12. Cobaan Terberat

Start from the beginning
                                    

Pejaman matanya semakin dalam. Lalu, lamat terdengar suara lelaki yang paling ia benci memenuhi saraf pendengarannya. Kedua tangan Anthoni menutup erat-erat cuping telinganya. Berharap suara mengerikan itu enyah dari sana. Namun yang ada, tak hanya suara mengerikan yang kembali menjejali telinga Anthoni, suara itu membawa serta sosok yang menjadi momok buat Anthoni. Sosok menakutkan yang ingin Anthoni kubur hidup-hidup.

Anthoni menggigil. Tubuhnya bergetar hebat. Tetesan air hujan bercampur dengan air mata yang mengalir entah sejak kapan. Lalu Anthoni membuka mata. Mencoba menetralisirkan karut marut suasana hatinya. Menghela dan mengembuskan napas. Kemudian dia mengusap mata. Menghilangkan air yang telah menganak pinak di sana.

Pintu kamar mandi terbuka, sosok Arial terlihat. Memicingkan mata. Berjalan mendekat.

"Ial...."

"Kenapa nggak bilang?" Arial berdiri di belakang Anthoni. Mengambil handuk halus yang terselampir di pundak pemuda mungil itu

"Bilang apa?"

"Kenapa nggak pernah bilang kalau lo berbeda ama gue?"

Anthoni hanya tersenyum. Mendengar Arial mengatakan berbeda itu entah mengapa menohok perasan Anthoni. Arial memandang Anthoni dari pantulan cermin. Mendesah kemudian.

"Lo nggak pernah nganggap gue sahabat lo apa? Hampir empat tahun kita satu jurusan, satu kelas, satu kos, bahkan satu tempat tidur, tapi lo nggak mau kasih tahu gue tentang orientasi seksual lo?"

"Ial, aku...."

"Lo nganggap gue jadi sahabat lo nggak sih sebenarnya?" Arial mengusap kepala Anthoni yang basah menggunakan handuk. Bisa ia lihat si marmut itu tengah menggigit bibir bawah menahan sesuatu. "Ya ampun, An, kadang gue berfikir jika saja lo itu cewe, ingin kali gue gigit tuh bibir bawah lo. Gemes tahu nggak lihat bibir sosorable lo main saling gigit."

Ya ampun, pernyataannya Arial ambigu banget. Anthoni jadi merona. Malu-malu kucing. imajinasi liarnya menerawangkan pergulatan dua bibirnya dan dua bibir milik si sporty Arial saling berbagi kasih. Berbagi perasaan. Berbagi cinta ... eh kecepetan.

Anthoni harus bersifat alim sekarang di mata Arial. Biar dia dicap sebagai homo muslimin yang lagi hit akhir-akhir ini. Dan supaya Arial nggak sadar jika ia memiliki teman homo sedikit mesum yang selalu menjadikan tubuhnya sebagai imajinasi ketika coli. Coli? Ya ampun, coli terakhir Anthoni sore kemarin. Seharian ini belum. Pantesan Anthoni baper mulu seharian ini. Kurang vitamin, em?

"Emang kalau gigit bibir aku kenapa, Ial?" astaga, Anthoni langsung menampar mulutnya. Itu alat bicara bisa di-rem nggak sih? Akibat dua lembar bibir tipis itu tuh, Anthoni mendapat serangan malu tak tertangguhkan.

Anthoni menggeleng. Buru-buru meralat omongannya.

"Maaf, Ial."

Sebelah alis Arial tertarik. Dia membalik tubuh Anthoni. Menelisiknya dari atas ke bawah sambil bertolak pinggang.

"Jawab pertanyaan gue." Arial menuntut. Mendelik mengerikan. "Kenapa selama ini lo nggak pernah mau jujur ke gue kalau lo memiliki perbedaan orientasi seksual. Gue nggak bisa bayangin lo menyembunyikannya seorang diri."

"Ial...," Anthoni mencoba tersenyum, "Aku takut."

"Kenapa?"

