19

90.9K 7.5K 428
                                    

Author POV's

Arkan sekarang bisa bernafas lega setelah sekian lama duduk di bus tanpa istirahat. Sesekali berjalan di koridor busnya, lalu duduk lagi. Dia tidak bisa diam sepanjang perjalanan pulang, sampai-sampai Askar kewalahan menghadapi tingkah sit-matenya yang mudah sekali bosan. Para guru yang berjaga di busnya pun menegur Arkan berkali-kali.

"Jangan jalan-jalan di koridor bus! Mengganggu!" Geram Bu Tia, kesal. Arkan nyengir lalu balik ke tempat duduknya. Askar hanya menggelengkan kepalanya ketika tahu kalau Arkan di tegur lagi.

Saat ini Arkan sedang berguling-guling di kasur sambil menendangkan kakinya ke udara. Adiknya, Salsa, sibuk membongkar koper yang isinya oleh-oleh lalu mengambil makanan dan juga kaos Joger -yang menurutnya itu buat dia- lalu keluar kamar Arkan. Ayah dan Ibu rebutan hp Arkan, mencari foto bule-bule yang mereka titip. Arkan acuh oleh kegiatan ayah,ibu, dan adiknya. Ia masih tetap berguling-guling.

Arkan kembali mengingat study tournya di Bali. Semua kenangan bareng teman-temannya, terutama sama Askar. Kemarin, selama perjalanan pulang ia sibuk curi-curi pandang ke Askar yang sedang mendengarkan musik. Ia juga melihat bibir Askar yang berkomat-kamit melontarkan lirik lagu, ada juga saat Askar sedang tertidur. Arkan mati-matian menahan kantuk demi melihat bagaimana wajah preman sekolah -yang kebetulan di taksirnya- saat tidur, apakah imut, lucu, ngegemesin, nyeremin, atau tetep ganteng. Arkan nyengir besar lalu kembali berguling-guling, kini lebih cepat. Eum, sekitar 10 gulingan/detik.

"Abang!! Gua nemu foto nya Bang Askar di galeri looo!!!!!!!!! Ciyeee!!!" Arkan berhenti berguling dan langsung bangkit menuju arah suara cempreng milik adiknya. Salsa dengan bangga menunjukkan 'harta karun' yang telah di temukannya lalu menunjukkan di depan muka Arkan.

Arkan nepok jidatnya sendiri. Itu foto yang dia ambil saat curi-curi pandang Askar. Kebetulan waktu itu, ia sibuk mencari posisi wenak buat selfie, ehh malah dia lupa ganti kamera jadi kamera depan. Jadinya, pas dia udah pose kece baru sadar kalau di kameranya bukan muda dia yang kece, tapi tampang Askar dari samping yang kelihatan guanteng buanget. Yaudah, dia matiin flashnya dan dia jepretlah si kecengannya itu.

"Hayo!! Ketahuan stalkerin abang Askar! Sebarin ke grup ah!" Sambil cengar-cengir ia ngutek-ngutek hpnya Arkan yang sekarang sudah mencak-mencak. "Salsa! Jangan macem-macem lo!!!!!" Arkan pun mulai merebut hpnya.

Tanpa diketahui Arkan, Salsa telah mengganti display picture BBM abangnya lalu membuat pm seperti ini: "Gantengnya gebetanku love love~ :*" . Setelah puas, ia kembalikan dan berlalu pergi meninggalkan Arkan.

Kini hp tersayang sudah ada di tangan Arkan, ia mengelus hpnya lalu segera mengecek semua akun sosial medianya. Ia bernafas tenang saat tahu tidak ada yang berubah.

Drrrt...drrtt..

Ada BBM masuk, dari Dion.

Dion: Ciyee, sekarang jadi agresif gini. Stalkerin kecengan terus dibuat DP.. asik, pajak jan lupa~ (about your display picture)

Arkan mengernyitkan dahi. DP gua apaan nih?! Segera ia buka profilnya dan menemukan foto Askar yang tadi jadi DPnya. Sialan si Salsa!!! Buru-buru ia menghapus DP dan mengganti PM.

"Bajak kampret!"

.
.
.
.

Pagi hari disekolah, semua menatap Arkan yang kini berjalan sambil mengenakan topeng ultramen. Menutupi mukanya yang merah padam gara-gara kelakuan Salsa dan Dion semalam. Gak tau apa yang dilakukan Dion, dalam semenit saja foto screenshots DP dan PMnya itu sudah tersebar di grup kelas dan juga grup sekolah. Sahabat pengkhianat! Dia terus berjalan dan terus merutuki adiknya yang fujoshi gila serta Dion yang sudah mulai tisu.

BRUK!

Alamak, inilah sisi negatif dari topeng yang matanya gak bolong. Dia gak bisa lihat apa-apa. Gelap. Jadi, dari gerbang sampai sekarang baru sampe depan kelas sebelah ia hanya mengandalkan insting dan hafalannya. Maklum, udah 2 tahun, hampir 3 tahun sekolah disini. Arkan buru-buru minta maaf dan langsung lari, tapi niatnya lari malah gagal karena tangannya dicekal.

