Chapter 17

21.7K 1.2K 52
                                    

Hallo gaesssss......

Sebelumnya aku mau bilang, chapter selanjutnya akan aku post kalau CHAPTER 16 dan CHAPTER 17 ini bisa menembus VOTE masing-masing 500 VOTES. Dan KHUSUS CHAPTER 17 aku mau minimal ada 50 COMMENTS yang ditinggalin, maaf yaa bukannya kejam, tapi berhubung ini udah mau klimaks (meskipun endingnya gatau kapan) :p Tapi sehabis chapter ini akan aku terbitin DUA CHAPTER sekaligus!! untuk tanda terima kasihku untuk apresiasi kalian para Readers :3 THANKYOU!! :*

Ga perlu lama-lama.

langsung aja ke chaps selanjutnyaaaaaa.

BUT

Jangan lupa VOTE dan COMMENT kalo mau cerita ini tetap ada XOXO.

*

*

*

Oliver POV

Brak.....!!!

"Bro gue ada berita penting buat lo!" Ujar Aidan sambil terengah karena sepertinya dia baru saja berlari untuk sampai di tempatku.

"Hey bro lo tau kan caranya ngetok pintu dulu? Kalo gue lagi ngelakuin yang 'iya-iya' gimana coba?" main dobrak aja kayak satpol pp." Sungutku tak mengindahkan ucapan yang Aidan ucapkan.

"Apaan yang 'iya-iya'?" Tanyanya dengan tampang polos dan mengambil posisi duduk di hadapanku.

"Yaaa lo tau lah... kita kan udah besar bro." Ujarku berambigu, sedangkan Aidan masih memberi tatapan tak mengerti.

Ah ini anak beneran bego apa gimana sih.

"Yaudah lah skip aja, otak lo ga nyampe sama yang begituan." Ujarku malas sambil mengambil berkas yang ada di depanku dan membacanya dengan seksama, mengabaikan Aidan yang masih terdiam.

"Bro ada berita penting bro."

"Apaan sih Dan?"

"Arneta bro."

Dan setelah mendengar nama itu dari mulut Aidan, dengan cepat aku menutup map berkas yang sedang kuperiksa dan menatap lekat Aidan.

"Ngapain lo sebut nama itu lagi?" Tanyaku geram.

"She's back." Ujar Aidan dengan balik menatap mataku lekat.

"Untuk apa? Kenapa dia balik lagi sih? gue kira itu cewek udah minggat ke planet lain." Ujarku sambil berdiri dan menatap kearah jendela besar di tengah ruangan.

"Gue juga ga tau bro, tapi gue takut dia bakalan ngelakuin hal yang sama kayak apa yang dia lakuin ke lo semasa kita kuliah." Jawab Aidan yang masih tetap duduk di tempatnya.

"Ngapain? Ngancurin hati gue? Ga akan! Gue jamin hal itu ga akan terjadi." Geramku sambil berbalik dan memegang bahu Aidan kuat.

"Tapi gimana kalo misinya kali ini beda?"

"Maksud lo?"

"Gimana kalo dia kembali bukan buat ngancurin hati lo. Tapi buat ngancurin hidup lo." Sial. Apa yang di bicarakan Aidan ada benarnya.

"Tapi bagaimana caranya huh? Gue aja udah ga main perasaan sama dia, dan dulu pun gue ga pernah main perasaan ke dia." Ujarku getir, mengingat masa lalu yang sama sekali tidak masuk dalam daftar ingatan jangka panjangku.

"Lo emang ga main perasaan, tapi dia?"

"TAPI NYATANYA BELUM JADIAN AJA DIA UDAH BERANI MAKE LOVE SAMA COWOK LAIN!!" entah mengapa emosiku tersulut begitu saja sambil menggebrak meja kerjaku.

It's Always been You (COMPLETED)Where stories live. Discover now