7.1

8.2K 660 19
                                    

Aku terbangun dari tidur siangku, lalu memutuskan keluar kamar dan menuju tempat makan yang sengaja di sediakan untuk semua anak di panti.

"Monty, liat dimana Zach gak?"

Montana yang biasa di panggil Monty, hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Aku kembali mencari Zach, kalau jam segini biasanya Zach lagi makan. Tapi sekarang aku gak ngeliat dia.

"Zach!" aku mencarinya ke halaman belakang.

"Zach!" teriakan ku kedua kalinya mendapat sahutan.

"Zachh!!"

Aku mendengar geram kesal, "apasih Sky!"

Aku menoleh ke atas pohon dan mendapati Zach disana, sedang memandangku kesal. Aku menelan ludahku dengan susah karena melihat pandangan menusuk Zach.

Pandangannya sangat mengintimidasiku.

Ia turun dari pohon dan mendekatiku, raut wajahnya sudah tidak enak di pandang.

"Zach ..." bisikku.

"Jangan!" teriaknya.

Aku menyipitkan mataku bingung. "Apa?"

"Lo kenapa selalu ngikutin kemana gue pergi, sih, Sky!"

"Gue--"

Ia memotong perkataanku, kurasa Zach benar-benar kesal dengan sikapku, "Montana cemburu liat lo deket-deket gue! Dia ngejauh supaya bisa jaga perasaan lo."

"Heck, Sky! Lo aja gak pernah ngejaga perasaan cewek-cewek sebelum Montana yang lagi gue deketin."

"Lo ... egois, terlalu egois." dengan pernyataannya, ia berlalu. Meninggalkanku yang terdiam akan semua penjelasannya.

Aku terbangun akibat mimpi itu. Kejadian yang terjadi sekitar 6 tahun lalu membuatku berfikir ulang akan sikapku.

Apa Zach masih takut sama sikap gue yang terlalu overprotective, jadi dia selalu kasih alesan buat gak ketemu?

Itu adalah pemikiran yang langsung terlintas saat menyangkut pautkan antara sikapku dan alasan Zach yang masih belum mau bertemu denganku.

Selagi aku bangkit dan ingin mengambil laptop yang berada di meja belajar, perhatianku terpusat pada siluet yang berada di sebrang kamar.

Aku mengerutkan dahi, "siapa ya?"

Siluet perempuan yang sedang berhadapan dengan lelaki di hadapannya sangat jelas terlihat dari kamarku. Siluetnya sih mirip mirip Emma, tapi apa iya? Terus juga ngapain amat Emma main ke rumah Aiden, dan yang lebih parahnya. Mereka berdua di kamar Aiden tanpa pengawasan orang dewasa.

"Aduh gawat!"

Dengan segera aku menaruh laptopku dan segera membuka jendela kamar, selagi ingin berkata sesuatu pada Aiden, sebagian diriku mengurungkan niatnya lalu menutupnya kembali karena pemikiran tersebut.

Itu bukan urusan gue kan, jadi jangan perduliin apa yang lagi mereka lakuin.

Dengan berderingnya handphoneku, kesadaranku seperti tersadar kembali.

"Halo?"

"Sky, ini Ben. Gue disuruh jemput lo, lagi ada yang pengen di omongin sama bokap lo nih."

"Hah? Papah?"

"Iyaaa."

"Gue sampe sana udah harus rapih."

The Badboy Next DoorWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu