Chapter 20

19K 977 18
                                    


Alexa POV

"Mau lo apa sih?" Tanyaku pada Oliver yang saat ini masih fokus pada jalanan yang ada di depannya. Tak bergeming menanggapi omonganku. Menyebalkan!

"Mau gue lo duduk aja yang manis gak usah berontak jadi gue bisa fokus nyetir. Ngerti?" Jawabnya tanpa menoleh padaku. Oliver sepertinya sedang dalam mode marah besar, atau jengkel besar? Entahlah.

Jadi tanpa diminta dua kali, aku langsung diam dan menuruti omongannya. Daripada nanti Oliver kembali mengeluarkan tanduknya, lebih baik diam seperti ini. Setidaknya aku bisa aman, untuk sementara ini.

***

Perjalanan yang ditempuh cukup lama, jujur membuatku lelah. Setelah beberapa waktu lalu aku kembali mengeluarkan suaraku untuk protes meminta penjelasan Oliver kenapa membawaku sampai keluar tol Jakarta. Namun ketika melihat lirikan Oliver yang kembali memberi sinyal menyeramkan ketika aku protes, aku lebih memilih untuk kembali diam. Dasar mental ayam!

Olie kita mau kemana sih? Lama banget ga keluar-keluar tol." Tak tahan akhirnya aku kembali menyarakan apa yang sedari tadi tersendat di tenggorokanku. Oliver hanya melirik sekilas dan menghembuskan nafas panjang.

"Gue mau bawa lo ke Bandung." Jawabnya datar tanpa repot-repot mengganti ekspresi wajah beku-nya.

"What?? Bandung? Duh Olie lo mau ngapain ke Bandung? Kayak ga ada kerjaan aja buat besok. Kita pulang aja yuk...." Bujukku padanya lagi.

"Ga ada kerjaan. Semua udah beres kok, lo tinggal ikutin gue aja. Udah mending sekarang lo tidur, kalo udah sampe gue bangunin." Titahnya, lagi-lagi dengan wajah datarnya. Olie menyebalkan!

***

"Le bangun." Tiba-tiba aku merasakan ada tepukan ringan di pipiku. setelah mengerjap beberapa saat aku kembali memfokuskan pandanganku. Ternyata Oliver yang membangunkanku.

"Udah sampe?" Tanyaku dengan suara serak -khas bangun tidur. Sedangkan ia hanya mengangguk dan menuntunku untuk keluar dari mobil.

Mataku langsung membulat setelah melihat bangunan yang ada di depan mataku sekarang ini.

"Lawang Wangi, Ini cafe?" Tanyaku pada Oliver yang masih setia berdiri di sampingku.

"Yep, dan gue sengaja bawa lo kesini buat refreshing. Gue tau beberapa hari ini lo cukup uring-uringan. Dan gue yakin itu karena gue, makanya untuk nebus itu semua gue akan bawa lo ke tempat yang selama ini belum lo kunjungin.

tanpa membalas omongan Oliver aku langsung berjalan ke dalam cafe yang sangat indah itu diikuti oleh Oliver di belakangku.

Ternyata cafe ini bukan hanya sekedar cafe, tapi juga tempat ini mempunyai galeri kesenian kecil yang dapat di nikmati oleh para pengunjung. Sedangkan Cafe atau restorannya sendiri terletak di lantai teratas bangunan ini.

Aku langsung terpesona setelah melihat pemandangan yang menakjubkan terhampar langsung di depanku. Sungguh indah. Tempat ini mempunyai jembatan yang dibawahnya menyuguhkan pemandangan langsung Kota Bandung pada siang ataupun malah hari, sangat indah dan menakjubkan. Oliver berhasil membuatku terkesan.

"Terkesan huh?" Tanyanya tiba-tiba yang ternyata sudah berada di sampingku.

"Biasa aja." Dustaku. Masih gengsi mengakuinya. Terlalu kesal karena sikapnya yang seenaknya.

"Gausah boong Le. Kalo ga terkesan ga mungkin lo langsung ngeces gitu pas liat pemandangan kayak begini." Ujarnya lagi, dan aku langsung reflek meraba daerah sekitar bibirku karena katanya tadi aku 'ngeces'.

It's Always been You (COMPLETED)Where stories live. Discover now