20

92.2K 7.3K 1.1K
                                    

Author POV's

Waktu bel istirahat mulai bunyi nyaring, Arkan langsung lari ke arah tempat duduknya Dion dan menarik sahabatnya menuju kantin. Arkan enggak lapar ataupun haus ataupun mau godain anaknya ibu kantin yang masih seumuran Salsa. Enggak gitu! Arkan mau ngomong serius sama Dion sekaligus berterimakasih.

"Apaan ,sih, lu?! Laper? Santai kali! Gak usah narik!" Protes Dion sambil ngelus tangannya. Arkan menggeleng keras, membantah perkataan Dion.

"Lo sekarang berubah, Yon!!" Arkan mulai mendramatisir keadaan. Dion bingung. Apa sih yang di inginkan sahabatnya ini?

"Kok lo malah nyuruh Askar duduk disebelah gua sih? Kan gue jadi gak fokus!!" Dion memutar bola matanya malas. "Harusnya lo bilang makasih dong! Sebagai sahabat, gua ingin membantu biar lo makinnn deket sama Askar." Ujar Dion mempertekan kata makin.

"Iya makasih! Tapi gua beneran gak fokus!" Arkan menepuk bahu Dion berkali-kali dengan kencang.

"Ya makanya! Buruan bilang kalau lo suka sama dia!"

Arkan semakin merengek, semakin mengkerut. "Kalau dia nolak 'kan ya sama ajaaa!!!"

Sementara Dion makin malas dengan tingkah sahabatnya yang tiba-tiba berubah jadi makhluk sok melankolis dan drama queen semenjak naksir sama Askar. "Inget! Lo belom coba!"

Arkan diam. Merenung. Apa sebaiknya dia bilang sama Askar? Tapi gengsi ah, kan Arkan udah mentah-mentah bilang dia gak suka sama Askar. Oh-oh, dia bahkan mengingat kembali tantangan yang diberikan Dion untuknya. Yang menjadikan Askar sebagai ukenya itu! Sekarang tantangan itu ngambang, gak ada lanjutannya! Iyalah, kan kemaren pas di Bali mereka udah berdua-duaan. Jadi intinya, tantangan itu totally end! Dengan hasil, Arkan gagal, nah, hasil itulah yang jadi masalah.

Gini, kalau sekarang dia bilang suka sama Askar kan otomatis dia bakal jadi uke, bakal jadi pihak yang tertusuk, bukan yang menusuk. Arkan bergidik ngeri membayangkan betapa sakitnya ketika di tusuk. Pernah gak sengaja dia lihat video anime homo punya adiknya, yang bottom itu kayaknya kesiksa banget! Mukanya merah nahan sakit gitu!

Arkan sadar dari pikiran najisnya dan segera menggelengkan kepalanya. Mengusir pikiran jahat yang menyerbu otak sucinya.

Sementara Dion, sambil menunggu sahabatnya mikir, dia berlari menuju stand ketoprak, lalu memesan satu ketoprak. Kemudian berlari menuju stand minuman dan memesan es jeruk. Setelah makanan dan minuman di tangan, dia balik ketempatnya dan menemukan Arkan belom selesai mikir. Dion masih menunggu sambil makan ketopraknya.

"Ah, mikir buat gua lapar! Makan dulu ah!" Arkan mengangkat bahu dan berjalan lesu untuk membeli roti isi ayam kesukaannya. Tiba di stand tersebut, si mas-mas melambai yang jagain stand itu bilang, "Hmm, yu telat cyin! Tedong roti ekye edong diborong brondong mesong! Tuh, disindang brondongnya!" Ujar mas-mas itu sambil nunjuk gerombolan cowok-cowok.Arkan melongo. Itu Askar dan kawan-kawannya. Bahkan, Dion juga udah gabung dengan mereka. Sejak kapan mereka ada di meja situ? Meja yang dekat sekali dimana dia dan Dion ngomongin soal perasaanya. Apa-apan ini?! (Kamu telat,cyin. Tadi roti aku udah diborong brondong manis! Tuh, disana brondongnya.)

Arkan berjalan ke arah gerombolan itu dan mendekat Dion yang lagi sibuk ngomongin game sama Kevin.

"Sejak kapan mereka ada disini?!" Tanya Arkan sambil berdesis.

Dion menjawab santai, "Sejak lo semedi."

Arkan mengelus dadanya lega. Dalam hati, dia sangat bersyukur karena Askar dkk tidak datang saat dia mengucapkan semua curhatannya ke Dion. Namun, disisi lain, Dion sedang ngakak nista, pastinya dalam hati dong. Dion bohong. Askar sudah ada sejak Arkan protes kenapa Dion nyuruh dia duduk sama Askar. Ya, tapi Dion gak tau Askar denger apa enggak. Secara si Askar suka nonton bokep, kan biasanya yang kecanduan nonton bokep suka budeg.

"Lo gak makan, Kan?" Tanya Dika sambil menyobek roti ayam yang di incar Arkan. Sementara itu Arkan menelan ludahnya kasar.

"Gak, rotinya udah habis."

Dika berhenti ngunyah lalu menatap roti yang ada ditangannya. Begitu juga Rian dan juga Kevin. Askar sendiri masih tenang makan rotinya.

"Udah kagak napa kali. Lanjutin aja," Arkan senyum, ikhlas kok, karena lihat Askar makan roti. Ganteng. Jadi kenyang.

"Yaudah, gua balik ke kelas dulu ya. PR Fisika belom gua selesaiin. Goodbye!" Arkan pamit dan langsung berbalik tanpa mau tau balasan teman-temannya. Dia gak marah gara-gara roti kok, dia cuma gak pengen kelihatan merah didepan mereka semua. Kalau cuma Dion sih gak papa.

Sampainya di kelas, Arkan kaget ternyata kelas masih sepi. Dia pikir dia bakal gosipin cewek-cewek bareng Bobi dan gerombolannya atau nyontek PR Fisika punya Wito. Ternyata kelas masih sepi. Terpaksa dia beneran mengerjakan PR dengan khusyuk. Iya, author tau Arkan itu pinter. Tapi Arkan juga manusia, lelah juga jadi perfect. Eh, faktanya nafsu belajar Arkan emang jadi turun semenjak naksir Askar. Semalaman suntuk buku pelajaran kesayangannya itu menjadi saksi bisu kalau Arkan tiap malam ngelihatun fotonya Askar dan stalking Instagramnya Askar.

BRUK!

Tiba-tiba sebuah roti ayam yang di idam-idamkannya berada di hadapannya. Ia melihat ke langit-langit kelas dan berharap menemukan malaikat tersenyum sambil melambainya. Tapi langit-langit kelas gak bolong tuh! Terus ini roti dari siapa?

"Sumpah! Lo beneran anak SMA? Lucu tau gak!"

Arkan bergidik kaget ketika mendengar suara bariton cempreng yang ada didepannya.

"Tuh, gua sisain satu buat lo." Askar menunjuk roti yang ada dihadapan Arkan. Askar tersenyum geli saat melihat ekspresi melongo Arkan yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Maaf ya, gua bikin lo baper."

Arkan sukses kaget. Seratus persen kaget sampai tubuhnya sedikit berguncang. Ngomong apa, pujaan hatinya ini?

"Asal lo tau, lo mirip mantan gua yang dulu. Namanya Dewo. Tapi bedanya, dia seme. Bukan uke kayak lo, haha." Arkan tertawa garing. Renyah. Sampai bunyi kriuk-kriuk.

"Gua tau lo baper sampe suka sama gua gara-gara ciuman itu. Tapi, gua masih belom bisa move on dari Dewo itu. Sorry, ya Kan." Askar meminta maaf tulus. Iya, Askar denger semua yang di curhatin Arkan ke Dion tadi. Alhamdulillah, kupingnya masih sehat, gak seperti perkiraan Dion. Dia ngerasa bersalah sekaligus ngerasa sebagai php. Iya, Askar masih belom bisa move on dari Dewo, first lovenya yang sangat berengsek itu. Dia masih suka keinget kenangan manisnya bersama Dewo ketika dia ngelihat Arkan.

Askar senyum lagi, "Gue denger semuanya, kok."

Arkan kaget. Di chapter ini Arkan kaget mulu ya, untung gak jantungan. Dion bohong sama dia. Berarti Askar udah ada sejak dia curhat, dong?! Ohh, Arkan emosi sekarang. Marah karena Dion bohong. Dia juga patah hati, kecengannya itu masih belum bisa move on dari mantannya. Arkan gak bisa ngomong apa-apa sekarang.

"Tapi, gua mau usaha buat buka hati gua ke orang lain lagi."

Ha?! Apa maksudnya? Askar ngasih kesempatan ke Arkan? Arkan menatap Askar gak percaya.

"Mau gak lo bantu gua move on dari Dewo?" Tanya Askar sambil menatap iris coklat Arkan yang sekarang sedang mendelik. Masih gak percaya dengan apa yang dikatakan Askar. Arkan meneguk ludahnya kasar lalu menarik nafas panjang sebelum menjawab,

"Ya."

TBC

Gua baik nih, biasanya gua gantungin ini. Tapi karena mau hiatus gara-gara tryout:( gua kasih deh jawabannya. Oh ya, gua butuh comment yang me-review ini story ya. Bukan sekedar comment, "Cepet update ya." "Next dong." "Lanjut dong." Dan sebangsanya. Kalau ada satu dari comment itu, gua bener-bener update ini story sebulan sekali.ggg

/kecup manis&sayang

My Brandal Boy√Where stories live. Discover now