24

104K 9.1K 1.2K
                                    

No childern,please. #walaupunyangbuatmasihchildern

Author POV's

Seperti yang ayah Arkan katakan, pagi itu mereka langsung berangkat ke Puncak. Mereka menyewa mobil travel karena Salsa mengajak empat temannya. Ibu sedari tadi mengoceh tentang gosip-gosip yang sedang beredar di industri hiburan Indonesia.

"Ih, ayah! Masa Indrio Bakti digosipin gay, sih? Bisa gawat nih kalau di Indonesia LGBT merajalela!" Ayah Arkan terbelalak sebentar lalu berdehem.

"Yah, ibu. Kan itu baru gosip, belum confirmed."

"Ya tapi tetep aja, yah. Kita kan punya anak laki-laki. Nanti gimana kalau Arkan juga ketularan?" Arkan dan Askar saling memandang. Salsa pun melihat kakaknya yang kini sedang menelan ludah.

"Hush! Ibu ngomong apa, sih? Udah ah, Zaki nanti gak fokus nyetirnya." Ibu cemberut dan kembali menyibukan dirinya dengan mencari berbagai macam gossip untuk bahan rumpi dengan ibu-ibu komplek.

Perjalanan ke Puncak mereka lewati dengan menyenangkan. Salsa dan ke-empat temannya terus-terusan bercerita lucu sampai membuat seisi mobil tertawa. Pukul sebelas siang mereka pun sampai di villa yang disewa oleh Ayah Askar. Salsa turun paling awal dan berteriak kagum.

"Wah!! Ada mini outbond-nya juga! Keren!!" Dia berlarian di halaman villa yang luas. Arkan dan Askar turun lalu langsung mengagumi villa juga pemandangan sekitar.

"Lumayan juga pilihanmu, Zak." Ujar Ayah Arkan sambil merangkul Ayah Askar. Ibu Arkan sendiri sibuk mengambil selfie dan terkadang juga ikut gabung bersama Salsa yang membuat video untuk di upload ke instagram. Arkan hanya menggelengkan kepala ketika melihat kelakuan semua anggota keluarganya. Askar tertawa dan ikut bergabung juga dengan Salsa.

Kedua ayah menjauh dari gerombolan orang-orang rempong yang norak -kurang lebih begitulah pikir mereka. Ayah Arkan tersenyum dan menoleh ke arah Ayah Askar.

"Kamu oke, Zak? Mungkin aku masih bisa berharap ke Salsa." Ayah Askar tersenyum lalu menggeleng, "Selama dia bahagia, aku oke aja," Ayah Arkan pun juga akhirnya tersenyum.

"Maka dari itu, suruh Salsa bikin banyak cucu." Kedua ayah tersebut tertawa serempak.

"Astaga! Ayah-ayah malah pada ngerumpi! Ayo bantuin ibu ngangkatin barang!!"

.
.
.
.

Pukul dua siang mereka baru selesai membereskan isi villa dan juga menata barang-barang mereka. Villanya cukup luas. Di lantai satu terdapat dapur besar, ruang makan, ruang keluarga, dan dua kamar. Di lantai dua ada tiga kamar, balkon untuk bersantai, playstation, dan juga mini theater. Kamar mandinya terletak di dalam kamar.

Ibu, Salsa, dan juga ke-empat temannya selesai membuat makan siang. Kami pun makan siang dengan ramai dan juga riang. Selesai makan, Askar mengajak Arkan jalan-jalan untuk menikmati pemandangan sekitar.

"Indah banget pemandangannya." Ujar Arkan sambil menghirup udara dalam-dalam. Di pejamkan matanya lalu merentangkan tangannya. Askar tertawa kecil dan meluk Arkan dari belakang.

"Indah kamu, kok." Askar mengecup pipi Arkan yang merona. Arkan mencubit pinggang Askar. "Gombal!!"

"Serius, ih. Eh, kita ke sungai yang dibawah itu, yuk??" Askar menunjuk sungai yang terlihat jenih dari atas sini. Ya, kini mereka ada di sebuah bukit kecil yang tidak terlalu tinggi tapi cukup untuk melihat pemandangan hutan dan kebun teh. Arkan mengikuti arah tunjukan Askar dan tersenyum ketika melihat sungai yang ada air terjunnya juga.

"Ayo! Jadi ingin main air, nih!"

Tak selang beberapa menit, mereka sampai di sungai tersebut. Airnya benar-benar jernih dan menyegarkan. Arkan bahkan sudah mencebur, ia menghiraukan hawa dingin yang menusuk tubuhnya. Askar gak mau ketinggalan, ia juga ikut nyebur dan perang air bersama Askar. Bibir mereka sama-sama sudah biru dan menggigil, tetapi mereka terus perang air.

My Brandal Boy√Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora