25

98K 6.3K 606
                                    

Hari-hari terus berlalu. Sekarang waktunya Askar dan Arkan berangkat ke kampus untuk menjalankan kegiatan wajib sebagai Maba. Yah, author gak mau jelasin panjang lebar gimana MOSnya mereka. Yang pasti mereka di kasih tugas sana-sini, disuruh ini itu, di dandanin culun, bahkan sesekali di bully. Mereka - Arkan, Askar, Kevin, Dion, Rian, dan Dika, memutuskan -atau lebih tepatnya emang udah niat- untuk satu kampus. Kevin dan Dion sama-sama ambil jurusan kedokteran. Rian dan Dika sama-sama ambil jurusan hukum. Nah, Arkan dan Askar yang gak kompak sendiri. Arkan ambil jurusan ekonomi, sedangkan Askar ambil jurusan bisnis.

Ini minggu kedua mereka menjalani hari sebagai mahasiswa. Askar dengan kacamata hitamnya sedang bersandar di pintu mobil menunggu sang kekasih hati yang katanya masih ngerjain tugas. Beberapa cewek melirik ke arahnya dengan tatapan genit yang menggoda. Askar mengernyitkan dahi bingung dan jijik. Begitu cewek terakhir lewat, Askar terkekeh. Geli dengan tingkah cewek yang haus kasih sayang.

"Ekhem, sendirian aja, nih? Mau di temenin?"

Sangat tidak di sangka, gerombolan cewek yang pertama kali lewat di depan Askar memutar balik dan menggoda Askar. Terutama cewek berambut ikal yang ujung rambutnya di warnai kuning. Pakai skinny jeans dan juga baju yang super ketat. Askar mengangkat sebelah alisnya. Dia tersenyum iblis, bermain sebentar gak apa kali, ya? Begitu pikirnya. Biasalah, udah lama tobat. Rindu profesi lama.

"Iya, nih. Mau nemenin?" Jawab Askar dengan nada main-main. Gerombolam cewek itu langsung berseri-seri seperti bunga yang baru mekar.

"Tapi saya doyannya yang batangan, tuh. Kalian punya batang gak?" Lanjut Askar sambil menahan tawa. Muka cewek-cewek yang tadinya berseri langsung pada layu. Mereka meninggalkan Askar dengan eskpresi jijik.

"Ewh, masa ganteng-ganteng belok! Dih!" Kira-kira begitulah cibiran mereka. Askar tertawa keras dan kembali fokus melihat pintu fakultas ekonomi yang masih sepi.

Setelah beberapa menit menunggu, muncullah Arkan dengan muka yang cemberut. Kakinya di hentakan-hentakan ke tanah. Kalau saja Arkan gak kurus, mungkin bumi ini sudah gempa karena hentakannya. Arkan mendekat ke arah Askar lalu berkacak pinggang.

"Gua tau gua gak semok! Gua tau gua gak punya dada menonjol kayak mereka! Dada gua rata, serata triplek! Gua tau, kok! Lo bosen 'kan lihat badan gua?! Dasar mesum!!!"

Askar melongo lebar. Arkan masih berkacak pinggang. Mukanya merah semerah pantat monyet yang sedang menahan emosi. Ohoho, sepertinya Arkan salah paham. Yang begini , nih, yang susah.

"Gua cuma ngerjain mereka tadi! Sumpah!" Askar membentuk jarinya menjadi huruf 'V'. Arkan masih cemberut sambil menyedekapkan kedua tangannya. Matanya menyipit tajam.

"Alasan!" Jeritnya tidak terima. Askar semakin frustasi. Dia pun menggiring kekasihnya masuk mobil dan mulai memberikan penjelasan.

"Sumpah! Suwer! Gua tadi cuma ngerjain mereka aja! Dari tadi mereka ngelihatin gua dengan tatapan menggoda yang jijik banget! Gua cuma ingin ngerjain aja! Sumpah!"

Arkan menyipitkan matanya lagi, menatap Askar dengan tajam. Tetapi, sedetik kemudian dia menghembuskan nafas kasar dan memutar bola matanya. "Fine! Percaya! Balik!" Perintah Arkan galak. Askar tergagap dan segera menyalakan mesin mobilnya.

Sampainya dirumah Arkan, mereka berdua sudah di suguhi pemandangan yang tidak mengenakkan. Ekspresi ibu Arkan yang terlihat marah dan ekspresi Salsa yang terlihat khawatir. Arkan yang merasakan pancara atmosfir kegelapan dirumahnya sebisa mungkin tetap tersenyum dan menjabat tangan ibunya. Askar pun begitu.

"Arkan pulang, bu!"

Tanpa di duga, jabatan tangan Arkan dihempaskan secara kasar. Arkan dan Askar kaget lalu langsung menatap Salsa. Salsa menggigit bibirnya dan menggeleng lemah.

My Brandal Boy√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang