5.0

10.1K 749 14
                                    

"You know what Aiden, I like sweets more than yours." --Skyler Collins

••

Dua hari kemarin berjalan sangat datar untukku, tapi tidak untuk Aiden --ia mengundang rekannya, Ben dan Jaden untuk menemaninya dan mengusikku dua hari berturut-turut. Tak ketinggalan kekasihnya, Emma. Mereka gak henti-hentinya membuatku kesal dengan ulahnya yang pecicilan. Walaupun mereka tidak bermain di rumahku, namun tetap aja suara tertawa dan teriakannya terdengar sampai kamarku. Dan itu benar-benar menyebalkan.

Setelah memakai sepatu dan menyemprotkan parfum di berbagai sisi, aku berjalan menuju lantai bawah untuk mengambil roti tawar yang sebelumnya sudah aku olesi nutella. Aku memastikan pintu rumah jika sudah terkunci lalu pergi menuju garasi untuk mengambil sepeda.

"Aduh, kenapa lagi sekarang?!" geramku.

Aku kembali menempatkan sepeda di garasi dan berjalan menuju halte untuk menunggu bus. Melihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 07.00-- sedangkan sekolah dimulai 15 menit lagi. Aku menghapus jejak keringatku yang terus mengucur sedangkan bus juga belum juga datang dari 5 menit yang lalu.

Suara knalpot motor membuatku memusatkan pandanganku seketika. Orang yang mengendarainya berhenti di depan halte dan membuka helmnya. "Yuk bonceng." katanya.

Aiden Blake menawarkan aku untuk berangkat ke sekolah dengannya? Kesambet apaan dia? Batinku.

"Gak usah, gue nunggu bus aja." alasanku.

Jujur, tampilannya yang sedang memakai helm dan berada di atas motor gedenya dipadukan dengan sweaternya. Membuatku tidak berhenti menatapnya, ia terlihat 2 kali lebih keren.

"Lo bakal aman sama gue, Sky." ucapnya meyakinkanku.

"Kalo gak mau juga gak apa-apa, sih. Tapi kalo gak masuk gara-gara telat, bisa-bisa .."

"Apa? Bisa apa?" tantangku padanya untuk melanjutkan.

"Ya, bisa kena skors lagi. Ini kan hari pertama lo bebas detensi. Cuma ngingetin doang, yaudah kalo gitu see you at school? Eh--" ia terdiam,

"Itu juga kalo lo nyampe sekolah. Yaudah gue duluan." perkataannya ada benarnya juga sih, tapi masa iya aku boncengan sama Aiden ke sekolah. Ia menutup kaca helmnya dan mulai menancapkan gas.

Aku teriak. "Aiden!!"

Ia memberhentikan motornya seketika. "Woi lu mau bunuh gua?" tanyanya.

Aku menggeleng, "bareng," kataku kikuk.

Ia menyeringai. "Bareng apa?" ni orang kenapa sih suka ngeledek pas situasi lagi penting.

"Gue barengan .. boncengnya. Ugh, gue ikut sama lo! Gak usah senyum ngeledek." tekanku padanya.

"Maaf deh .. " ucapnya. "Yaudah ayo." aku melangkahkan kakiku ke arahnya dan memegang bahunya untuk menjadi penopangku menaiki motor miliknya.

"Mau permen?" ia menolehkan kepalanya padaku seraya memberikanku beberapa permen.

Aku mengambilnya, "thanks."

Setelah menerima permen pemberiannya aku membuka bungkus dan langsung memakannya. Kadang aku lebih suka makanan dari pada orang. Batinku bersuara.

Aiden melepaskan helmnya lalu memberikannya padaku. "Apa nih .."

"Gak pernah denger kata helm ya?"

Aku memutar bola mata seraya menolak helmnya. "Gak, gue gak mau pake. Lagian nanti lo gimana?"

"Don't worrying me, I've done this 100 times." katanya seraya tersenyum pamer.

The Badboy Next DoorWhere stories live. Discover now