"Gua kan udah minta maaf. Apa perlu gua sampe sujud juga gitu? Maaf lahh." Arkan berkata dengan nada malas.

"Seenggaknya buka dulu topeng lo. Kayak orang gila tau." Arkan tahu suara ini! Suara bariton sedikit cempreng tapi kece. Arkan tahu! Ini suara kecengannya! Askar!

Dengan tangan gemetaran, Arkan berusaha membuka topeng ultramennya. Ia menggapai karet yang dibelakang kepalanya, susah. Rasanya susah. Padahal tadi dirumah udah latihan. Aduh piye iki?! Samar-samar Arkan mendengar suara kekehan.

"Dasar bocah." Askar ketawa lalu membantu Arkan melepaskan topeng ultramen birunya. Sesudah dilepas, muka Arkan merah padam seperti pantat monyet. Arkan pun tersenyum canggung.

"Udah santai aja, gua tau kok pasti adik lo yang bajak. Hahaha." Ujar Askar sambil ketawa garing. Lagi-lagi Arkan cuma nyengir.

"Ayo ke kelas." Askar mengajak Arkan masuk sambil merangkul bahunya. Ini bencana bagi Arkan! Kalau dia punya riwayat penyakit jantung, sekarang dia sudah tergelepar di tanah dan kejang-kejang. Untungnya dia gak punya riwayat penyakit itu! Hatinya dag dig dug ser-seran! Kok hatinya jadi jalang gini ya? Mukanya yang merah padam kini tambah merah. Kayak pantat monyet ditampar bolak-balik seratus kali.

Hardcore fujoshi di kelasnya langsung pada ambil kamera SLR dan menjepret mereka. Seketika kelas jadi kayak hallroom dimana AskarArkan mengadakan pres-con untuk hubungan mereka. Banyak flash kamera dan pertanyaan.

"Woy! Biasa aja kali. Hahaha." Askar menutupi lensa kamera dari teman-temannya. Arkan malah semakin memerah melihat tingkah Askar. Dia jadi mabur a.k.a terbang sampai langit ketujuh, dia ngerasa kalau sikap Askar itu seperti melindunginya. Jalang sekali pikirannya.

Arkan yang semakin memerah itu langsung duduk di kursi dan menenggelamkan kepalanya dalam dekapan tangannya di atas meja. Sedangkan Askar mengusir teman-temannya yang kepo dengan tampang yang sangar sehingga mereka mulai takut dan menjauh.

"Mulai sekarang gua duduk sama lo." Kata Askar sambil menepuk bahu Arkan, membuat Arkan terguncang kaget. Kaget karena ditepuk, juga kaget karena omongan bocah di sebelahnya ini. Mau gak mau, Arkan mengangkat kepalanya, mengeluarkan ekspresi jangan-bercanda-lo.

"Serius. Dion yang minta. Mungkin dia mau pdkt sama Kevin." Askar mengangkat bahunya acuh, lalu menunjuk ke arah tempat duduk DionKevin. Arkan menggertakan giginya. Dia kesal, sekaligus senang sih. Dion yang sudah menyebarkan aibnya dan sekarang malah membiarkannya duduk bersama kecengannya. Iya! Arkan tahu Dion ini punya niat membantu, tapi nanti kalau jantungnya itu menggila terus nanti keluar suaranya dan Askar denger terus jadi ilfeel gimana coba? Terus nanti kalau tiba-tiba muka Arkan memerah cuma karena ngelihatin Askar terus gak sengaja satu kelas ngelihatin gimana? Kan jadinya ketahuan!

Arkan ngebayangin kalau satu sekolah ini mengejeknya dan tiba-tiba di mading sekolah ada artikel yang tulisannya: "Arkan si manusia baper yang sekarang kepincut oleh pesona Askar, si preman sekolah." Lalu ada foto dimana Arkan diam-diam menatap Askar dan juga screenshots dari BBMnya itu. Artikel tersebut disebar di penjuru sekolah, sampai ibu kantin, satpam, dan semua guru tau. Gila! Pikiran Arkan gila! Arkan juga bayangin reaksi Askar kalau tahu perasaannya. Askar yang ketawa ngakak sambil guling-guling lalu mengatakan: "Dasar baper!! Hahaha!!!"

Tiba-tiba Arkan memukul kepalanya dan menggeleng kencang. Susah emang jadi orang baper!

"Kenapa sih lo? Lagian gua seneng kok duduk sama lo. Ah, atau jangan-jangan lo gak mau duduk sama gua?" Arkan buru-buru menggeleng mendengar pertanyaan Askar. Askar tersenyum lalu mengelus kepala Arkan. Huwaa... Arkan sekarang sudah berada di langit ketujuh, seperti balon yang sengaja di lepaskan ke atas langit. Dia terbang alias ngefly sekarang.

TBC

Thank you buat yang udah read,vote,dan comment:D
Beberapa chapter lagi ini totally end. Tapi, gua bikin special chapter buat tiga couple, AskarArkan, KevinDion, RianDika. Laluu, kita beranjak menuju Series 2. Oke, sekian!

My Brandal Boy√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang