Beautiful Lie 3

955 94 6
                                    

"Hyung...," panggil Daeyeol lirih, "Mianhae."

"Sudah jangan seperti itu." Sungyeol duduk disamping Daeyeol dan mengusap pelan rambut adiknya.

"Kau sudah makan eum?" tanya Sungyeol, Daeyeol menggeleng pelan.

"Sekarang kau harus makan dulu, tunggu di sini. Hyung ambil makanan dulu, ya?"ucap Sungyeol lalu Daeyeol mengangguk pelan. Sungyeol pun pergi meninggalkan kamar Daeyeol.

Sungyeol membawa nampan berisi mangkuk bubur dan segelas air, ia hampir membuka knop pintu, tapi tangannya terhenti ketika ia mendengar suara gelak tawa asing dari dalam kamar adiknya. Dengan hati-hati dia membuka pintu... hingga  Sungyeol terpaku, hampir saja nampannya jatuh dari tangannya.

"Hai Yeollie!" ujar seorang pria tampan dengan postur tubuh tegap.

Sungyeol mengatupkan bibirnya, dia melirik Daeyeol yang sedang mengunyah roti manis. Ia berjalan cepat menaruh nampan itu di atas nakas.

"Daeyeol kau masih sakit, tidak boleh makan ini," larang Sungyeol.

"Hyung... tapi ini enak, lagi pula teman Hyung ini bilang jika makan sedikit tidak akan berakibat buruk, ya kan Woohyun Hyung?" ucap Daeyeol.

Sungyeol menghela napasnya, ia melirik wajah Daeyeol yang tersenyum senang, apa dia tega melarangnya lagi? oh... tentu ia tidak tega. "Oke, Hyung percaya, kau boleh makan itu, tapi jangan terlalu banyak arraseo?" Daeyeol mengangguk. "Dan setelah itu kau harus makan buburmu."

Daeyeol mempoutkan bibirnya, tak terima dengan perintah Sungyeol. "Oke."

Lalu sebelum sempat Sungyeol berkata lagi, laki-laki bernama Woohyun itu menarik Sungyeol, menatapnya dengan sebuah kode untuk ke liar ruangan.

"Hyung akan keluar sebentar, nanti Hyung akan kembali lagi," pamit Sungyeol. "Woohyun ah, kajja."

Woohyun menaruh bungkusan roti itu di meja, setelah Sungyeol mengerti maksudnya. "Get well soon Daeyeol," ucap Woohyun lalu mengacak pelan rambut Daeyeol sebelum ia benar-benar pergi.

"Ne Hyung, gomawo..," balas Daeyeol dengan cengiran khasnya.

....

"Ada apa?" tanya Sungyeol langsung, saat mereka kini duduk di kantin rumah sakit.

Woohyun tersenyum kecil lalu menyeruput americanonya. "Hanya merindukanmu," jawabnya enteng.

"Merindukanku? Cih menjijikan!" balas Sungyeol menatap tajam lelaki di depannya itu.

"Lee Sungyeol, kau tidak berubah, masih menggoda seperti dulu." Kini tangan Woohyun memegang dagu Sungyeol, Sungyeol mendelik tajam, ia menghempaskan tangan woohyun kasar.

"Kau menjijikan!"

Woohyun berdecak. "Yah! kau lupa? oke akan aku ingatkan lagi." Woohyun menarik kursinya dan menghimpit Sungyeol di sampingnya. "Kau masih berhutang padaku," ucap woohyun di telinga Sungyeol, Sungyeol terpaku. "Jadi kau tidak bisa lepas dariku," lanjut Woohyun lalu ia mencium bibir Sungyeol, melumatnya kasar hingga darah keluar dari bibir manis Sungyeol.

"Sampai mati pun kau tidak akan lepas dariku, arraseo?" ancam Woohyun setelahnya, dengan seluruh keangkuhannya ia meninggalkan Sungyeol begitu saja.

Sungyeol masih mematung, ia menyeka bibirnya yang berdarah, tangannya mengepal kuat di atas lututnya. Sungyeol memejamkan matanya dan mengembuskannya kuat. 'Hhhh.. apalagi sekarang...?' batin Sungyeol lalu ia berdiri dan kembali menuju kamar adiknya.

Sungyeol menatap Daeyeol yang sudah terlelap, ia menghampiri adiknya, matanya menatap Daeyeol dengan air mata yang mulai menggenang. Cepat-cepat ia menghapusnya, napas Daeyeol terdengar begitu tenang. Sungyeol tersenyum menatap mangkok bubur yang sudah bersih, rupanya Daeyeol tidak lupa untuk memakan buburnya.

Beautiful Lie MYUNGYEOL (END)Where stories live. Discover now