Beautiful Lie 13

583 50 3
                                    

Karena apapun yang akan aku katakan, tidak lebih dari kata kebohongan.
.
.
.
.

Kalau cinta itu ada kenapa akan sesakit ini? Kenapa akan setersiksa seperti ini. Saat aku tahu cinta yang telah aku harapkan pergi dengan begitu saja.

Sungyeol mengangkat ponselnya, ketika itu Myungsoo menghubungi, sekedar menyapa setelah kepulangan mereka dari jepang. Ada tawa terdengar dari balik ponsel Sungyeol, suara Myungsoo yang sangat khas dan kadang membuatnya ingin mendengarnya. Walaupun Sungyeol tak tahu kenapa alasannya. Tapi ia hanya ingin mendengarnya.

"Aku sudah makan, kurasa aku mulai mengantuk." Jawab Sungyeol, itu pertanyaan yang menurut Sungyeol kekanakkan, tapi Myungsoo selalu menanyakan hal itu. Apa Sungyeol sudah makan? Atau Sungyeol tidur dengan cukup, pertanyaan yang merupakan pertanyaan yang menurut Sungyeol sedikit agak konyoldan tidak penting. Tapi tetap saja Sungyeol tak bisa berbohong, kalau ia selalu tersenyum saat mendengar seluruh perhatian Myungsoo yang diberikan padanya.

Kali ini Sungyeol tidak menjawab pertanyaan Myungsoo lagi, dia terdiam, memikirkan apa yang harus ia katakan.

"Kau dengar aku? Sungyeol?" kata Myungsoo di balik panggilan itu.

"Ya.. aku dengar.." balas Sungyeol, suaranya memelan, dan mengambang bagai kapas.

"Kalau begitu, kita akan bertemu untuk membicarakkannya lagi, Aku menunggu jawaban mu."

Setelah kalimat terakhir yang Myungsoo katakan, Sungyeol langsung memeluk ponselnya erat, dia memejamkan matanya, meneggelamkan kepalanya pada bantal. Kini Sungyeol berada di kamarnya, dia hanya bisa memeluk dirinya sendiri, rasanya tubuhnya gemetar hebat. Apapun yang Myungsoo tunggu dari jawabannya, dan tentang apa yang Myungsoo tanyakan, itu adalah pertanyaan paling memusingkan yang pernah Sungyeol dapatkan.

"Sungyeol, kau kenapa?"

Sungjong berdiri di depan pintu kamar Sungyeol, ia melihat Sungyeol seperti orang yang sedang sakit perut, Sungyeol merapikan duduknya, dan menatap Sungjong biasa.

"Oh, semuanya baik-baik saja."

"Benarkah? Apa kau sakit?"

Sungyeol menggeleng pelan, "Kurasa semuanya baik. "

Sungjong duduk di sisi ranjang itu, "Oke, kupikir setelah kau tahu segalanya... kau akan menjadi hancur..."

Sungyeol tertunduk, ia merasa bodoh. Karena ia baru saja terbuai dengan rasa yang seharusnya tidak ia miliki, harusnya ia ingat tentang balas dendamnya, "Well, kupikir aku harus melakukan sesuatu."

Sungjong tersenyum, "Aku mendengar kalau Woohyun hyung menemui Hoya." Dia tampak menimbang-nimbang kata-kata yang akan ia ucapkan kali ini, "Dia mungkin akan membantumu menghabisi Hoya."

Kali ini telinga Sungyeol bagai tersengat listrik, saat mendengar kata 'Menghabisi' entah apa yang akan Woohyun lakukan, tapi menghabisi Hoya adalah bagiannya juga, Sungyeol menatap Sungjong serius.

"Dimana? Apa Woohyun menemui Hoya di apartemennya?" cecar Sungyeol, ia mengambil jaketnya dan mengantungkan ponselnya.

Sungjong menatap arah tangan Sungyeol yang mengambil jaket, "Kurasa, yeah Woohyun hyung pergi kesana." Sungjong menatap lagi, "Kau tidak serius untuk pergi kan?"

"Aku harus." Kata Sungyeol, ia bangkit dan berjalan ke arah pintu, "Aku ingin membuat dia merasakan tersiksa, lagipula mati begitu saja..itu sangat tidak setimpal." Sungyeol diselimuti dendamnya, ia tahu ia harus melakukannya, dan dia tidak perduli apapun lagi. Lagipula kini Myungsoo ada di tangannya.

.
.
.
.

"DOR!"

Hoya membuang cerutunya, dan melihat dengan dalam ke arah Woohyun, peluru itu melesat melewati kepalanya dan bersarang di sofa.

Beautiful Lie MYUNGYEOL (END)Where stories live. Discover now