"Hey shut your mouth slut." Balas Reva tidak mau kalah. Ava terkesiap akan perkataan Reva lalu menepuk pundaknya dan menggumamkan kata 'sabar-biarkan-saja'

Hunter yang melihatnya pun tersentak menggeram kesal. Ia bangkit dari kursi cepat-cepat ia urungkan kembali niatnya karena melihat Jacob datang dan membelanya.

"Easy girl," ujarnya lirih seraya merentakan kedua telapak tangannya ke depan.

Jacob menatap Reva dan Ava secara bergantian. Reva terlihat kikuk saat Jacob meliriknya sekilas.

Jacob berdehem pelan. "Well.." Tubuh Jacob mendekat ke sebelah Selly lalu membisikan sesuatu. "Kau ingat ulahmu pada masa lalu? Apa kau tidak takut jika ia mengadukan kebenarannya pada polisi dan kau akan di penjara selamanya." Bisiknya panjang lebar seraya melirik Reva sekilas.

Selly yang mendengarnya pun kontan memalingkan wajahnya. "Fuck you bitch." Gumamnya pelan sangat pelan seraya menyuru kedua temannya untuk pergi melangkahkan kaki ke mejanya. Ia sungguh ketakutan. Tidak ada keberanian di dalam dirinya.

Hunter yang melihat kejadian itu hanya bisa menghela nafas lega. Kemudian ia mengambil buku catatan Ava dan menyalin tugasnya.

***

"Alright guys, mohon perhatiannya sebentar." Ujar mrs. Puppy dengan nada nyaring dan melengking membuat siswa-siswi yang berada di ruangan mengalihkan pandangannya ke arah wanita paruh baya itu. Mrs.puppy tersenyum tipis, "kalian sudah mengerti bukan yang saya jelaskan tadi?" Beberapa siswa mengangguk. "Kalau bergitu kerjakan latihan soal yang ada di buku paket kalian! Ya, halaman 54" ujarnya seraya meninggalkan ruangan kelas untuk pergi ke kamar kecil.

Ava menghela nafasnya pelan lalu melirik bangku samping kanan-nya. Wajahnya mengkusut ketika ia menatap bangku yang biasa di duduki oleh sahabatnya, Reva.

Dua hari yang lalu ia masuk, dan sekarang tidak. Menyebalkan. Gerutu Ava dalam hati.

Mengingat, Semenjak Hubungan Reva berakhir dengan Jacob ia jarang sekali masuk. Bahkan Reva memilih duduk menjauh di bandingkan duduk dengan Jacob. Ava merasa sedih sejak kejadian itu. Dan Jacob juga sudah tidak peduli dengan Reva. Entah,kapan kebahagiaan akan datang di hidup Reva. Ava juga tidak mengerti akan perasaan Jacob yang sebenarnya.

Gadis itu membalikkan pandangannya ke buku lalu melirik sahabat laki-kakinya yang berada di sampingnya sedang fokus mengerjakan tugas. Kemudian Ava mengalihkan pandangannya ke depan. Ia terkesiap kaget, sontak ia memundurkan kepalanya ke belakang karena terkejut akan kemunculan sosok lelaki berambut brunette di hadapannya ini.

Bagaimana tidak kaget coba, ia membalikkan setengah badannya ke belakang menghadap meja Ava yang tiba-tiba, apa lagi wajahnya yang sedang menyengir lebar tanpa henti.

"..wh.., what Are ya doing?" Tanya Ava memajukan kepalanya sambil memijat pelan dahinya lalu melirik Jacob sekilas.

"Em..me? Kau ingat ajakan ku untuk hang out bareng?" Ujar Jacob sambil menggigit bawah bibirnya sambil menunggu jawaban gadis yang berada di depannya.

Ava menaikkan sebelah alisnya, otaknya berpikir keras sampai ia mengingat sms Jacob tentang ajakannya untuk Hang Out.

Ava mengangguk malas. "Kenapa?" Tanyanya singkat.

"Kenapa?" Jawab Jacob mengulang pertanyaan Ava dengan nada tidak tau, membuat Ava mengernyitkan dahinya sambil melirik lelaki bermata hazel sama sepertinya. Jacob berdehem, "uh-uh, ya, um-- maksudku kau tidak berniat menjawab pesanku kemarin? Huh?"

"Ouh, Jawabannya masih sama seperti dua hari yang lalu. TIDAK!" Jawab Ava sedikit menyentak Jacob membuat Hunter menoleh dan menyadari kejadian di bangku sebelahnya.

Hunter menoleh dan menghentikan kegiatannya.

Jacob berdecih kesal. "Ayolah aku mohon," mohonya sambil menyatuhkan kedua telapak tangannya.

Mata Ava membulat. "Maaf tapi tidak."

"Hanya hang out saja, aku mohon."  Ujarnya memohon dengan nada yang sangat lembut membuat gadis itu sedikit luluh.

"Ya, aku mohon aku hanya akan--"

"Tidak!" Sahut Hunter menyela Jacob.

Ava terkesiap dan menoleh ke sahabatnya yang tengah menunjukan muka kusutnya.

Jacob menatap sinis Hunter. "Kau siapanya dia sih?"

"A-aku.. Aku sahabatnya," jawabnya santai sedikit tergagap sih.

Hunter menatap Jacob dengan tatapan tajam dan membunuh.

Ava yang menatap mereka bergantian hanya bisa mendengus kesal dan menggumamkan kata 'i'm-done'.

Jacob tertawa mendengus. "Hanya sahabat saja,"

Hunter mengerutkan dahinya keras. "Apa kau tidak sadar? Kau bukan siapa-siapa nya Ava saja.. Kau hanya Teman. Ingat Teman." Ujar Hunter tidak mau kalah dengan nada tingginya membuat beberapa siswa mendesis menyuruhnya mengecilkan suara.

"Ava bilang tidak ya tidak. Sudah sana.." Sambung Hunter seraya menyuruh Ava untuk tidak menanggapi Jacob.

Tapi Jacob tidak mau kalah. Jacob berbalik sambil memberucut kesal. Ia memilih berpikir mati-Matian untuk mendapatkan cara agar Ava menerima ajakannya di bandingkan mengerjakan tugas yang di suruh Mrs.puppy.

Selama satu minggu berlangsung Jacob tidak pernah merasa menyerah untuk mati-matian mengajak Ava Hang Out tapi Ava tetap menolak ajakannya dan memilih saran sahabatnya untuk tidak menanggapi Ajakan Jacob.

Waktu di kolidor sekolah saat Ava dan Jacob berpapasan. Jacob selalu menghalangi langkah Ava dan menanyakan pertanyaan itu lagi. Waktu habis ekstrakurikuler, saat di kantin, saat sehabis pulang sekolah, dan masih banyak lagi.

Berkali-kali Jacob mendengar kata 'tidak' yang di lontarkan oleh Ava. tapi itu tidak membuat Jacob sedih atau pun marah malah ia lebih giat lagi untuk mendapatkan kata 'iya' darinya.

Sampai pada suatu hari Jacob mendapatkan satu kesempatan. Kesempatan berlian baginya, Meskipun bukan Hang out setidaknya ia akan bersenang-senang bersama Ava.

A/n

Jangan lewatkan chapter yang berikutnya dan kedepannya. Hope you enjoy it.

Jacob Sartorius •DEFINITELY•Where stories live. Discover now