13. Kontradiksi

17.8K 1.5K 201
                                    

Saya mau minta maaf, nggak bisa balas komen kalian satu persatu kemarin, saya masih belum sehat. Mata masih kunam-kunam kalao lihat hp lama-lama. 

Malam ini walaupun kondisi saya masih kurang fit saya sempetin update. Bab ini sekali lagi nggak saya edit, kalo ada typo kasih tahu, ya. Terima kasih

Vote, komen, dan segalanya saya dan ChristianJCB tunggu

Selamat menikmati

Salam kami

Malagoar & ChristianJCB

.

.

.

.

.

Ini namanya kontradiksi. Sebuah keadaan berlawanan arah. Disaat alam mengamuk menumpahkan hujan dan geliat petirnya, Anthoni justru merasa kepanasan di dalam kamar kos. Suasana tegang bukan main. Arial dan Theo merenggut perhatiannya tanpa ampun. Ini sumpah demi apa mereka tidur bertiga seranjang? Sumpah demi apa?

Theo memberi benteng. Arial sok melindungi Anthoni. Anthoni mau pingsan. Cowo-cowo itu hwat banget masa. Pohon kelapa dan bakpao. Oh hidup Anthoni berasa di surga.

"Lo inget-inget garis ini," telunjuk Theo menunjuk bantal guling terepes yang ada di antara dirinya dan Anthoni, "sampe lo langgar garis ini, lo mati di tangan gue."

Anthoni terperanjat. Memepet tubuh Arial.

"Sebelum lo matiin anak gue, lo langkahin dulu nyawa gue." Ah, itu terlalu lebai. Arial merangkul pundak sempit Anthoni. Hidungnya melebar menyempit. Dagunya terangkat penuh.

Theo mendengus kasar. Menjatuhkan tubuh di atas kasur. Menutup tubuh dengan selimut sampai kepala. Lalu menjulurkan tangan. Jari tangannya terangkat ke udara.

"Ial...," Anthoni merajuk. Matanya berkaca-kaca. Dia menoleh ke arah Arial yang menepuk-nepuk pundaknya.

"Sudah nggak apa-apa," begitu Arial bilangnya.

"Aku mau tidur di pinggir aja, Ial," Anthoni takut-takut. Menggeleng penuh drama.

"Nggak akan. Lo bisa nggelundung kalo tidur di pinggir tempat tidur. Udah lo di tengah aja. Nggak usah mikir yang macem-macem. Ada gue. Semua aman."

Nggak usah mikir? Ini malah kadar kepikirannya di luar batas.

Anthoni merebahkan tubuh. Disusul Arial. Dan malam itu adalah malam penuh dilema hebat selama hidupnya Anthoni. Malam paling nggak pernah bisa bikin tidur. Mau ke kiri, eh ada Theo. Miring ke kanan, Arial terlihat sempurna. Mau menggerakkan badan juga nggak bisa. Anatomi tubuhnya terbentur bongkahan-bongkahan padat tubuh Theo dan Arial.

Anthoni gelisah. Dia nggak bisa tidur telentang. Akhirnya penuh dengan keberanian, Anthoni miring ke kiri. Dan itu bukanlah suatu tindakan yang tepat, karena saat tubuhnya miring ke kiri, Theo kebetulan menghadap ke arahnya. Kaki jenjang Theo memeluk guling, karena tuh guling kecilnya minta ampun, alhasil kaki Theo melewati guling, lalu mendarat sempurna di paha kecil Anthoni. Merangsek naik ke selangkangan anthonni.

Ah, keterlaluan emang. Lutut Theo secara indah nan biadab menggesek kepala Ciripa. Dan benda mungil menggemaskan itu, membengkak tak tahu diri. Anthoni meneguk ludah susah payah. Panas banget ya malam ini. Demi menyelamatkan hidup mati Ciripa yang suka konak sembarangan, Anthoni miring ke kanan. Lagi, itu bukanlah sesuatu yang bagus dan baik hati.

Teach Me to Love as (Gay)Место, где живут истории. Откройте их для себя