-1-

7.6K 516 18
                                    

              Kejadian dimana kau ingin sekali punya peran penting di hidupmu sendiri namun yang terjadi adalah datar saja setiap harinya. Tidak ada yang benar-benar spesial.

             Kubuka halaman terakhir dari cerita Twillight Breaking Dawn series yang terakhir. Mereka sungguh tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. They were goals. Aku tersenyum samar mengingat dari awal cerita seorang manusia dan vampir yang kemudian berkencan. Dengan banyak pertarungan dan romansa. Sangat kontras dengan hidupku saat ini. Hanya duduk di sini berpura-pura tidak mendengarkan beberapa anak menyebutkan namaku berkali-kali.

                   Jam kosong, tidak ada guru dan drama queen serta gangs. Mereka semua selalu pergi entah kemana ketika satu-satunya jam yang ditunggu setiap harinya datang, jam kosong. Bel istirahat hampir berdering, dengan cepat kukemas semua bukuku dan berniat untuk pergi secepat mungkin ke belakang rumah kaca, dimana tidak mungkin ada siapapun di sana selain aku yang menghindari makan siang bersama. Terakhir kali aku datang, banyak orang menyapaku.

"Kau serius akan melahap dirimu sendiri? Meatballs?"

"El, kau tahu tubuhmu sudah punya banyak cadangan bukan?"

"Ella kau terlihat lebih kecil, lebih kecil dari mammoth di museum."

"Jika tubuhmu kecil dan wajahmu masuk kategori bagus, kurasa Blake akan mengencanimu."

"Tipikal Blake adalah wanita manis."

"Blake akan mengencani Linsey, dia sangat manis walaupun tubuhnya sedikit gendut."

"Tidak ada yang bagus darimu jadi tenang saja."

                 Seperti biasa, setelah menaruh bukuku di loker dengan penuh keramaian dan cemoohan seperti yang selalu terjadi di kafetaria, aku pergi dengan salad sayur yang rasanya sangat buruk ke belakang rumah kaca. Aku selalu berusaha bersikap seperti remaja sungguhan. Kutarik kaus hitam dengan lambang M untuk Maroon 5 yang letaknya di dekat kantung kecil bagian kiri dadaku yang sangat besar. Mom dan Hayley bilang baju berwarna hitam atau gelap akan membuatku terlihat lebih kecil. Namun, yap tidak ada yang dapat menutupi tubuh dengan berat 146 pounds atau lebih ini. Sial.

                  Hanya ada satu kursi yang sudah rapuh di sini, kursi sisa dari kelas-kelas yang hanya tersisa bagian kakinya, juga dua buah meja tanpa laci. Aku duduk dan mengeluarkan salad sayuran yang mom buat atas permintaanku. Bahkan rasanya sangat buruk saat pertama kali merasakannya. Namun, aku tidak ingin terus mengalami keterpurukanku. Kubuka ponselku dan melihat semua sosial mediaku tidak ada aktifitas yang baru saja terjadi. Tidak ada yang mengenalku baik, walau aku sudah berusaha mengikuti style pakaian, tas, dan ponsel mereka. Tanpa sengaja ibu jariku menekan tombol panggilan, recently nya adalah Mom, dan Dad. Bahkan kurasa Maddi dan Sara enggan menelfonku, they're too skinny for my badass.

Tiba-tiba kulihat seseorang dengan nafas terengah-engah menghampiriku. Bukan, maksudku berada di tempat yang sama denganku dengan radius kira-kira sepuluh meter. Seorang laki-laki dengan rambut tebal dan menyembul ke atas, telinganya ditindik dan mata sayu birunya terlihat pucat. Hidungnya sangat mancung dengan garis pipi yang jelas dan bibir lancip berwarna kemerahan. Dia menatapku bingung.

"What the hell are you doing here?" Tanyanya mendekat. Aku mengemas bekalku namun masih menatapnya.

"I come everyday, that question might be mine." Jawabku menarik kausku untuk yang kesekian kalinya.

"I-I just ran away from um, her. Zach Clayton." Ujarnya memperkenalkan diri dari jarak yang sedikit jauh.

"Her? Oh yeah none of my business."
"Gotcha, so--"
"Ella."
"Sure, Ella. You must be a freshman, why you ate here when your school have a great cafetaria?"
"First, I'm not a freshman or something, we on the same history class every week. And I'm not belong to great cafetaria like you used to say."
"Sorry."
"No problem."
"So, see you around Ella."
"Okay."

Tentu aku tahu anak laki-laki di sekolah dengan nama Zachary Clayton. Dia biasanya selalu pergi dengan Nick Bean ataupun Edwin Burgos. Sebenarnya aku lebih banyak mengenal orang-orang ketimbang mereka mengenalku. Yah tentu, memangnya siapa yang ingin mengenalku saat tidak dalam keadaan tadi? Tidak ada.

Aku duduk di pinggir jendela sendiri menatap jalanan yang ramai dengan banyak rambu berwarna biru dan kuning dimana-mana. Dengan senang hati, Hayley mau duduk di dekatku, Linda dan Collin juga ada di kursi depanku jadi kami bisa beberapa kali mengobrol. Sebenarnya kali ini aku berada di bus sekolah yang sama dengan Maddi dan Sara. Sara adalah adikku, kami bertiga hanya berjarak satu tahun dan aku yang paling tidak bagus diantara kami.

Kulihat ke samping Hayley, duduk Zach dengan Nick Bean, aku ingin menyapanya namun pasti dia cepat melupakanku. Jadi aku memilih untuk diam karena mereka nampaknya sibuk dengan dua gadis di depannya. Mereka membahas soal pesta di rumah Tayler Holder malam ini, semuanya diundang bahkan adik dan kakakku, tidak denganku.

SIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang