3. Anak itu ... sialan!

25.7K 2K 186
                                    



Bapak yang berprofesi sebagai pegawai pemerintah daerah memang sanggup membiayai Anthoni kuliah. Namun, pemuda mungil jurusan Sastra Jepang tingkat akhir itu, nggak mau membebani Bapak untuk biaya keperluannya sehari-hari di kota. Maka dari itu, guna membantu meringankan beban Bapak, Anthoni memutuskan bekerja di salah satu tempat penjualan DVD terkenal di kotanya kuliah.

Anthoni sudah mengganti seragamnya. Untung hari ini Mas Charli―pemilik toko DVD―nggak meliburkan Anthoni, sehingga cowo manis itu mempunyai kesibukan daripada berdiam diri di kamar kos dan mendapat serangan jantung akibat ulah Arial yang mengebat-ngebitkan jantungnya.

Anthoni membersihkan rak-rak pendisplay-an. Kadang memberitahu pelanggan yang tanya kepadanya letak DVD yang dicari. Alunan musik Kesempurnaan Cinta yang lagi hits akhir-akhir ini mengalun dari speaker-speaker yang digantung di langit-langit. Sesekali Anthoni menyanyikan lirik yang kebetulan dia hapal.

Berada di pelukanmu

Mengajarkanku apa artinya kenyamanan

Kesempurnaan cinta

Anthoni tersipu sendiri. Senyum-senyum nggak jelas sendiri. Membayangkan jika Arial menembaknya. Lalu saling berpelukan karena Anthoni pasti akan menerimanya. Berciuman. Bersenggama eh ... terlalu cepat. Ber ... apa ya?

BRUAAAK

Tiba-tiba terdengar suara kaset-kaset yang berjatuhan. Anthoni menoleh ke sumber suara. Lalu menggeram penuh emosi. Di sana, tak jauh dari tempatnya membersihkan rak, satu shelving DVD terjatuh ke lantai. Kepingan-kepingan DVD-nya berhamburan. Para pengunjung mendekat ingin tahu. Pun Anthoni, yang ingin menjatuhkan eksekusinya pada si 'tersangka'.

Rak itu baru saja dibersihkan Anthoni. Dan sekarang main diberantakkan begitu saja? Oh pemuda kecil itu marah.

"Kamu...," Anthoni mengacungkan kain serbetnya. "Tersangka utamanya, kan?"

Yang dituding dengan kata 'kamu', dan disangka pelaku adalah bocah laki-laki memakai seragam SMA lusuh. Tinggi bocah itu ... Masha Allah. Anthoni yang udah berusia di atas dua puluh aja hanya sampai pundaknya. Di situ Anthoni merasa ... kadang dunia nggak adil.

"Bersihkan ini semua!" suara cempreng Anthoni memekakkan telinga, menenggelamkan suara Risky Febian yang masih mengalun di speaker. "Ayo buruan!" Anthoni menuntut. Berkacak pinggang.

Beberapa orang di sekitar Anthoni dan si 'tersangka' mesem-mesem melihat tingkah Anthoni yang makin terlihat lucu jika marah.

"DVD yang rusak wajib kamu ganti semua!" Anthoni masih menyalak.

Bocah SMA di hadapan Anthoni mendengus sombong. Dagunya terangkat penuh. Dia ... benar-benar kurang ajar. Berani-beraninya dia menantang anak kuliahan. Anak bau kencur juga sok berkuasa.

Anthoni maju. Ikut-ikutan mengangkat dagu. Kemudian berkacak pinggang. Lihatlah, Dek. Gue juga bisa kayak lo.

"Cepat beresin!"

Kerumunan pengunjung yang melihat ingin tahu semakin banyak. Membentuk lingkaran di mana Anthoni dan si bocah tersangka berada di tengahnya.

Si cowo dalang keributan itu masih bergeming. Bersedekap. Balik menantang Anthoni. Melangkah mendekat. Dan Anthoni terintimidasi. Meneguk ludah. Bocah itu ... jauh lebih besar dan tinggi dari dugaannya. Wajahnya tampan, sih. Rambutnya berantakan ala-ala bad boy gitu. Di kuncir kuda sekenanya, hingga anak-anak rambut yang nggak terikat, terlepas di balik kuping dan di depan dahi. Keren lah, tapi sumpah, sengaknya minta ampun.

Saat si bocah SMA itu berdiri menjulang di depan Anthoni, aroma cokelat memenuhi hidung Anthoni. Anthoni terpejam sesaat. Anthoni! Buka matamu! Sekarang bukan saatnya mengagumi sosok anak tengil itu. Lihatlah dia. Menjengkelkan banget gitu kan? Jangan tergiur, Nak. Jangan tergiur.

Teach Me to Love as (Gay)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora