3.1

10.1K 764 5
                                    

Setelah pelajaran sekolah selesai, aku merapihkan buku dan kembali menaruhnya ke loker. Namun, saat aku ingin bergegas menuju ruang detensi, getaran yang berasa dari handphone membuatku berhenti sesaat.

"Ya, halo?"

"Hey!"

"Hei? Ini siapa?"

"Ini gue Zach, selupa itu Sky? Gila, memori otak lo itu sekecil apasih?"

"Ohh .. lo, jangan nyalahin kapasitas otak gue lah, salah sendiri ngilang dari peradaban."

Aku meletekkan handphoneku diantara lengan kanan dan kupingku seraya aku mengunci pintu loker.

"Kapasitas otak lo kan cuma segede biji jagung." lalu ia tertawa mendengar perkataannya sendiri. "Jadi gimana disana?" tambahnya.

"Kayak biasa aja. Oiya, lo kapan kesini?"

"Biasa? Perceraian orangtua lo biasa aja, atau om Thomas punya pacar baru juga hal biasa bagi lo? Mau nutupin apalagi dari gue Sky?" nadanya terdengar marah.

Aku terdiam sesaat, dia tidak seharusnya marah dengan situasi yang aku alami. Dan juga, seharunya dia tau aku masih belum mau membicarakan hal ini.

"Gak ada hal yang lebih spesifik lagi buat bahan laporannya? Kayak misalkan; gue baru aja dibenci anak baru sekolah, atau Papah bakal ngundang pacarnya buat ketemu gue? Iya?! Kayak gitu?"

"Bukan-- maksudnya ..

"Zach, nanti gue sambung lagi. Sekarang gue lagi ada urusan dulu ya. Bye!"

"Ok, bye."

Aku menghembuskan nafas lega setelahnya. Zach sudah kuanggap sebagai kakakku dan dia juga sebaliknya. Jadi tidak heran sikapnya berlebihan seperti tadi. Namun kadang sikap posesifnya membuatku kesal berlebih. Seperti tadi misalkan.

"Apa lo seyakin itu, kalo lo di benci anak baru sekolah kita?" perkataan yang terdengar dari samping kanan membuatku terkejut.

Aku menatap Ben horor. "Lo nguping?!"

Astaga, dia mendengarkan seluruh percakapanku dengan Zach! Dia memandangku dengan cengiran lebar di wajahnya. "As you can see,"

Baru saja ingin melemparkan semua omelanku padanya, ia menutup mulutku dengan tangannya. "Eitss-- simpen dulu omelannya dan jawab pertanyaan gue."

Aku menggeleng mendengarnya, "gue minta tolong banget sama lo kali ini, dan okey! Tadi gue salah, jadi .. maaf?"

Aku tertawa setengah hati, "lo minta maaf?"

Ben menatapku seolah-olah aku bercanda. "Gue gak ada waktu buat lo dan sekarang harusnya gue udah ada di ruang detensi. Intinya, gue gak bisa nolong." kataku.

"Ini tentang si anak baru!"

Anak baru?

Aku memandangnya serius, "ada apa?"

>><<

"Telat bukanlah kebiasaan yang bagus, Sky." semprotnya saat aku baru membuka pintu.

Aku menatapnya takut lalu berpaling pada raut wajah Aiden yang menatapku malas. Dengan segera aku menempati kursi yang terletak di sebelah cowok itu.

"Saya bisa saja langsung memblack list nama kalian berdua. Apalagi kamu." katanya seraya memandangku tajam.

Gue? Masa sih .. kok bisa?

The Badboy Next DoorWhere stories live. Discover now