23

88.9K 9.4K 1.1K
                                    

Arkan POV's

Selesai lepas kangen di kuburan, Askar nganter gua pulang dan dia minta nginep di rumah gua. Alasannya, katanya, pingin tidur sambil melukin gua. Mungkin dia nyesel waktu study tour gak mau tidur satu kasur sama gua. Eh, gak tau juga, sih. Kan gua gak nawarin dia. Sorenya, Jeremi udah pulang ke Singapura, katanya dia gak bisa ninggalin kerjaan yang menumpuk lama-lama, lagipula anak buahnya gak ada yang bisa dipercaya.

Nahh, setelah makan nasi goreng tanpa kecap tapi pakai ayam bikinan Ibu, gua dan Askar pamit ke kamar dengan alasan mau ngerjain tugas. Ibu hanya mengangguk, sedangkan Salsa menatap gua dengan ragu. Waktu Ibu ke dapur, Salsa deketin gua, "Tugas atau apa, hayo?!" Gua langsung bekep mulutnya dan dia dengan kurang ajar malah menjilat tangan gua. E-we-ha banget bocah ini.

"Diem! Ntar gua beliin novel atau komik yaoi!" Ancam gua. Askar ketawa kecil ngelihat gua dan Salsa bertengkar. Salsa menganguk setuju lalu mempersilahkan gua naik ke kamar.

Dikamar, kita langsung masuk ke selimut dan pelukan. Askar meluk pinggang gua dan nempelin kepala gua ke dadanya yang bidang. Entah untuk tujuan apa, yang pasti ada dua pilihan, a) pamer dadanya yang bidang atau b) dia mau nunjukin kalau jantungnya bunyi 'deg-deg-deg' dengan ritme kencang? Gak tau, deh. Yang penting pelukannya anget.

Gak ada yang spesial malam itu, semuanya biasa aja. Kita ngobrol masalah tryout, sahabat-sahabat kita, film-film, dan lain-lain. Sampai akhirnya gua ngantuk dan tidur. Dan paginya, alhamdulillah, gua bangun dengan keadaan baju masih lengkap dan gak ada cupangan di badan gua. Itu berarti Askar gak grepe-grepe gua semalem.

Kita makan sarapan bareng dan menghabiskan hari Minggu dengan belajar. Yep, besok Senin kita sudah mulai tryout. Askar berulang kali mengerjakan soal-soal latihan dan syukur sekali, dia sudah mulai menguasainya. Gua sendiri baru ngerjain empat paket latihan soal dan lainnya dikerjakan sama Askar. Gua senyum sambil sesekali lihatin wajahnya yang bingung lalu mulai tersenyum ketika sudah menemukan jawabannya.

"Kan, yang ini gimana, sih? Gua itung berkali-kali gak ada jawabannya!" Gua tersadar dan mendekati Askar. "Yang mana?" Askar menunjuk soal. Gua pun melihat kertas buramnya dan terkikik geli.

"Masa empat pangkat tiga, dua belas, sih? Hahaha!!" Gua lihat mukanya yang merah padam. Sambil menggaruk kepalanya dia mulai ngitung lagi. Askar menghadap gua dan tersenyum ganteng. Meleted- eh, melted gua.

"Besok Senin yang teliti, ya." Pesan gua sok bijak. Askar ketawa dan mengangguk. "Iya, iya." Gua senyum lagi. Aduh-duh-duhhh!! Gua bahagia banget, saking bahagianya sampai bingung mau ngomong apa.

Sumpah.

Askar kembali mengerjakan soalnya, sedangkan gua malah baca novel. Yah, habis gimana. Gua malah bingung mau belajar apa. Yang ada kalau gue belajar, semua materi yang gua hafal malah menguap dan terbang jauh entah kemana. Ini beneran loh, bukannya gua sok pinter, loh.

Kita- atau lebih tepatnya Askar -karena gua cuma baca novel doang- selesai belajar waktu adzan maghrib berkumandang. Askar pamit balik dan gua pun memberinya semangat.

"Jangan sampai lupa rumusnya. Terus ngerjainnya yang teliti. Percaya diri aja, jangan noleh kanan-kiri, jangan nulis rumus di penghapus atau di kertas. Jang-"

CUP!!!

Seketika gua berhenti ngomong dan melongo. Membelalakan mata gua. Askar menatap gua dan ketawa geli.

"Iya, iya. Kamu percaya aja sama aku."

Gua semakin membelalakan mata. Aku? Kamu? Askar ngomong aku-kamu ke gua? Gak salah denger, nih? Gua menatap Askar gak percaya.

My Brandal Boy√Where stories live. Discover now