He's Not Come

156 22 0
                                    

Haii sorry ya late update mele. Soalnya hp w rusak mele:' oh btw w mau nanya, ada chapter chapter yang ketuker gitu ga sih? Kaya misalkan chap 15 dulu baru 14? Kalo ada kasi tau ya:(( tq

*****

Sekarang disinilah aku. Duduk sendiri di halte bus ditemani dengan rintik air hujan yang tidak kunjung berhenti. Langit benar-benar sudah gelap. Bulan sudah kembali muncul dari tempat peristirahatannya. Udara semakin dingin, aku memeluk tubuhku sendiri saat ini. Bodoh sekali aku tidak membawa jaket disaat cuaca seperti ini.

Tapi lebih bodoh lagi, air mataku tidak kunjung berhenti menetes karena Calum. Kejadian tadi.

Damn it!

Tiba-tiba saja sebuah mobil hitam berhenti di depanku membuyarkan semua lamunanku tentang Calum. Seorang lelaki keluar dari sana dan berlari ke arahku.

Wow. Edward.

"Lo ngapain disini sendiri? Hujan-hujan gini?" Tanya Edward saat sudah berdiri tepat di depanku

"Gue nungguin Cal-- eh nungguin hujan berenti" Jawabku sedikit gelagapan saat hampir saja menyebut nama Calum.

Edward mendecak kesal. Dengan cepat ia mencengkram pergelangan tanganku lalu membawa belanjaanku dan memasukkannya ke dalan mobil. Cengkraman tangannya begitu keras, sehingga terasa sedikit sakit.

Aku duduk di sebelah Edward yang berada di belakang kemudinya. Kini aku merasa semakin kedinginan karena tubuhku yang sedikit basah akibat berlari ke mobil Edward tadi. Edward melirik ke arahku lalu memutar kedua bola matanya, ia kembali mendecak.

Perlahan Edward membuka jaketnya lalu mengalungkannya di bahuku dan sedikit merapatkan bagian depannya. Ia melakukannya tanpa mau melihat wajahku. Mood jelekku sedikit meluntur karena perlakuannya ini.

"Ed? Lo kenapa? Kesel sama gue?" Tanyaku karena melihat perilaku Edward sejak tadi. Ia mendecak, mendelik, bahkan tidak mau melihat wajahku.

Edward menghela napas panjang lalu memiringkan posisi duduknya hingga kini kita berhadapan. Ia mengurungkan niatnya untuk menyalakan mobilnya. Kini ia menatap lekat kedua mataku bergantian. Perlahan tangannya menggenggam kedua tanganku.

"Iya gue kesel sama lo. Gue kesel karena lo gak pernah ngeliat gue disini. Yang selalu lo liat cuma Calum. Padahal gue yang selalu ada buat lo. Tapi Calum? Lacey, jangan ngejar orang yang bahkan gak ngarepin lo"

Hatiku kembali hancur saat mendengar kalimat terakhirnya. Satu persatu kata-katanya serasa terus mengikat diriku.

Edward benar. Untuk apa aku mengejar Calum yang ternyata lebih menganggap penting mantan kekasihnya itu.

"Lo tau Lace. Tadi waktu gue liat lo sendiri duduk disitu, gue sempet gak mau nolongin lo. Karena gue tau, lo pasti lagi nungguin Calum. Tapi Lace.. Gue gak bisa liat lo kaya gitu, gue gak bisa liat lo kaya gini" Ucapnya

Perlahan satu tangannya naik mengelus sebelah pipiku. Ibu jarinya mengusap pelan pipiku. Tatapan matanya tidak pernah lepas dari mataku.

Ia tersenyum lalu kembali menurunkan tangannya dan melepaskan genggaman tangannya. Kini ia benar-benar menyalakan mesin mobilnya lalu melajukannya dengan kecepatan normal.

Sepanjang perjalanan hanya ada kebisuan di dalam mobil ini. Perlahan aku melirik pada Edward, ia hanya fokus pada jalanan yang ada di depannya.

Aku benar-benar bodoh, untuk apa aku mengharapkan Calum padahal dibelakangku selalu ada Edward. Edward selalu ada saat aku dikecewakan oleh Calum. Edward selalu ada saat aku benar-benar membutuhkan seseorang disaat sedih. Apa ini saatnya untukku sedikit melirik perhatian Edward?

Remember//CalumHoodWhere stories live. Discover now