Tapi Jinhwan masih mematung tak bergerak. Pandangannya masih tertuju ke dua sosok manusia yang ada di dalam ruangan. Entah dia seperti terhipnotis saja, tubuhnya benar-benar sulit untuk digerakan.

"Hyung!" Bobby menepuk pundak Jinhwan.

Dan saat itu Jinhwan kembali ke alam sadarnya. Dia memalingkan tatapannya. Dengan gerakan cepat dia langsung membalikan tubuhnya.

Bruk.

Jinhwan menyerahkan berkas yang sejak tadi ia bawa itu ke dada bidang Bobby kasar. Bobby yang kaget langsung dengan sigap menerimanya. Baru setelah itu Jinhwan segera berlari meninggalkan Bobby yang terheran-heran melihat sikap anehnya.

"Ada apa dengan Jinan hyung ?" Bobby mengernyitkan dahinya bingung.

"Jinan hyung!"

Teriakan Hanbin melepas kepergian Jinhwan. Dia langsung bergegas keluar ruangan sampai-sampai menubruk tubuh Bobby yang berada di depan pintu.

"Hanbin-ahh!"

Dan suara seorang yeoja terdengar tak lama setelah Hanbin berlari melewati Bobby. Bobby hanya berdiri mematung. Dia bigung dengan apa yang dilihatnya. Karena tak berapa lama setelah Hanbin melewatinya, Lee Hi sang yeoja yang tadi meneriaki Hanbin juga berlari melewati tubuhnya.

"Drama apa ini ?" Bobby berseru heran. Dia mengeryitkan dahinya, membuat matanya menjadi semakin sipit.

...

Jinhwan terus berlari keluar dari gedung. Dia tak peduli dengan teriakan namja yang yang sudah berkali-kali meneriaki namanya itu. Dia hanya ingin segera sampai di kamarnya. Menangis, melepas rasa sesak yang sudah tak kuasa ia rasakan di dalam dadanya. Tapi belum juga ia tiba di dalam kamarnya, air matanya sudah tak bisa dia tahan. Pipinya yang halus itu sudah basah oleh airmata.

"Jinan hyung! Dengarkan aku dulu. Berhentilah, kumohon !"

"Taxi !" Jinhwan berteriak menghentikan taxi lewat.

"Dengarkan aku hyung !"

Baru saja tangan kanannya akan membuka pintu mobil, Hanbin sudah lebih dulu menarik tangan itu. Tapi Jinhwan segera menghempaskan tangan itu. Dan sekuat yang dia bisa, ia mendorong tubuh Hanbin menjauh darinya. Baru setelah itu dia langsung masuk kedalam taxi.

"Jinanie dengarkan aku dulu. Kau salah faham hyung!" Hanbin memukul-mukul kaca jendela mobil. Tapi Jinhwan tetap tak peduli dia malah menyuruh supir taxi untuk segera melajukan mobilnya.

"Jinan hyung!"

Itu teriakan Hanbin yang terakhir Jinhwan dengar sebelum akhirnya taxi yang ia tumpangi benar-benar melaju menyusuri jalanan kota Seoul. Membawanya kembali ke dorm apartemen.

Jinhwan menangis sejadi-jadinya di dalam taxi. Dia tak peduli dengan supir taxi yang akan terganggu dengan suara isak tangisnya. Dia hanya ingin menangis. Rasa sesak di dalam dadanya benar-benar terasa sakit. Bayang-bayang apa yang tadi dia lihat sewaktu di dalam dance room tak henti-hentinya mengganggu fikirannya. Dia tadi cukup melihat jelas semuanya. Dan dia yakin betul matanya tadi tidak salah melihat. Tangan kanan Hanbin yang memegang sisi kepala Lee Hi di samping telinga dan tangan kiri Hanbin yang memegang bahu Lee Hi. Jinhwan meyakinkan dirinya kembali, bahwa dua orang itu saling menatap satu sama lain.

Setibanya di dalam dorm apartemen Jinhwan segera melepas sepatunya cepat-cepat. Tapi saat dia mau berjalan masuk kedalam ruang tengah tubuhnya tiba-tiba terjatuh. Dia tersandung oleh bantal sofa yang tergeletak di atas lantai.

"Aarrgghh sudah berapa kali ku bilang jangan pernah matikan lampu kalau aku belum pulang." Jinhwan menggerutu kesal. Tubuhnya yang mungil itu ia gerakan lemas agar bangun dari posisi jatuhnya. Tapi sepertinya dia tak kuasa untuk bangun.

Jinhwan lalu memilih untuk duduk. Ia sandarkan tubuhnya ke dinding. Ia peluk kedua kakinya erat-erat. Lalu menangis. Dia tak peduli dengan suara isak tangisnya yang akan terdengar oleh yang lain atau tidak. Toh mungkin para dongsaeng nya sudah tidur. Lagipula lampu ruangan juga sudah mati, mungkin mereka sudah benar-benar tidur. Itu kesempatan bagi Jinhwan untuk menangis sepuas hatinya. Tanpa seorangpun yang akan melihatnya, karena ruangan itu sudah benar-benar gelap. Dia sudah tak kepikiran lagi untuk pergi ke kamarnya. Ini sudah cukup nyaman baginya. Duduk bersimpuh sambil memeluk erat kedua kakinya. Menenggelamkan wajahnya di atas lututnya. Dan menangis melepas air mata yang sudah tak mampu untuk ia bendung di pelupuk matanya.
Yaa.. Jinhwan menangis di dalam kegelapan.

☆☆☆


Author lanjutttt 😊😊😊
Chapter 2 sudahh selesai pemirsa heheee
dan mumpung lagi free Author mau langsung lanjut ke chapter selanjutnya.
Soalnya ide cerita masih berkeliling-keliling nih di kepala. Dari pada nanti keburu lupa.
yaa udahh yuukk lanjut lagii..

Between Me And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang