10.1

9.2K 642 44
                                    

Aku menghembuskan nafas kesal juga perasaan cemas saat sudah berada di dalam mobil Zach.

"Kenapa?" tanyanya.

"Gak apa-apa." jawabku.

Zach mengangguk lalu mulai menjalankan mobilnya, "ini mobil kok udah sampe Jakarta aja?"

"Iya baru nyampe tadi, gak lama lo berangkat sekolah." jawabnya.

"Bagus lah," kataku seraya mengangguk.

"Ben kayaknya punya ketertarikan gitu ke lo, ya, Sky." perkataannya membuatku ingin menyembunyikan wajahku.

Kok dia bisa ngomong gitu ...

"Eh nanti temenin gue beli greentea ya, sekalian jalan juga pake mobil baru." aku mengetukan jariku pada dashbord mobil.

Zach tersenyum tipis, "gak usah panik gitu dong, gue kan cuma nanya."

Aku berdecak. "Siapa yang panik coba ... "

"Aneh lo, ya lo lah. Pura-pura ngalihin topik."

"Ah! Berisik lo lama-lama," aku langsung menyalakan radio untuk menghindari rasa canggung.

"Oke gue dapet pertanyaan dari twitter yang bilang, reaksi yang harus kita lakukan pas nembak temen sendiri, tapi nyatanya di tolak gimana sih?"

"Nah itu dia, kalo misalkan lo nyatain perasaan ke temen lo tapi sayangnya di tolak, reaksi yang harus lo lakuin adalah ... tetep tunjukin kalo kita itu baik-baik aja walaupun ya, keliatan sakit--"

Aku mematikan radio tersebut lalu menggaruk kepalaku yang tidak gatal sama sekali. Kenapa malah bahas masalah itu, sih?

"Kayaknya yang nanya pertanyaan itu Ben, deh." Zach tertawa setelah mengucapkan kalimat tersebut.

Aku tersenyum seraya menggelengkan kepala.

"Jangan ngaco."

Setelah memarkirkan mobil di tempat yang disediakan, aku turun dan memasuki cofee shop terlebih dulu. Lalu aku langsung mengantri di barisan.

"Mas, espressonya satu sama dark mocha nya satu." pinta perempuan di depanku.

Si barista mengangguk mendengar permintaannya seraya bertanya ukuran yang diminta. Setelah selesai, perempuan di depanku menoleh sekeliling dan berjalan meninggalkan kafe.

Emma? Itu Emma! Dia potong rambut? Pantes beda, tapi--

"Mba," panggil sang barista, lantas aku melangkah maju dan memesan greentea cream.

"Grande, Mas." ucapku saat dia bertanya ukuran yang ku pesan.

"Totalnya 50.000, Mba."

"Silahkan Mba pesanannya." aku mengambil pesananku dan berjalan mendekat ke arah Zach.

"Zach." panggilku lalu duduk.

Zach yang sedang bermain hp langsung menatapku dengan pandangan bertanya. "Lo gak pesen?"

Ia menggeleng, "males."

Aku mengangkat sebelah alisku, tumben banget Zach gak mau pesen apa-apa. Sekalipun moodnya bener-bener gak bagus, dia tetep pesen espresso.

The Badboy Next DoorWhere stories live. Discover now