"Ata! Ata, oper!" teriak Tasya.

Setelah bola di oper pada Tasya, ia dengan segera mendribble bola ke arah ring basket. Sebelum Tasya berhasil memasukkan bolanya, tim Emma --Jenni-- menghadang Tasya. Saat melihatku yang berada tepat dibelakang Jenni, Tasya mengoper bolanya padaku. Aku mengambilnya dengan cepat dan membawa bola ke ring lalu memasukannya.

"Yes! Yes!" sorak yang lain saat bola memasuki ring.

Aku berlari ke arah timku untuk ber-high five. Kemudian, Tasya menyenggolku dan menyuruhku menoleh ke belakang. Melihat Aiden memasuki lapangan dan mendekatiku lantas aku mengernyitkan kening.

"Selamat ya," katanya seraya tersenyum lebar, lalu kembali lagi ke pinggir lapangan.

"Ah! Bisa aja Aiden. Yakin cuma bilang selamat doang nih?" tanya temannya yang lain.

"Gak ada pelukan atau apa .. gitu?"

Aiden yang baru menempati tempat duduknya melihatku lalu mengucapkan, "tadinya sih pengen meluk, tapi banyak orang. Takutnya Skyler risih."

Godaan makin banyak berdatangan setelah ia mengucapkan perkataan tersebut. Aku hanya menggelengkan kepala saat timku menggoda untuk membalas perkataan Aiden.

"Apaansih ah! Udah lanjut."

Dengan perkataan itu, timku kembali melanjutkan permainan. 15 menit berikutnya, kedudukan masih 2-1, 2 poin untuk timku dan 1 poin untuk tim lawan.

Di babak terakhir, saat Emma membawa bola dan ingin mengopernya pada Intan, aku yang berada tepat di belakang Emma memukul bola dari belakang badannya, untuk menghindari operan bola pada rekan satu timnya.

Jerit kesakitan Emma membuat semuanya terdiam.

"Ada apa ini?" tanya Pak Toddy.

Aku hanya melihat Emma dengan wajah malasku. Ia sedang terduduk dilapangan dan mengusap betisnya.

"Saya di dorong Skyler, Pak." ucapnya.

Aku menyipitkan mataku mendengarnya, "Pak--"

"Saya tadi liat Skyler dorong Emma, Pak." kata Intan.

"Tolong beberapa murid bantu gendong Emma ke UKS," perintah Pak Toddy pada anak lelaki yang hanya memperhatikan dari pinggir lapangan.

Aiden mengangguk lalu berlari ke arah Emma bersamaan dengan dua temannya yang lain.

"Aw! Ini sakit banget." ringisnya.

"Jelas-jelas gue mukul bola dari belakang badannya kalo dia yang jatoh, itu berarti dia kurang makan. Kelemesan kali." belaku.

"Emma nya aja Pak yang lenjeh," kata Renata.

Emma membesarkan matanya padaku, "gue udah makan!"

"Ya kalo kayak gitu, dia cuma akting, Pak." kataku lagi.

Pak Toddy meniupkan peluitnya, "berhenti kalian!"

"Aiden, Joddy, Andhika, tolong bantu si Emma ini ke UKS."

Aiden dan dua lainnya menundukkan badannya untuk memapah Emma.

The Badboy Next DoorWhere stories live. Discover now