ia sedang di perhatikan.

Kemudian hembusan nafas panjang keluar dari Ava. Ia putuskan untuk Mengangkat wajahnya tepat di papan kayu bertulisan 'Devries' menatapnya sejenak.

Setelah gadis itu menatap dan merenung mencoba menjernihkan pikirannya. Ava putuskan untuk mengetuk pintu berbahan kaca itu agar seseorang membukakanya lalu perasaan & pikiran yang beberapa hari akhir ini telah mengusiknya pun berlalu.

Ava memejamkan matanya dua detik dengan sangat rapat sehingga membentuk kerutan.

Kemudian,

Tangan kanannya mengepal dan terangkat ke udara. satu pukulan mendarat di pintu kaca hitam milik kediaman Devries.

Satu detik, lima detik, tujuh detik. Tak ada jawaban.

Tiga pukulan pun mendarat di pintu tersebut menimbulkan suara nyaring dan juga keras. Suara itu berhasil mengisi kesunyian di sekitarnya.

Gadis berambut blonde dan mata hazelnya yang bernama Ava itu menunduk berharap seseorang keluar menyambutnya.

Tidak ada jawaban. Hanya hening dan suara desisan angin yang di dengarnya.

Ava menyelipkan beberapa helai dari kedua sisi rambutnya ke telinga. Lalu menatap pantulan tubuhnya dari pintu kaca hitam. Penampilan yang sangat nyaman atau lebih tepatnya biasa saja.

Tubuhnya yang ramping dan wajahnya yang sedikit pucat karena cuaca. Tubuh gadis itu di balut dengan kaus V-neck hitam, di lapisi luaran Jaket Putih tebal serta celana jeans  hitam yang ketat. Oh..jangan lupakan sepatu kesukaannya. Vans tentunya.

Ava kembali mengetuk pintu kediaman Devries. Kemudian ia menunduk menatap sepasang sepatu kotornya.

Tak ada jawaban?

Jacob Sartorius •DEFINITELY•Where stories live. Discover now