"Venna!" sontak ibunya kaget melihat Venna terbanting begitu. "Kamu tidak apa-apa?"

"Ibu keterlaluan. Rumah ini punya banyak kamar, kenapa Ibu menyuruhnya untuk tidur denganku?"

"Kamu yang keterlaluan!"

"Apa? Aku sudah bilang kalau aku tidak menerimanya sebagai siapa pun. Kenapa Ibu memaksa, sih!"

"Kim!" Ibunya memekik lagi. "Kalau kamu tidak menuruti perintah ibu, kamu akan ibu pindahkan ke Four!"

"Four lagi? Aku tidak peduli," jawab Kim sekenanya. "Dengarkan aku, Ibu. Aku sudah tidak suka dengannya dengan alasan yang sudah jelas. Aku tidak menerimanya. Kalau Ibu ingin aku berhubungan dengan keluarga baru Ibu, aku tidak mau."

Perkataan Kim adalah apa yang dia rasakan. Dia tidak bisa berpikir banyak. Dia sudah kesal, sudah benci. Tapi kenyataannya ibu dan anak tiri ibunya semakin membuatnya kesal.

"Bu, kalau Ibu sudah bersama mereka kenapa Ibu harus kembali lagi ke mari, kembali padaku. Ibu sudah bahagia 'kan dengan suami dan anak baru Ibu. Ibu rela meninggalkan kami demi mereka. Tapi sekarang Ibu kembali lagi dengan banyak permintaan. Ibu kembali dengan tanpa penyesalan. Apa Ibu bahagia? Apakah itu yang Ibu inginkan?" Kim berhenti sebentar untuk menarik napas. "Ada apa dengan Ibu? Aku anak Ibu, tapi rasanya aku sudah tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini. Ketika ayah dan Kak Kath meninggal, aku pikir aku masih mempunyai seorang ibu yang akan selalu menjagaku dan menyayangiku. Tapi ternyata aku salah. Ibu pergi dan tinggal bersama orang lain, bersama keluarga baru Ibu. Kenapa Ibu setega ini!" Kim berteriak kesal.

"Kenapa!" Kim beralih ke Venna. "Kenapa kamu harus ada di hidupku? Sekarang kamu senang dengan semua yang kamu dapatkan? Ibuku sudah diambil ayahmu. Lalu apa lagi?" Teriakan demi teriakan yang terlontar dari mulut Kim membuatnya tidak karuan. Mata Kim yang sudah berkaca-kaca sangat tajam menatap Venna.

"Kim, aku nggak ada maksud untuk jahat sama kamu. Aku nggak tahu apa pun tentang ayahku yang tiba-tiba menikah dengan ibumu. Dan aku nggak tahu kalau jadinya seperti ini," jelas Venna.

Tapi langsung dibalas oleh Kim, "Ya, sekarang kamu tahu jika ayahmu sudah menikah dengan ibuku dan ibuku meninggalkan keluarganya. See? Kalian benar-benar!"

"Kim!" Ibunya memekik lagi.

"Kalau kamu mau ambil, ambil semuanya sampai aku benar-benar hancur!" Kim tersenyum tipis. Senyuman yang menyayat hatinyanm sendiri. Dalam hatinya sudah tidak ada harapan untuk kembali bahagia. Karena orang-orang yang dia sayang sudah pergi.

"Aku nggak akan mengambil apa pun dari kamu," ujar Venna.

Oh ya?

Plakk. Kim berhasil menampar pipi Venna dengan keras. Kim sudah membenci perempuan itu sama seperti ibunya. Dia bisa melihat semuanya dari Venna. Dia bukanlah perempuan yang baik. Setiap kata-kata yang keluar dari mulut Venna adalah bohong. Terlihat sekali dari wajahnya yang bahagia sekali Kim seperti ini.

"Kim!" Ibunya memekik lalu menampar balik Kim dengan keras.

Plakk

"Ibu tidak pernah mengajarkanmu menjadi seperti ini! Kenapa kamu kasar pada saudaramu!"

"Aku sudah bilang, aku tidak pernah punya saudara yang hatinya busuk seperti dia!" teriak Kim. Emosinya sudah di ambang batas. "Ibu tahu dalam hatinya, dia bahagia jiak aku seperti ini! Dia bahagia telah merebut Ibu dariku! Ibu lihat dia tersenyum, lihat!"

Ibu mencengkeram lengan Kim kasar. Dia tidak tahan dengan anaknya yang demikian.

"Cukup Kim! Tolong jangan seperti ini! Sekarang kamu minta maaf pada Venna. Kalau tidak, kamu akan ibu pindahkan ke Four besok."

Hello, Kim [END]Where stories live. Discover now