1. Coming Out

53.4K 2.5K 344
                                    



"Anthony, gay." Sudah, itu saja. Dua kata. Tapi dampaknya, luar biasa. Anthony meremas tangannya yang basah. Jantungnya berdebum-debum. Kepalanya menunduk. Jempol kakinya resah.

Di depan Anthony; Ibu dan Bapak, mematung. Menahan napas sejenak. Saling bersitatap. Kemudian melempar pandangan pada Anthony.

"Apa kamu bilang?"

Suara Bapak menambah genjotan jantung Anthony. Semakin gencar. Membikin sesak. Tundukannya semakin dalam. Anthony kian larut.

"Anthony ... gay." Tergagap, Anthony mengulangi pernyataannya.

Anthony takut. Tapi membohongi Ibu-Bapak, bukan cita-cita Anthony. Dia gay, maka dia harus ngaku. Dia nggak suka gunung kembar. Sukanya jendolan selangkangan. Dia nggak suka Miss V. Sukanya Pak Pen-***. Anthony suka membayangkan anu cowok, ketimbang anuan cewek.

Anthony resah? Sangat. Dua puluh tahun menyembunyikan orientasi seksualnya, dan itu bukan hal yang bagus buat Anthony. Seperti memanggul bisul gedhe di lipatan selangkangan, yang selalu perih tiap berjalan atau sekadar dibuat gerak.

Anthony menatap Ibu dan Bapak. Mengerikan. Itu adalah ekspresi yang dikeluarkan Bapak. Hidung lebar Bapak kembang kempis. Bibir tebalnya tertarik horor ke atas. Anthony meneguk ludah. Menunduk lagi. Keringat semakin giat berseluncur di punggungnya.

"Oh."

Serta merta Anthony menengadah. Celetukan Bapak tadi membuat kuping Anthony menegak. Kemudian Anthony dibuat heran saat Bapak tersenyum. Disusul senyum Ibu. Sebelah alis Anthony terangkat.

"Kami sudah menduga kalau kamu gay, Sweetheart."

Eh?

"Sejak kamu lebih suka Mas Abdel daripada Mbak Gigi."

Mas Abdel itu dulunya pengasuh Anthony saat masih kecil ketika Anthony ditinggal Ibu dan Bapak dinas bekerja. Sedangkan Mbak Gigi pembantu keluarga Anthony.

"Dan kamu lebih suka lihat tampannya pemain sepak bola tiap Bapak ajak nonton bola."

Laki-laki maskulin dan berkeringat itu memang lebih seksi, sih. Anthony selalu bersemangat nonton sepak bola. Bukan karena pertandingannya, melainkan karena ketampanan para pemainnya.

"Dan kamu yang suka lirik-lirik Mas Mustofa tiap pergi mengaji."

Mas Mustofa itu ... pujaan kaum gay, deh. Ganteng, cakep, guru ngaji, berkulit kecokelatan favorit Anthony. Pokoknya Mas Mustofa itu, idola saat Anthony onani lah. Ah ... atau jangan-jangan.

Anthony menggeleng. Menatap ngeri ke arah Bapak. Lalu berpaling ke Ibu.

"Kami nggak sengaja mendengar kamu mendesah memanggil nama Mas Mustofa, Sayang. Maafin kami ya."

Itu apa-apaan, sih? Lagi ngurut kenti, menggeramin nama laki-laki guru ngajinya sendiri, dan kepergok orang tua? Oh ... kurang lengkap apa coba keberuntungan Anthony?

Anthony nyengir. Nggak jadi deg-degan. Memasang tampang polos. Tapi raut mukanya memerah malu.

"Jadiii ... Ibu dan Bapaaak ...."

"Kami sudah menduga kalau kamu gay, Sayang." Begitu Ibu bilangnya. "Nggak apa-apa." Anthony melepas napas luar biasa lega. "Mau kamu gay, transgender, aseksual. Its oke. Ini hidup kamu. Kamu yang menjalaninya. Asal kamu bertanggung jawab dengan setiap keputusan yang kamu ambil, Ibu dan Bapak tidak akan mempermasalahkannya."

Anthony masih speechless.

"Bapak minta, apapun yang kamu permasalahkan, kamu harus selalu terbuka sama kami. Jangan dipendam sendiri. Anthony punya kami. Anthony nggak sendirian. Ada Ibu. Ada Bapak."

Satu anggukan kepala Anthony sebagai tanggapannya.

"Nanti kalau ada yang menyakiti Anthony, Anthony harus bilang ke Ibu maupun Bapak. Kami nggak mau, ya, anak kami yang unyu ini tersakiti."

Dua anggukan Anthony kembali menanggapi.

"Bapak sama Ibu sayang Anthony. Nggak peduli mereka ngomong apa. Nggak peduli mereka mendiskriminasikan LGBT seperti apa, Ibu sama Bapak akan selalu membela Anthony. Akan selalu berada di samping Anthony.."

Kali ini tiga anggukan beserta tetesan air mata Anthony yang menanggapi ucapan Bapak barusan. Hati Anthony menghangat. Merasa bersyukur. Anthony mengerjap, dan air matanya semakin deras.

Sudah? Begini saja reaksinya? Nggak ada drama ala-ala sinetron dimana orangtuanya mengusir karena nggak terima anak mereka memiliki sedikit 'keanehan'? Atau setidaknya bentakan biar lebih terlihat ekstream gitu? Serius tanggapannya Cuma oh-oke-its fine?

Capek-capek menyembunyikan orientasi seksualnya serapat mungkin selama puluhan tahun, dan berakhir sesimple ini?

Oh ... mimpi indah. Penuh kejutan. Anthony masih menangis. Kedua orangtuanya memang benar-benar luar biasa. Benar-benar ... Anthony nggak bisa berkata apa-apa lagi. Dia mengusap air mata bergantian. Ingusnya juga ikut berjatuhan. Lalu dia sesenggukan. Membiarkan Ibu dan Bapak memberinya pelukan.

.

.

.

.

==

Kyaaaaah akhirnya anak pertama akuuuh dan cowo cakep ChristianJCB launching juga.

Jadi cerita ini adalah hasil duet ane ama ChristianJCB. Semua ide cerita berasal dari cowo cakep itu. Ane cuma kebagian ngetik-ngetik aja. Jadi kalau yei mau rikues jalan cerita, bisa ke orangnya langsung. Udah pada follow dia belum? Sok atuh difollow. Orangnya baik.

Ini adalah eksperimen cerita yang belum pernah ane bikin sebelumnya. Setiap chapter memang sengaja diperpendek. Soo semoga bisa update tiap hari kyaaaaahh

Vote, comment, review selalu ditunggu.

Salam dari kami

Teach Me to Love as (Gay)Where stories live. Discover now