"Takut kamu nggak mau menerimaku apa adanya, Ial. Kamu tahu sendiri kan, jadi berbeda itu nggak segampang yang kamu pikir. Lihat tadi Theo menghina-hinaku seperti apa. Nggak semua orang mau menerima perbedaan, Ial. Nggak semua orang menghargai perbedaan. Aku takut ketika kamu tahu kalau aku gay, kamu akan menolak kehadiranku. Kamu akan menghina-hinaku sebagaimana Theo tadi lakukan."

"Ya Tuhan."

Lalu Anthoni terhenyak. Tenggelam di antara euforia imajinasi sedikit liarnya. Di bawah jutaan kaki-kaki hujan yang melompat di atas genting kos-kosan, dan gemuruh guntur serta kilat yang terus memecut, Arial memeluk Anthoni.

Arial memeluk Anthoni. Sekali lagi supaya Anthoni merasa ini bukan mimpi: Arial memeluk Anthoni.

Ya Tuhan, pemuda kampungan itu senang bukan mainlah. Sosok cowo yang selalu menjadi aktor utama di serangan paginya, sosok cowo yang selalu menjadi tokoh penting di olahraga colinya, sekarang memeluk tubuh Anthoni. Memeluk. Mendekap si cebol itu dalam hangat tubuhnya.

Anthoni meleleh. Merasakan dada keras milik Arial. Perut balok-baloknya. Ya ampun dia terangsang masa. Anthoni kan nggak tahu kondisi dan situasi, disaat habis nangis pun, habis sedih pun, jika dihidangkan moment menggairahkan hati seperti ini, kecambah penuh keajaibannya membengkak lah. Nggak besar-besar amat sih, mungkin Cuma segedhe anak-anakan burung parkit.

Ya ampun, tahu jika coming out di depan Arial bisa mendapat servisan gratis seperti ini, mending coming out dari dulu-dulu aja Anthoninya. Kedua tangannya mengalung di pinggang Arial. Astaga, Arial mandinya pakai sabun apa sih, kenapa bisa sewangi ini?

Oh Anthoni terlena. Matanya terpejam. Kepalanya ia sandarkan ke dada Arial. Lalu Anthoni berbisik. Sesuatu yang langsung membuat Arial menegang.

"Ial, jangan peluk aku. Aku bisa horni kalau Ial peluk," Anthoni menggigit bibir bawah, "titit aku berdiri, Ial. Lepas pelukannya."

Mulut Anthoni benar-benar minta diplester sekali-kali, supaya nggak ngebacot sesuka hati. Arial melepas pelukannya. Tertawa aneh. Menggaruk tengkuk. Lalu mengajak Anthoni keluar kamar mandi.

Om Patrick ama Theo masih di sana. Lalu Om Patrick berdiri. Pamitan kepada Anthoni. Keluar sejenak menghampiri mobil yang terparkir di depan kamar kos. Kemudian balik lagi. Membawa sebuah kopor sebesar tubuh Anthoni. Meletakkannya di samping kaki Theo yang masih manyun dalam keadaan babak belur.

"Lho, Om, kok bawa-bawa kopor segala ke sini?" Anthoni bingung. Melongo. Melirik Arial yang hanya menaikkan sebelah alis.

"Kan, Om udah bilang mau ngusir dia. Nah, karena Om khawatir ama dia. Dan Om juga ingin selama masa pengusiran ini dia tetap belajar, makanya Om mengusir dia di kos-kosan kamu, Dek Thoni. Dek Thoni dan teman sekosnya santai saja, biaya kos kalian selama satu tahun sudah saya bayari. Mohon bantuannya, ya."

Oh kiamat. Kiamat. Dunia sudah lelah menghadapi gonjang ganjing. Satu kamar kos yang sempit. Satu ranjang tak kalah sempit. Dan dua orang cowo menggiurkan sejagad raya?

Anthoni tenggelam. Kayaknya dia butuh coli malam ini. Arial dan Theo ....

Arial dan Theo ....

Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini?

.

.

.

:)

Teach Me to Love as (Gay)Where stories live. Discover now