9. Ambigay

20.5K 1.8K 271
                                    

Kyaaah sayah dan si ganteng ChristianJCB balik lagi, dong. Ada yang kangen, nggak sih? Nggak ada ya :( kasiannya?

Saya dua hari ini merasa berdosa banget, karena belum sempat balas satu per satu komen dari kalian semua :( hp ane minta dibanting kayaknya. Tiap mau balas komen pasti kesalahan gitu :(

Maafken saya, sebagai ucapan maaf, satu part ini sayah dan Om ChristianJCB sepakat untuk memperpanjang. 

Vote, komennya ya :(

Selamat menikmati

Salam dari kami

Malagoar & ChristianJCB

.

.

.

.



Anthoni sakit hati. Sudah pasti. Anthoni kecewa. Tentu saja. Dalam satu hari saja, dia dipermalukan ama Bapak-anak yang nggak punya hati nurani. Dicekik. Dihempas. Yang paling bikin Anthoni seperti tertelan bumi adalah mempermalukan diri sendiri di depan Om Patrick.

Om Patrick ... oh dada bongkahan-bongkahannya. Perut roti sobeknya. Putingnya ... ah tidak, tidak, tidak. Anthoni malu. Malu. Om Patrick sudah menolaknya. Sudah mencampakkannya. Sudah membuangnya. Sudah ... ah lupakanlah. Itu semua memang buah pemikiran tak masuk akal Anthoni yang udah sekarat. Dalam kondisi melarat. Tak punya kerjaan. Mie instan habis. Utang pada Firman udah menggunung.

Dan di sinilah Anthoni sekarang. Meringkuk menahan lapar di kamar kos. Matanya sembab. Sesiang ini menangis. Menahan dua hal: sakit hati dengan keluarga deodorant, sama menahan lapar. Kemarin pas mau balik ke kosan, Anthoni lupa minta sangu kepada Bapak-Ibu. Menunggu gaji pun, dapat dari mana? Dia kan penangguran.

Pintu kamar kos terbuka. Dan Anthoni yang nggak mau kelihatan oleh orang-orang semakin memepet pada dinding. Padahal, dia nggak pakai selimut untuk mencoba menutupi dirinya. Mau memepet dinding seperti apa pun, tubuh mungilnya juga pasti akan terlihat. Ah, otak Anthoni agaknya emang dibutakan akibat sakit hati ini.

Arial masuk. Memakai jersey basket kebesaran provinsi. Tubuhnya yang berkeringat, mengakibatkan kain kaus tersebut melekat sempurna pada dinding tubuhnya. Mencetak lekukan-lekukan bersemangat yang selalu dijadikan fantasi Anthoni ketika onani.

Lelaki atletis tersebut mengernyit. Dua alis lebatnya hampir bertegur sapa. Dia meletakkan tas ranselnya di bangku belajar. Kemudian menghempaskan pantat di tepian ranjang. Melucuti tali sepatu satu per satu dengan mata yang tak kunjung lepas memindai si mungil yang hampir menyatu di tembok.

"Lo ngapain, An?"

Dan tubuh ramping itu seketika terlonjak. Menggeleng beberapa kali. Bergetar dengan gigi bergemelatukan.

"Sakit lo, An?"

Marmut itu lagi-lagi menggeleng. Pundaknya yang sempit bergetar. Arial semakin mengernyit. Selepas sepatu sportnya tanggal, dia merangkak naik ke ranjang. Memegang pundak si ikan teri. Menggoyangnya gemas.

"Lo kenapa sih, An?" tanyanya heboh sendiri. Arial takut, pemuda mungil itu mengidap kelaianan.

Lalu tiba-tiba, di antara hening yang terbentang di antara mereka, terdengar suara menyayat hati, memilukan tulang belulang, melemaskan sendi-sendi, berasal dari perut terepes lelaki imut itu. Suara perut Anthoni yang kelaparan. Anthoni mematung. Semakin mengingsutkan diri di tembok.

Teach Me to Love as (Gay)Where stories live. Discover now