26

111K 7.1K 895
                                    

Askar uring-uringan seperti ibu hamil yang air ketubannya sudah pecah. Berkali-kali ia menatap layar gadgetnya yang menampilkan aplikasi Line dan ruang obrolannya dengan Arkan. Sudah sehari Arkan sulit dihubungi. Di SMS gak balas, di telpon gak aktif, di BBM centang. Askar jelas uring-uringan. Saat ini dia sedang di kasur, berguling kesana kemari sambil menghubungi Arkan terus. Askar gak akan nyerah sebelum Arkan mengangkat teleponnya atau membalas SMSnya.

Askar mengusak rambutnya kasar sambil bangkit dan berjalan menuju balkon. Dibukanya pintu balkon dan angin malam yang sejuk langsung menyapanya. Pikiran Askar pun menjadi tenang. Tetiba ia memikirkan sikap Ibunya Arkan padanya tadi siang. Dingin dan bikin hatinya khawatir. Gimana kalau semisalnya Salsa keceplosan ngomong di depan ibunya dan akhirnya membuat ibunya marah? Oh! Salsa! Kenapa dari tadi gak hubungi dia? Askar segera mencari kontak Salsa di gadgetnya dan memencet tombol hijau.

'Halo?'

Askar tersenyum senang.

"Sal? Abang lo dimana sih? Kok gua hubungi gak bisa terus?"

'Eum, anu, Bang. Dia lagi berak.'

Askar mengernyitkan dahinya.

"Ha?!"

'Yaudah,ye.'

TUT

Sambungan telepon tiba-tiba terputus. Askar masih mengernyitkan dahinya. Ini memang kayaknya ada yang beres. Buru-buru Askar menyamber jaket dan kunci motornya, lantas menancap gas menuju rumah Arkan.

.
.
.
.

"Tadi saya lihat sekeluarga pergi, entah kemana saya ndak tahu."

Perkataan tetangga Arkan tadi masih terngiang di kepala Askar. Memangnya pergi kemana mereka? Kok sampai di hubungi gak bisa. Ia melajukan motornya dengan santai di sisi jalan. Wajahnya kelihatan kalut. Di lubuk hatinya yang paling dalam, Askar merasa ada sesuatu terjadi. Sesuatu yang membuat perasaannya kacau, sesuatu yang membuat kepalanya nyut-nyutan. Duh, kok Askar jadi baper gini? Tidak-tidak! Askar harus berpikir positif.

Sampai dirumah, Askar membaringkan tubuhnya lalu menatap galau langit-langit kamarnya. Ia menutup matanya dan mengingat-ingat awal mula ketemu Arkan. Pertama kali cium bibir Arkan yang merah merekah nan merona sampai first nightnya bersama Arkan waktu liburan lalu. Ah, serta study tour mereka waktu SMA, yang ke Bali itu. Sebenarnya, malam pertama pas sampai Bali, Askar tergoda sama bibir Arkan yang waktu tidur kebuka. Yah, namanya juga setan, akhirnya Askar mencium bibir itu.

Ting!

Gadget Askar bunyi. Buru-buru dia mengeceknya. Siapa tahu aja dari kekasih hatinya- dan bener! Dari Arkan.

'Sayang, maaf ya. Hape aku lowbat tadi. Gak sempat balesin sms kamu. Besok kita jalan, ya? Aku tunggu di depan SMA kita. Aku sayang sama kamu. *emot lope*'

Nah, tuh kan! Askar bilang juga apa! Harus berpikiran positif. Askar menjawab bahwa ia bisa menemui pacarnya itu, tak lupa ia juga membubuhkan emot cium dan peluk karena emang Askar kangen berat sama Arkan. Setelah chatting beberapa percakapan, Askar segera berlari menuju lemarinya dan menyiapkan baju terkece untuk kencan bersama Arkan. Dan malam itu Askar tertidur dengan senyuman di bibirnya.

***

Paginya, Askar mandi sambil berendam dengan kembang tujuh rupa supaya kelihatan wangi dan seger di depan pujaanya. Askar menyemprotkan parfum papanya yang beli di Paris, merapikan sedikit rambutnya, mengikat tali sepatunya, dan TADA!! Rapi sudah penampilan Askar. Segera ia pamit kepada papanya -yang tumben ada di rumah- dan langsung menuju ke tempat janjiannya dengan Arkan.

My Brandal Boy√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang