[7]-First Punishment

Start from the beginning
                                    

****
"Bhahahaha, gila masa iya lima bulan mau lahiran,"  Bastian semakin mengkeraskan tawanya seraya sesekali memegangi perutnya yang terasa menggelitik.

"Ide lo baal hahahaha," kini kiki juga ikut tertawa membuat Iqbaal mendengus kesal.

"Tau ahhh, ayo cepet."

     Iqbaal mengambil alih tasnya yang sedari tadi ada di tangan Bastian. Mereka bertiga mulai melangkah menjauhi tepat mereka bersembunyi.

Crekkk..
     Pintu pagar  besi dibuka oleh Bastian Pelan-pelan, berharap semoga tidak ada yang mendengar, dengan dibukanya pintu Bastian keluar perlahan, diikuti Iqbaal, dan Kiky dibelakang Iqbaal.

     Ketika Kiky sudah hampir melewati pagar kerah baju Kiky ditarik dari belakang sontak membuat Kiky juga memegangi kerah Iqbaal, sedangkan Iqbaal merasa ada yang tidak beres dia juga memegangi kerah baju milik Bastian.

"Apaan sih," Bastian bersuara tanpa menoleh karna kerahnya di tarik jadi menyulitkan Bastian saat ingin menoleh

" Awww... Awww," Mereka meringis ketika kerah baju mereka ditarik paksa.

"Bagus... " Bastian, Iqbaal, dan Kiky membelalakan mata mendengar suara itu. Terutama Kiky tubuhnya sudah dibanjiri keringat ketakutan, takut jika dia ketahuan lalu tidak naik kelas lagi.

"Ehhh... Ibu..."
Mereka menoleh berbarengan mendapati seorang wanita berhijab sedang memegang penggaris di tangan kanan dan tangan kirinya dia gunakan untuk mengelus perut buncit nya.

"Siapa yang bilang Ibu mau melahirkan?"  Memang nada ucapan milik Bu Citra halus,  tapi kali ini disertai penekanan, Bu Citra melotot kepada tiga muridnya, kali ini tarikan dikerah masing-masing muridnya sudah terlepas.

"Ibu bu, jangan galak-galak ntar anaknya jelek loh buk," Iqbaal berusaha menasehati disertai anggukan dari Kiky dan Bastian.

"Kamu ngatain saya?" Astaga. Niat Iqbaal kan ingin menenangkan Bu Citra tapi malah memperkeruh suasana.

"Eng—"

"Cepat kalian lari keliling lapangan 15 kali!!!" Perintah Bu Citra. Memang ya guru-guru wanita di SMA Garuda itu galak-galak.

*****
     Kedua gadis ini duduk dipinggir lapangan basket tanpa menghiraukan celana olahraga nya kotor.

"Sepi gak ada Salsha," (Namakamu) mendengus kemarin setelah dari rumah Iqbaal (Namakamu) bertemu dengan Salsha dan Steffi. Salsha bercerita  jika dirinya akan  pindah ke Jakarta, karna kemauan orang tuan Salsha yang kebetulan ada bisnis di Jakarta. Pertemuan itupun disertai dengan tangis haru(?) Padahal mereka bisa bertemu. Bandung-Jakarta tidak terlalu jauh bukan?

"Iya," Steffi mengangguk lemas, merasa ada yang kurang jika tidak ada Salsha si Cerewet itu.

"Heh (Nam...) liat deh itu Iqbaal kan?" Steffi menunjuk seseorang yang sedikit berlari diikuti dua temannya.

     (Namakamu) mengikuti arah telunjuk Steffi,hingga mata (Namakamu) menangkap seorang Iqbaal sedang berlari berkeliling lapangan. Mungkin mereka dihukum, begitu pikir (Namakamu).

"Kok rame ya?" (Namakamu) baru menyadari jika beberapa siswa dan siswi yang jam kosong berada di depan kelasnya masing-masing hanya untuk menyaksikan Iqbaal dan dua temannya dihukum.

"Iyalah, mereka kan baru pertama kali dihukum jadi banyak yang pengen liat."

     Iqbaal memang pertamakali dihukum. Kalau Kiky sudah jarang, Bastian kadang-kadang. Sejak Bastian, Kiky dan Iqbaal bersatu, tak ada yang berani melaporkan Iqbaal pada guru karna Iqbaal yang selalu mengencamnya, dia juga terkadang menyogok petugas sekolah agar tutup mulut ketika dia dan dua temannya melakukan pelanggaran.

     Di sisi lain, percuma juga Iqbaal dilaporkan,  hukumannya ya begitu-begitu saja. Sekolah tidak akan pernah mengeluarkan Iqbaal, karna Ayah Iqbaal merupakan penyuntik dana paling besar di SMA Garuda, tanpa Ayah Iqbaal mungkin SMA Garuda tidak akan sebagus ini.

"Emang mereka gak pernah ketahuan ya?"

"Hampir mungkin, mereka pinter ngeles sih."

"(Namakamu) Ramadhani ayo dicoba!" (Namakamu) sedikit tersentak kemudian bangkit dari duduknya menghampiri guru laki-laki itu yang memegang bola basket.

     Sebenarnya (Namakamu) itu tidak bisa bermain basket, dia memang selalu minim dalam pelajaran olahraga, nyaris dia tidak menyukai semua olahraga. Satu-satunya olahraga yang dia suka hanya Joging.

(Namakamu) mengambil bola yang diberikan gurunya. Dengan pelan-pelan dia mendrible bola meskipun terkadang bolanya tidak mau nurut(?)

****
Baru  tujuh kali tapi Iqbaal, Bastian juga Kiky sudah ngos-ngosan. apalagi Kiky yang larinya kayak kura-kura wajar juga sih mengingat  berat badan Kiky jauh dari kata ideal.

"Weii... tunggu huft... huft," Kiky kembali lari setelah beberapa detik berhenti. Berusaha mengimbangi larinya dengan Bastian dan Iqbaal padahal Kiky tertinggal jauh, Bastian dan Iqbaal sudah tujuh keliling tapi Kiky masih empat-_-

Kiky mulai berlari meskipun sangat lambat tapi dia berusaha mengejar Bastian.

Dugh.
Bruk.

Kiky ambruk. merasa kepalanya seperti terhantam sesuatu, belum lagi kepalanya dikelilingi dengan burung-burung dan bintang yang berkeliling membuat dirinya pusing. Padahal kan sekarang masih pagi kok ada Bintang ya.

Kiky berusaha membuka matanya yang sipit. Pupil matanya hanya menangkap beberapa orang mengerumuninya. Semua dimata Kiky buram. Dia melihat Bastian di depannya, meski tidak jelas tapi Kiky yakin itu Bastian.

"Bas... kepala lo kok...ada lima ya."

"Lo kira kepala gue balon... bangun bang!"

Pusing... Pusing... penglihatan Kiky mulai memburuk hingga ada cahaya merah, Biru, Putih, sampai semua hitam.

***
Ada yang mau bantuin Bang Kiky?

______________

A/n:

Bu Etty sama Bu Dwi Suwita itu guru pas SMP sama SMA saya paling killer. dulu nih ya sampe saya pernah di jitak sama Bu Etty gara-gara main pintu  dari luar kelas  yang diajarin sama Bu Etty. Sakitnya itu loh...

Kalo ada waktu saya balesin kok coment kalian kecuali yang cuma bilang next saya bingung mau balesin gimana😂

I Love U para readers ku tercintah.

AccidentWhere stories live. Discover now