9.1

7.9K 678 47
                                    

Saat mobil Aiden sudah di dekat rumah, aku membuka seat belt dan mengambil tas.

"Sky," panggilnya sambil menyentuh tanganku.

Aku mengernyitkan dahi sebagai balasan. "Makasih udah mau jadi temen gue malem ini." katanya seraya tersenyum.

Aku tersenyum kecil mendengarnya. Ya, teman.

"By the way ... makasi buat malem ini." ucapku lalu membuka pintu, namun Aiden kembali memanggilku.

"Apalagi sih?!"

"Bentar-bentar." setelahnya ia turun dan membukakan pintu untukku.

Aku hanya menggelengkan kepalaku, "makasi loh udah jadi cowok gentle buat malem ini."

Aiden yang posisinya di depanku mengacak rambutku asal, "Em, Sky-- Emma?" raut wajahnya berganti menjadi khawatir dalam sekejap.

Saat aku menolehkan kepala ke arah apa yang Aiden lihat, ada Emma yang berjalan keluar dari rumahku, aku yakin ada yang tidak beres.

Emma berjalan mendekat, "Aiden anter gue pulang, please." ia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan tangis. Aku tidak berani bertanya ada apa.

"Lo kenapa?" Aiden mendekat ke arah Emma, ia berjalan menjauhiku.

Wajah Emma yang benar-benar merah menahan tangis membuatku yakin ini ada hubungannya dengan perbuatannya di dalam rumahku, tapi apa?

"Gue mau pulang ... " pintanya lalu langsung memeluk Aiden.

Aku yang menyaksikan tidak mengatakan apapun, "Aiden," ia menyembunyikan wajahnya di leher Aiden.

Saat aku mendengar suara tangis dan getaran badannya di balik tubuh Aiden. Aku ikut merasa sakit, sakit karena Aiden membalas pelukan Emma. Usapan tangan Aiden pada kepalanya membuatku bingung harus berbuat apa.

Cowok yang baru saja mencium pipiku sekarang sudah memeluk perempuan lain di depan mataku. Aku tak tau aku yang terlalu bodoh atau dia yang terlalu baik?

Aku menahan air mataku yang ingin keluar, "gue duluan." kataku lalu berjalan menjauhi mereka. Disaat langkahku yang ke-11, aku melambatkan gerakanku. Gue masih ngarepin lo manggil nama gue, Aiden.

Namun, yang aku dengar malah deruan mobil --yang menandakan ia meninggalkanku dan mengantar Emma pulang. Aku menutup mataku sambil mengambil nafas panjang, lalu berlari masuk dalam rumah.

Aku mendapati Zach sedang berada di ruang makan sambil mengacak rambutnya kesal. Aku yang tidak ingin ikut campur kembali melanjutkan langkahku menuju kamar. Di dalam kamar, aku memegang bantalku erat. Dan akhirnya air mata yang kutahan berhasil keluar.

Aku berteriak. "Berenti! Berenti! Ayo, berenti." aku memukul diriku sendiri untuk meredakan tangisan.

Tapi usahaku sia-sia, yang ada tubuhku semakin bergetar dan isakan tangisku semakin besar. Aku menyembunyikan wajah pada bantal dan meluapkan semuanya disitu sampai semuanya menjadi gelap.

>><<

"Sky ... Skylin," aku yang mendengar namaku di panggil, langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Kenapa?" aku mengernyitkan dahi saat mendengar suaraku berubah menjadi serak.

Zach duduk di tepi ranjang lalu mengacak rambutku asal. "Kenapa suara lo?"

Aku menggeleng selagi menjawab pertanyaannya.

"Siap-siap gih, Ben udah nunggu dibawah tuh." aku menaikkan kedua alisku mendengar perkataannya.

The Badboy Next DoorWhere stories live. Discover now